Ditangkap di Suriah, Militan ISIS Puji Israel dan Hujat Assad
A
A
A
DAMASKUS - Seorang militan ISIS etnik Arab ditangkap di Suriah. Dalam sebuah wawancara dengan wartawan, militan tersebut memuji Israel dan menghujat Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Militan Islamic State (ISIS) itu bernama Sayyaf Sharif Daoud. Meski berasal dari etnik Arab, dia berkewarganegaraan Israel.
Dia mengatakan bahwa hidup melewati Intifada Kedua dan di Tepi Barat telah mengajarinya bahwa Israel belum melakukan satu persen dari kebrutalan yang telah dilakukan Bashar al-Assad.
Wawancara itu dilakukan dengan BBC Arabic pada 16 Juli dan diterjemahkan Middle East Media Research Institute (MEMRI) baru-baru ini.
Dalam wawancara itu, Daoud mengatakan bahwa meskipun ada ketegangan antara Israel dan Palestina, Israel tidak memerkosa wanita atau secara brutal membunuh warganya sendiri.
Pasukan Assad telah lama dituduh menggunakan teknik pemerkosaan dan eksekusi sebagai senjata perang sejak konflik Suriah pecah pada 2011.
"Ada pertempuran dan semua itu, tetapi Israel belum memerkosa wanita atau menelanjangi mereka di televisi, dan tidak membunuh dengan kebiadaban seperti itu," kata Daoud, yang dilansir The Jerusalem Post, Senin (29/7/2019).
Ketika Daoud bergabung dengan ISIS, dia mengklaim bahwa ayahnya telah memperingatkannya agar tidak bergabung dengan Hamas atau Fatah, faksi yang berkuasa di Gaza dan Tepi Barat. Sekarang, dia berharap dapat pulang ke Israel dan hidup normal.
Dia juga memuji Israel sebagai adalah negara demokratis. "Kami orang Arab hidup bersama di Israel dengan orang-orang Yahudi. Tidak ada ketidakadilan. Kami diperlakukan sama seperti orang-orang Yahudi," puji Daoud.
Militan Islamic State (ISIS) itu bernama Sayyaf Sharif Daoud. Meski berasal dari etnik Arab, dia berkewarganegaraan Israel.
Dia mengatakan bahwa hidup melewati Intifada Kedua dan di Tepi Barat telah mengajarinya bahwa Israel belum melakukan satu persen dari kebrutalan yang telah dilakukan Bashar al-Assad.
Wawancara itu dilakukan dengan BBC Arabic pada 16 Juli dan diterjemahkan Middle East Media Research Institute (MEMRI) baru-baru ini.
Dalam wawancara itu, Daoud mengatakan bahwa meskipun ada ketegangan antara Israel dan Palestina, Israel tidak memerkosa wanita atau secara brutal membunuh warganya sendiri.
Pasukan Assad telah lama dituduh menggunakan teknik pemerkosaan dan eksekusi sebagai senjata perang sejak konflik Suriah pecah pada 2011.
"Ada pertempuran dan semua itu, tetapi Israel belum memerkosa wanita atau menelanjangi mereka di televisi, dan tidak membunuh dengan kebiadaban seperti itu," kata Daoud, yang dilansir The Jerusalem Post, Senin (29/7/2019).
Ketika Daoud bergabung dengan ISIS, dia mengklaim bahwa ayahnya telah memperingatkannya agar tidak bergabung dengan Hamas atau Fatah, faksi yang berkuasa di Gaza dan Tepi Barat. Sekarang, dia berharap dapat pulang ke Israel dan hidup normal.
Dia juga memuji Israel sebagai adalah negara demokratis. "Kami orang Arab hidup bersama di Israel dengan orang-orang Yahudi. Tidak ada ketidakadilan. Kami diperlakukan sama seperti orang-orang Yahudi," puji Daoud.
(mas)