Konflik Belarusia Bisa Memicu Perang Eropa
loading...
A
A
A
Militer UE Siaga Penuh
Meskipun semua pihak menghendaki tidak ada perang di perbatasan Belarusia. Namun, anggota NATO sudah saling mengamankan perbatasan dengan Belarusia. Mereka sudah memobilisasi pasukan garda depan di perbatasan. (Baca juga: Tembus Rp200 Triliun, Penerimaan Cukai Rokok RI Terbesar se-Asia Tenggara)
Presiden Lukashenko sudah menyalahkan AS yang berencana dan menjalankan kerusuhan bersama dengan negara-negara UE yang memainkan skenario. Dia menuding negara tetangga NATO mencoba meningkatkan eskalasi militer untuk menggulingkannya setelah sebagian blok negara Eropa Timur memilih berpihak ke UE.
“Kamu tahu, ketika terjadi kerusuhan, maka tank dan pesawat akan segera masuk. Ini tidak ada pengecualian,” kata Lukashenko. “Sementara militer menggelar latihan di luar, apa maksud mereka? Mereka hendak melakukan invasi jika dibutuhkan,” paparnya.
Lukashenko pun telah meminta perbatasan Belarusia untuk diperkuat. Militer Belarusia sudah mengumumkan serangkaian manuver dan latihan hingga akhir bulan. “Kita semua rakyat Belarusia,” kata Menteri Pertahanan Mayor Jenderal Viktor Khrenin. “Ini tanah air kita dan kita tidak akan menyerahkannya kepada orang lain,” tambahnya.
Polandia dan Lithuania merupakan anggota NATO yang sangat hati-hati dengan segala langkah mereka. Apalagi, kedua negara itu menginginkan Lukashenko lengser. “Polandia hati-hati mengikuti aktivitas pergerakan militer di luar perbatasan kita,” demikian keterangan Kementerian Luar Negeri Polandia.
Pekan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin telah menawari bantuan kepada Lukashenko untuk menstabilkan Belarusia jika memang diperlukan. Belarusia pun menerima tawaran Putin jika ada ancaman eksternal ke negara tersebut. Rusia kerap menggunakan aksi militer untuk memberikan dukungan kepada negara yang menjadi sekutunya. Itu terjadi di Georgia pada 2008 dan Ukraina pada 2014.
Sebenarnya, permintaan bantuan militer dari Moskow oleh Belarusia sebagai upaya melindungi rezim berkuasa. Itu juga sebagai upaya untuk mencegah UE dan AS mengintervensi Belarusia lebih dalam. Kebangkitan masyarakat sipil di Belarusia pun akan terasa sulit karena pembungkaman akan terus terjadi. (Lihat videonya: Pembunuh Keji Satu Keluarga di Sukoharjo Ditangkap)
Itu terbukti ketika Presiden Lukashenko mengancam akan menutup pabrik jika para pekerjanya menggelar demonstrasi. “Jika pabrik tidak bekerja, maka pintu gerbang akan ditutup dan berhenti,” ucapnya dilansir RIA. Ancaman itu terjadi ketika sejumlah buruh di pabrik milik pemerintah justru ikut menggelar aksi menentang pemerintah.
Meskipun semua pihak menghendaki tidak ada perang di perbatasan Belarusia. Namun, anggota NATO sudah saling mengamankan perbatasan dengan Belarusia. Mereka sudah memobilisasi pasukan garda depan di perbatasan. (Baca juga: Tembus Rp200 Triliun, Penerimaan Cukai Rokok RI Terbesar se-Asia Tenggara)
Presiden Lukashenko sudah menyalahkan AS yang berencana dan menjalankan kerusuhan bersama dengan negara-negara UE yang memainkan skenario. Dia menuding negara tetangga NATO mencoba meningkatkan eskalasi militer untuk menggulingkannya setelah sebagian blok negara Eropa Timur memilih berpihak ke UE.
“Kamu tahu, ketika terjadi kerusuhan, maka tank dan pesawat akan segera masuk. Ini tidak ada pengecualian,” kata Lukashenko. “Sementara militer menggelar latihan di luar, apa maksud mereka? Mereka hendak melakukan invasi jika dibutuhkan,” paparnya.
Lukashenko pun telah meminta perbatasan Belarusia untuk diperkuat. Militer Belarusia sudah mengumumkan serangkaian manuver dan latihan hingga akhir bulan. “Kita semua rakyat Belarusia,” kata Menteri Pertahanan Mayor Jenderal Viktor Khrenin. “Ini tanah air kita dan kita tidak akan menyerahkannya kepada orang lain,” tambahnya.
Polandia dan Lithuania merupakan anggota NATO yang sangat hati-hati dengan segala langkah mereka. Apalagi, kedua negara itu menginginkan Lukashenko lengser. “Polandia hati-hati mengikuti aktivitas pergerakan militer di luar perbatasan kita,” demikian keterangan Kementerian Luar Negeri Polandia.
Pekan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin telah menawari bantuan kepada Lukashenko untuk menstabilkan Belarusia jika memang diperlukan. Belarusia pun menerima tawaran Putin jika ada ancaman eksternal ke negara tersebut. Rusia kerap menggunakan aksi militer untuk memberikan dukungan kepada negara yang menjadi sekutunya. Itu terjadi di Georgia pada 2008 dan Ukraina pada 2014.
Sebenarnya, permintaan bantuan militer dari Moskow oleh Belarusia sebagai upaya melindungi rezim berkuasa. Itu juga sebagai upaya untuk mencegah UE dan AS mengintervensi Belarusia lebih dalam. Kebangkitan masyarakat sipil di Belarusia pun akan terasa sulit karena pembungkaman akan terus terjadi. (Lihat videonya: Pembunuh Keji Satu Keluarga di Sukoharjo Ditangkap)
Itu terbukti ketika Presiden Lukashenko mengancam akan menutup pabrik jika para pekerjanya menggelar demonstrasi. “Jika pabrik tidak bekerja, maka pintu gerbang akan ditutup dan berhenti,” ucapnya dilansir RIA. Ancaman itu terjadi ketika sejumlah buruh di pabrik milik pemerintah justru ikut menggelar aksi menentang pemerintah.