6 Gerakan Mahasiswa yang Membawa Perubahan Radikal, dari Revolusi Gen Z hingga Kent State
loading...
A
A
A
LONDON - Gerakan mahasiswa masih menjadi motor penggerak dalam mewujudkan perubahan radikal di suatu negara. Yang terbaru adalah revolusi Gen Z di Bangladesh yang mampu menggulingkan diktator.
Gerakan mahasiswa telah tercatat dalam berbagai sejarah mampu menorehkan revolusi untuk menuju kemajuan bagi negara tersebut. Namun, pergerakan tersebut juga kerap diwarnai aksi kerusuhan yang mengorbankan banyak jiwa.
Foto/AP
Di Bangladesh, unjuk rasa selama berminggu-minggu terhadap sistem kuota untuk pekerjaan pemerintah berubah menjadi pemberontakan besar yang memaksa perdana menteri meninggalkan negara itu dan mengundurkan diri.
Demonstrasi dimulai dengan damai beberapa minggu lalu dan sebagian besar dipimpin oleh mahasiswa yang frustrasi dengan sistem yang menurut mereka menguntungkan mereka yang memiliki hubungan dengan partai yang berkuasa.
Namun, unjuk rasa berubah menjadi kekerasan pada 15 Juli ketika pengunjuk rasa mahasiswa bentrok dengan pejabat keamanan dan aktivis pro-pemerintah. Mantan Perdana Menteri Sheikh Hasina melarikan diri minggu lalu setelah kerusuhan yang menewaskan hampir 300 orang, termasuk mahasiswa dan polisi.
Mahasiswa atau anak muda lainnya sering memainkan peran penting dalam pemberontakan rakyat yang menjatuhkan pemerintah atau memaksa mereka mengubah kebijakan. Berikut beberapa kasus besar lainnya:
Foto/AP
Seperti di Bangladesh, protes yang meluas di Sri Lanka pada tahun 2022 mampu menjatuhkan pemerintah, dan pemuda memainkan peran kunci.
Melansir AP, demonstrasi yang tersebar berubah menjadi protes selama berbulan-bulan yang dimulai pada Maret 2022 ketika krisis ekonomi memburuk di negara kepulauan Samudra Hindia tersebut, yang menyebabkan kekurangan bahan bakar, gas untuk memasak, dan kebutuhan pokok lainnya serta pemadaman listrik yang berkepanjangan.
Pada bulan April, pengunjuk rasa yang sebagian besar dipimpin oleh mahasiswa dan anak muda lainnya menduduki lapangan terbuka yang bersebelahan dengan kantor Presiden Gotabaya Rajapaksa di ibu kota Kolombo, menuntut agar ia dan pemerintahannya mengundurkan diri.
Lebih banyak orang bergabung setiap hari, mendirikan kamp tenda yang dijuluki "Gota Go Gama," atau "Desa Gota Go," plesetan dari nama panggilan Gotabaya, "Gota."
Gerakan mahasiswa telah tercatat dalam berbagai sejarah mampu menorehkan revolusi untuk menuju kemajuan bagi negara tersebut. Namun, pergerakan tersebut juga kerap diwarnai aksi kerusuhan yang mengorbankan banyak jiwa.
6 Gerakan Mahasiswa yang Membawa Perubahan Radikal, dari Revolusi Gen Z hingga Kent State
1. Revolusi Gen Z Bangladesh Menggulingkan Diktator
Foto/AP
Di Bangladesh, unjuk rasa selama berminggu-minggu terhadap sistem kuota untuk pekerjaan pemerintah berubah menjadi pemberontakan besar yang memaksa perdana menteri meninggalkan negara itu dan mengundurkan diri.
Demonstrasi dimulai dengan damai beberapa minggu lalu dan sebagian besar dipimpin oleh mahasiswa yang frustrasi dengan sistem yang menurut mereka menguntungkan mereka yang memiliki hubungan dengan partai yang berkuasa.
Namun, unjuk rasa berubah menjadi kekerasan pada 15 Juli ketika pengunjuk rasa mahasiswa bentrok dengan pejabat keamanan dan aktivis pro-pemerintah. Mantan Perdana Menteri Sheikh Hasina melarikan diri minggu lalu setelah kerusuhan yang menewaskan hampir 300 orang, termasuk mahasiswa dan polisi.
Mahasiswa atau anak muda lainnya sering memainkan peran penting dalam pemberontakan rakyat yang menjatuhkan pemerintah atau memaksa mereka mengubah kebijakan. Berikut beberapa kasus besar lainnya:
2. Protes Gota Go Gama di Sri Lanka
Foto/AP
Seperti di Bangladesh, protes yang meluas di Sri Lanka pada tahun 2022 mampu menjatuhkan pemerintah, dan pemuda memainkan peran kunci.
Melansir AP, demonstrasi yang tersebar berubah menjadi protes selama berbulan-bulan yang dimulai pada Maret 2022 ketika krisis ekonomi memburuk di negara kepulauan Samudra Hindia tersebut, yang menyebabkan kekurangan bahan bakar, gas untuk memasak, dan kebutuhan pokok lainnya serta pemadaman listrik yang berkepanjangan.
Pada bulan April, pengunjuk rasa yang sebagian besar dipimpin oleh mahasiswa dan anak muda lainnya menduduki lapangan terbuka yang bersebelahan dengan kantor Presiden Gotabaya Rajapaksa di ibu kota Kolombo, menuntut agar ia dan pemerintahannya mengundurkan diri.
Lebih banyak orang bergabung setiap hari, mendirikan kamp tenda yang dijuluki "Gota Go Gama," atau "Desa Gota Go," plesetan dari nama panggilan Gotabaya, "Gota."