Studi Terbaru Ungkap Penyensoran Ketat Layanan Terjemahan Daring China
loading...
A
A
A
”Untuk rezim totaliter dan otoriter seperti CCP, mereka berusaha sekuat tenaga untuk membentuk seluruh China dengan mengendalikan media dan kebebasan berbicara untuk menciptakan ilusi kemakmuran yang palsu,” kata Chen kepada The Epoch Times.
”Karena CCP adalah rezim ateis, mereka juga sangat khawatir bahwa Falun Gong, sebuah kepercayaan yang mengikuti prinsip kebenaran, kasih sayang, dan kesabaran, dapat mematahkan cuci otak yang telah dilakukan terhadap rakyat China dan akan menjadi tantangan bagi legitimasi kekuasaan CCP,” imbuh Chen.
Wu Se-chih, seorang peneliti di Cross-Strait Policy Association di Taiwan, mengatakan kepada The Epoch Times bahwa penyensoran agama yang ketat menunjukkan bahwa rezim Komunis China tidak yakin dengan kekuasaannya sendiri.
”Mereka khawatir jika orang-orang memiliki kebebasan berkeyakinan beragama, CCP akan kehilangan kepentingan absolutnya,” imbuh Wu.
Dengan kata lain, di bawah sistem otokratis CCP, ketika para pemimpin ingin mendewakan diri mereka sendiri, adanya kebebasan beragama dapat menghambat mereka dalam mewujudkan atau menjalankan otoritas penguasa dari sistem otokratis atau sistem totaliter,” pungkasnya.
”Karena CCP adalah rezim ateis, mereka juga sangat khawatir bahwa Falun Gong, sebuah kepercayaan yang mengikuti prinsip kebenaran, kasih sayang, dan kesabaran, dapat mematahkan cuci otak yang telah dilakukan terhadap rakyat China dan akan menjadi tantangan bagi legitimasi kekuasaan CCP,” imbuh Chen.
Wu Se-chih, seorang peneliti di Cross-Strait Policy Association di Taiwan, mengatakan kepada The Epoch Times bahwa penyensoran agama yang ketat menunjukkan bahwa rezim Komunis China tidak yakin dengan kekuasaannya sendiri.
”Mereka khawatir jika orang-orang memiliki kebebasan berkeyakinan beragama, CCP akan kehilangan kepentingan absolutnya,” imbuh Wu.
Dengan kata lain, di bawah sistem otokratis CCP, ketika para pemimpin ingin mendewakan diri mereka sendiri, adanya kebebasan beragama dapat menghambat mereka dalam mewujudkan atau menjalankan otoritas penguasa dari sistem otokratis atau sistem totaliter,” pungkasnya.
(mas)