Konflik Belarusia Bisa Memicu Perang Eropa

Senin, 24 Agustus 2020 - 11:12 WIB
loading...
Konflik Belarusia Bisa Memicu Perang Eropa
Warga menolak hasil pemilu dan menuntut Presiden Belarusia mundur dari jabatannya. Foto/Reuters
A A A
MINSK - Konflik dalam negeri di Belarusia menjadi perhatian negara-negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) pimpinan Amerika Serikat (AS). Mereka juga fokus meningkatkan pertahanan di perbatasan seiring dengan peningkatan penjagaan di perbatasan Belarusia. Rusia menjadi penentu apakah konflik Belarusia akan berubah menjadi medan pertempuran atau tidak.

Belarusia berdalih, mereka tidak ingin mendapatkan intervensi dan campur tangan dari negara Uni Eropa (UE) dan AS terhadap ketegangan politik di dalam negeri mereka. Mereka khawatir jika NATO mengintervensi karena kubu oposisi memang menunjukkan arah keberpihakan kepada UE. Pemerintah Belarusia saat ini juga sepertinya ingin terus berkuasa dan ingin tetap menjadi negara satelit Rusia.

Konflik di dalam negeri Belarusia juga sebenarnya bukan konflik antarpemilih atau elektoral. Namun, konflik yang mengarah kepada suksesi kepemimpinan. Apa yang dialami di Belarusia sebenarnya sama seperti yang dialami negara bekas pecahan Uni Soviet, mulai Rusia hingga Turkmenistan, dari Ukraina hingga Uzbekistan. Tidak ada transisi suksesi damai di antara negara-negara bekas Uni Soviet. Negara yang masih muda itu memandang bahwa pemimpin yang berani melawan, maka akan menghadapi tiga pilihan, yakni kematian, penjara, atau pengasingan. (Baca: Rakyat Belarusia Lawan Diktator)

Namun demikian, konflik di Belarusia sepertinya mengarah menjadi konflik global. Apalagi itu terjadi saat pandemi virus korona yang masih mewabah di seluruh dunia. Keinginan Presiden Alexander Lukashenko untuk tetap bertahan ternyata mendapatkan perlawanan dari rakyatnya. Bukan hanya itu, UE pun menentangnya. AS pun demikian. Namun, Lukashenko masih mendapatkan dukungan penuh Presiden Rusia Vladimir Putin. Posisinya pun aman karena UE dan AS harus berpikir berulang kali untuk mengintervensi Belarusia.

Konflik Belarusia Bisa Memicu Perang Eropa


Dalam pandangan Irvin Studin, and Presiden Institute for 21st Century Questions, apa yang terjadi di Belarusia merupakan bentuk “radikalisasi Rusia” di mana Belarusia telah mengalami radikalisasi yang telah diatur strateginya. “Radikalisasi Rusia juga terjadi saat penggulingan Viktor Yanukovich di Ukraina, insiden Rusia menganeksasi Crimea,” ungkap Studin dilansir South China Morning Post. Apa yang terjadi di Belarusia merupakan pengulangan dari apa yang terjadi di Ukraina dan Crimea.

Belarusia dengan penduduk hanya 10 juta jiwa, tentunya tidak seperti Ukraina yang memiliki 40 juta penduduk bagi psikologis dan strategi Rusia. Belarusia juga tidak terlalu penting dalam strategi UE. Masa depan Belarusia dalam keanggotaan NATO juga tidak masuk skenario melihat nasib Lukashenko. “Isu radikalisasi Rusia akibat destabilisasi Belarusia menjadi isu di tengah ketegangan antara Beijing dan Washington, serta pemilu presiden AS,” ungkap Studin. (Baca juga: Zulhas Sebut Gaya Kepemimpinan Amien Rais Ibarat Pesawat)

Dalam jangka panjang, kepemimpinan generasi mendatang Belarusia sebenarnya akan lebih baik karena banyak penduduk berpendidikan tinggi. Satu kubu memiliki kedekatan psikologis dengan Rusia dan Ukraina. Sementara kubu lainnya masih memiliki kedekatan dengan UE dan AS.

Dalam jangka pendek, bisa saja insiden buruk akan terjadi. Belarusia akan kolaps. Rusia akan turun tangan. Perang global terjadi karena aktivasi militer Rusia dengan konsekuensi destabilisasi Eropa. UE jelas tak menginginkan hal itu karena masih trauma dengan Perang Dunia I dan II. Apakah perang bisa dicegah?

“Mungkin. Belarusia, Prancis, dan Jerman pernah mengintervensi Ukraina. Perlu negara ketiga dari Asia, Barat, dan bekas jajahan Uni Soviet untuk memediasi konflik di Belarusia,” saran Studin. Mediasi pun harus jelas dengan tujuan utama membangun proses suksesi kekuasaan di Belarusia dan menciptakan stabilitas keamanan, politik, dan ekonomi.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0954 seconds (0.1#10.140)