Rusia: Tidak Ada Untungnya Meracuni Navalny

Rabu, 26 Agustus 2020 - 10:30 WIB
loading...
Rusia: Tidak Ada Untungnya...
Rusia dengan tegas membantah telah meracuni tokoh oposisi Alexei Navalny. Foto/Ruptly
A A A
MOSKOW - Rusia dengan tegas tudingan telah meracuni tokoh oposisi Alexei Navalny dengan mengatakan tidak akan mendapatkan keuntungan dari tindakan tersebut. Hal itu dikatakan oleh Kementerian Luar Negeri Rusia, mencatat bahwa media dan pemerintah Barat terlalu tergesa-gesa menuduh Moskow.

Kementerian Luar Negeri Rusia mengeluarkan pernyataan itu pada Selasa malam waktu setempat, menyusul pertemuan antara Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dan Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Stephen Biegun, di mana permasalahan Navalny diangkat di antara masalah lainnya.

Lavrov menitikberatkan pada sikap tergesa-gesa yang mencurigakan dengan narasi dugaan keracunan Navalny yang diambil Washington dan Brussels serta langsung dibandingkan dengan "keracunan" Alexander Litvinenko dan Skripals - yang juga ditimpakan kepada Moskow sebelum penyelidikan terjadi.

"Pertanyaan yang pasti muncul - siapa yang diuntungkan darinya? Pemerintah Rusia jelas tidak," kata pernyataan itu seperti dikutip dari Russia Today, Rabu (26/8/2020).

Kementerian Luar Negeri Rusia menambahkan bahwa tuduhan 'menutup-nutupi' yang dibuat terhadap dokter Rusia yang pertama kali merawat Navalny tidak benar.

"Kami menganggap sangat ofensif tuduhan 'menutupi kebenaran', yang diarahkan dari beberapa ibu kota Barat kepada para dokter di Omsk, yang segera memberikan bantuan yang sangat profesional kepada Navalny," kata kementerian itu.

"Mereka memberikan riwayat kesehatan lengkap pasien kepada tim dokter Jerman," lanjut pernyataan itu.

"Kami berharap para dokter Jerman akan menunjukkan pendekatan profesional yang sama dan tidak akan membiarkan hasil tes laboratorium mereka digunakan untuk tujuan politik," demikian bunyi pernyataan itu.

Navalny jatuh sakit selama penerbangan dari Tomsk ke Moskow pada Kamis, dan dibawa ke rumah sakit di kota Omsk di Siberia, di mana kondisinya sudah stabil. Dia diterbangkan ke Jerman pada hari Sabtu untuk perawatan lebih lanjut, atas permintaan istri dan rekannya. (Baca: Tokoh Oposisi Rusia Dilaporkan Koma, Diduga Diracun )

Pada hari Senin, dokter Jerman mengatakan Navalny diracuni oleh zat dari jenis penghambat kolinesterase , tetapi tidak dapat mengatakan yang mana. Namun, kepala unit rumah sakit Omsk Dr. Alexander Sabayev mengatakan kepada wartawan pada hari yang sama bahwa aktivis tersebut dinyatakan negatif untuk obat apa pun, termasuk penghambat kolinesterase. (Baca: Jerman Sebut Pengkritik Kremlin Diracun, Rusia: Hasil Tesnya Negatif )

Uni Eropa telah menyerukan "penyelidikan komprehensif" atas dugaan keracunan Navalny. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mendukung hal itu, dengan mengatakan bahwa keluarga Navalny dan warga Rusia berhak melihat penyelidikan penuh dan transparan dilakukan, dan bagi mereka yang terlibat untuk dimintai pertanggungjawaban. (Baca: Pengkritik Putin Diracun, Merkel Tuntut Rusia Lakukan Penyelidikan )

Dmitry Peskov, juru bicara Presiden Rusia Vladimir Putin, mengatakan kepada wartawan bahwa para dokter Jerman "terburu-buru" menggunakan istilah keracunan, dan penyelidikan itu terlalu dini.

“Pasti ada alasan untuk melakukan investigasi. Saat ini, yang Anda dan saya lihat adalah pasien dalam keadaan koma, ”kata Peskov kepada wartawan.

Dia menambahkan bahwa menuding Putin terlibat dalam kondisi Navalny adalah omong kosong dan Kremlin tidak akan menganggapnya serius. (Baca: Ragukan Diagnosis Navalny Diracun, Rusia Tolak Lakukan Investigasi )

Sementara itu, komite keamanan parlemen Rusia telah memulai penyelidikan apakah pemerintah asing terlibat dalam membahayakan kesehatan Navalny untuk menciptakan ketegangan di dalam Rusia, serta merumuskan tuduhan baru terhadap Rusia menurut pemimpin parlemen Vyacheslav Volodin.
(ber)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1471 seconds (0.1#10.140)