Kasus Racun Skripal, Trump Kembali Tampar Rusia dengan Sanksi

Jum'at, 02 Agustus 2019 - 23:07 WIB
Kasus Racun Skripal,...
Kasus Racun Skripal, Trump Kembali Tampar Rusia dengan Sanksi
A A A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menjatuhkan sanksi kepada Rusia sehubungan dengan serangan racun terhadap mantan mata-mata Rusia dan putrinya pada 2018 lalu. Langkah ini dinilai anggota parlemen Rusia akan mengecilkan kemungkinan untuk menormalisasi hubungan kedua negara.

Dikutip dari ABC News.go, Jumat (2/8/2019), Trump mengeluarkan perintah eksekutif pada Kamis malam yang memberlakukan putaran sanksi terhadap Moskow, yang membantah melakukan serangan racun terhadap mata-mata tersebut.

Anggota Kongres telah menekan Gedung Putih untuk memberlakukan tindakan hukuman tambahan terhadap Moskow.

Awal pekan ini, ketua Komite Urusan Luar Negeri DPR Eliot Engel dan Mike McCaul, panel Republik, menulis surat kepada Trump yang mengatakan kepadanya bahwa ia diharuskan oleh hukum untuk menjatuhkan sanksi putaran kedua.

AS memberlakukan putaran pertama sanksi setelah menteri luar negeri memutuskan pada Agustus 2018 bahwa serangan itu memenuhi standar serangan senjata kimia di bawah Undang-undang Kontrol Senjata Kimia dan Biologis serta Ancaman Perang. Anggota kongres mengatakan sanksi pertama itu sebagian besar memberlakukan hukuman yang telah diterapkan AS, seperti menghentikan bantuan asing dan penjualan senjata kepada pemerintah Rusia.

Anggota kongres mengatakan kepada Trump bahwa sanksi putaran kedua diperlukan setelah Departemen Luar Negeri kemudian memutuskan pada November 2018 bahwa mereka tidak dapat menyatakan bahwa Rusia tidak akan melakukan kegiatan seperti itu lagi.

"Kami mendesak Anda untuk mengambil tindakan segera untuk meminta Rusia bertanggung jawab penuh atas penggunaan senjata kimia yang mencolok di Eropa," tulis mereka.

Menanggapi sanksi terbaru ini, anggota parlemen Rusia menilai hal tersebut akan membuat normalisasi hubungan kedua negara semakin jauh dari kenyataan.

"Pengenalan sanksi baru terhadap Rusia oleh Washington tidak hanya membuat kemungkinan normalisasi hubungan Rusia-Amerika menjadi lebih hipotetis, mereka adalah serangan terbaru terhadap hubungan internasional secara umum dan stabilitas strategis di dunia," kata Frants Klintsevich, anggota komite pertahanan dan keamanan majelis tinggi Rusia, yang pandangannya mencerminkan pemikiran Kremlin.

Pada Maret 2018, Sergei Skripal, mantan perwira intelijen militer Rusia yang menjadi agen ganda untuk Inggris, dan putrinya yang tengah berkunjung, Yulia, ditemukan tidak sadarkan diri di bangku taman di kota Salisbury di Inggris setelah terpapar racun saraf Novichok. Mereka menghabiskan waktu berminggu-minggu dalam kondisi kritis namun berhasil pulih.

Seorang petugas polisi juga menderita sakit. Beberapa bulan setelah serangan terhadap Skripal, seorang lelaki setempat, yang menemukan botol parfum berisi bekas-bekas racun saraf yang dibuang, menjadi sakit parah dan pacarnya, Dawn Sturgess, meninggal karena paparan yang tidak disengaja.

Serangan racun ini memicu konfrontasi diplomatik di mana ratusan diplomat diusir oleh Rusia dan negara-negara Barat.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0039 seconds (0.1#10.140)