Diancam Dilenyapkan Trump, Iran Curigai Serangan Nuklir AS

Jum'at, 28 Juni 2019 - 05:56 WIB
Diancam Dilenyapkan Trump, Iran Curigai Serangan Nuklir AS
Diancam Dilenyapkan Trump, Iran Curigai Serangan Nuklir AS
A A A
TEHERAN - Teheran mengecam ancaman Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang akan melenyapkan Iran jika rezim para Mullah membahayakan orang Amerika. Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif curiga Washington akan melakukan serangan nuklir karena Amerika tidak memiliki cara lain untuk melenyapkan sebuah negara tanpa senjata pemusnah massalnya.

Zarif mengatakan tindakan melancarkan perang nuklir terhadap negara lain tidak hanya ilegal menurut hukum internasional, tetapi membuktikan bahwa Presiden Trump tidak memikirkan konsekuensi atas retorikanya.

"Ada piagam PBB, dan ancaman perang adalah ilegal," kata Zarif kepada CNN memparafrasekan Pasal 2.4 Piagam PBB. Komentar diplomat top Teheran itu muncul hari Kamis (27/6/2019) atau sehari setelah Presiden Trump melontarkan ancaman untuk melenyapkan Iran jika Republik Islam membahayakan apa pun yang dilakukan orang Amerika.

"Pernyataan itu menunjukkan bahwa niat AS tentu ilegal. Amerika Serikat tidak dalam posisi untuk melenyapkan Iran, mereka tidak memiliki kemampuan selain menggunakan senjata terlarang untuk melakukan ini," katanya.

Zarif tidak merinci apa yang sebenarnya yang dia maksudkan dengan senjata terlarang, tetapi dia baru-baru ini menunjukkan bahwa AS adalah satu-satunya negara yang pernah menggunakan bom nuklir, dan mencatat bahwa Iran siap untuk mempertahankan diri terhadap agresi AS dalam skenario apa pun.

Kedua negara itu sudah berada di ambang perang setelah Iran menembak jatuh pesawat nirawak mata-mata Amerika, RQ-4 Global Hawk, di atas Selat Hormuz.

AS ingin membalas dengan meluncurkan serangan udara terhadap Iran, tetapi misi itu dibatalkan pada menit-menit terakhir oleh Trump. Dia mengaku membatalkan serangan setelah diberitahu seorang jenderal Pentagon bahwa serangan balasan itu akan menyebabkan 150 orang tewas.

Ketika kedua negara menekankan bahwa mereka tetap berupaya mencegah perang habis-habisan, Iran terus memandang retorika, tindakan militer dan ekonomi Amerika terhadap Iran sebagai langkah "konfrontatif" dan "provokatif."

"Mengingatkan panglima perang Amerika bahwa kita tidak hidup di abad ke-18," kata Zarif yang menyarankan Trump untuk mempekerjakan penasihat baru, yakni orang-orang yang dapat sepenuhnya memahami posisi Iran dan yang dapat menawarkan solusi yang layak atas krisis.

"Trump menerima informasi yang salah, analisis yang salah, dan sekarang Presiden Trump menemukan dirinya dalam situasi di mana ia percaya bahwa ia perlu keluar," kata Zarif.

Sebelumnya, Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei menjelaskan bahwa Teheran tidak akan bernegosiasi dengan Washington sampai negara itu menghilangkan kampanye "tekanan maksimum" dan daftar permintaan yang harus dipenuhi oleh Iran untuk menghindari krisis.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5295 seconds (0.1#10.140)