Ini Respons China soal Strategi Perang Nuklir AS yang Sangat Rahasia

Kamis, 22 Agustus 2024 - 08:57 WIB
loading...
Ini Respons China soal...
China tuduh AS ciptakan ancaman nuklir terbesar di dunia setelah Presiden Joe Biden setujui strategi perang nuklir sangat rahasia yang fokus menghalau Beijing. Foto/PLA
A A A
BEIJING - China menuduh Amerika Serikat (AS) menciptakan ancaman nuklir terbesar di dunia setelah Presiden Joe Biden dilaporkan menyetujui strategi perang nuklir yang sangat rahasia yang fokus menghalau Beijing.

Biden menyetujui pembaruan untuk "Nuclear Employment Guidance" pada bulan Maret, sebagaimana diungkap The New York Times dalam laporan yang diterbitkan pada Selasa lalu.

Nuclear Employment Guidance adalah dokumen strategis yang sangat rahasia yang diperbarui kira-kira setiap empat tahun. Versi revisinya akan berfokus pada perluasan persenjataan nuklir China untuk pertama kalinya.



"China sangat prihatin dengan laporan yang relevan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning dalam konferensi pers pada Rabu, yang dilansir Newsweek, Kamis (22/8/2024).

Dia menambahkan bahwa Beijing mempertahankan persenjataan nuklirnya pada tingkat minimum yang diperlukan untuk keamanan nasional, yang tidak berada pada tingkat yang sama dengan Washington.

China tidak pernah mengungkapkan jumlah senjata nuklirnya.

Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) mengatakan bahwa persenjataan nuklir negara itu adalah yang terbesar ketiga di dunia dengan 500 hulu ledak.

Militer AS memperkirakan bahwa China mungkin akan memiliki lebih dari 1.000 senjata nuklir pada tahun 2030.

Mao juga menuduh AS sebagai "pencipta risiko strategis ancaman nuklir terbesar di dunia", di mana Washington menganut kebijakan pencegahan berdasarkan penggunaan senjata nuklir pertama sambil meningkatkan triad nuklirnya dan secara terbuka menyesuaikan strategi pencegahan nuklir untuk sekutu-sekutunya.

Triad nuklir mengacu pada struktur pengiriman hulu ledak nuklir bercabang tiga yang terdiri dari rudal balistik antarbenua berbasis darat, rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam, dan pesawat pengebom strategis.

Presiden China Xi Jinping telah memerintahkan militernya untuk mempercepat pengembangan kekuatan pencegahan strategis negara tersebut.

Selama wawancaranya dengan Elon Musk minggu lalu, mantan presiden AS Donald Trump mengeklaim bahwa China akan mengejar, bahkan mungkin melampaui AS dalam hal senjata nuklir.

SIPRI mengatakan bahwa ada 9.585 hulu ledak nuklir dalam persediaan militer untuk penggunaan potensial di antara sembilan negara bersenjata nuklir.

Rusia dan AS masing-masing memiliki 4.380 dan 3.708. Pemerintah AS juga telah mengungkapkan bahwa mereka memiliki 3.748 hulu ledak nuklir hingga September lalu.

"China menjalankan kebijakan tidak menggunakan senjata nuklir terlebih dahulu dan mematuhi strategi nuklir untuk membela diri," kata Mao.

China telah mengusulkan agar lima negara bersenjata nuklir, termasuk Prancis dan Inggris, membuat kesepakatan atau mengeluarkan pernyataan tentang "saling tidak menggunakan senjata nuklir terlebih dahulu".

Mao mengatakan bahwa Beijing tidak bermaksud untuk terlibat dalam perlombaan senjata nuklir.

Namun, Pentagon melaporkan tahun lalu bahwa China mengejar paritas kualitatif selektif dengan kemampuan AS dan Rusia dan terus memodernisasi, mendiversifikasi, dan memperluas kekuatan nuklirnya dengan cepat.

Sementara itu, China telah menghentikan pembicaraan dengan AS tentang kemungkinan pembatasan senjata nuklir.

Mao mendesak Washington untuk memenuhi tanggung jawab "khusus dan prioritas"-nya untuk pelucutan senjata, termasuk mengurangi lebih lanjut ukuran persenjataan nuklirnya dan meninggalkan aliansi nuklir di Eropa dan Asia.

Hans Kristensen, direktur Proyek Informasi Nuklir di Federasi Ilmuwan Amerika, mengatakan ketika China menyelesaikan perluasan nuklir, mereka tidak akan menyamai atau melampaui AS dan Rusia.

Total persediaan senjata nuklir mereka akan menjadi sepertiga dari Washington dan Moskow.
(mas)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1297 seconds (0.1#10.140)