Dikerjai Rusia, Senjata Canggih Barat Menjadi Tak Berguna dalam Perang Rusia

Kamis, 11 Juli 2024 - 07:44 WIB
loading...
Dikerjai Rusia, Senjata...
Kemampuan peperangan elektronik Rusia telah membuat senjata-senjata canggih Barat menjadi tidak berguna dalam perang di Ukraina. Foto/The War Zone
A A A
WASHINGTON - Kemampuan peperangan elektronik Rusia telah membuat senjata-senjata canggih Barat yang dipandu dengan presisi menjadi tidak berguna dalam perang di Ukraina.

Itu merupakan analisis surat kabar Wall Street Journal (WSJ) yang diterbitkan pada hari Rabu (10/7/2024). Menurut laporan tersebut, dengan sistem panduan yang kacau, beberapa senjata Barat dilaporkan telah dihentikan penggunaannya dalam beberapa minggu setelah memasuki medan perang.

Ketika AS mengumumkan pengiriman peluru artileri Excalibur yang dipandu GPS ke Ukraina pada tahun 2022, media pro-Kyiv memperkirakan bahwa proyektil seharga USD100,000 per tembakan akan membuat “artileri Ukraina jauh lebih akurat” dan “menyebabkan Rusia sangat menderita.”



Namun, militer Rusia beradaptasi dalam beberapa minggu, kata seorang komandan Ukraina kepada WSJ.

Peralatan pengacau sinyal (jamming) Rusia digunakan untuk memberikan koordinat palsu pada peluru dan mengganggu sekringnya, menyebabkan peluru tersebut keluar jalur atau jatuh ke tanah tanpa berguna.

“Pada pertengahan tahun lalu, amunisi M982 Excalibur, yang dikembangkan oleh RTX dan BAE Systems, menjadi tidak berguna dan tidak lagi digunakan,” tulis surat kabar Amerika itu, mengutip para komandan Ukraina.

Uni Soviet banyak berinvestasi dalam peperangan elektronik (EW) selama tahun 1980-an, dan memandang teknologi jamming sebagai benteng penting melawan rudal dan peluru yang mulai dikembangkan AS pada saat itu.

Meskipun senjata seperti peluru Excalibur era tahun 1990-an digunakan oleh AS untuk menimbulkan dampak yang menghancurkan di Irak dan Afghanistan, para pejabat dan analis di Washington menyimpulkan bahwa senjata tersebut kurang efektif melawan rival setara seperti Rusia.

“Rusia benar-benar hebat dalam mengganggu amunisi berpemandu," kata Wakil Menteri Pertahanan AS untuk Akuisisi dan Keberlanjutan William LaPlante kepada WSJ.

Pensiunan Jenderal AS Ben Hodges, yang pernah meramalkan bahwa senjata Barat akan membantu Ukraina merebut Crimea pada musim dingin lalu, mengatakan kepada surat kabar tersebut: “Kita mungkin membuat beberapa asumsi yang buruk karena selama 20 tahun terakhir kita meluncurkan senjata presisi terhadap orang-orang yang tidak dapat berbuat apa-apa tentang hal itu dan Rusia serta China memang memiliki kemampuan ini.”

Beberapa sistem persenjataan NATO yang paling canggih juga mengalami nasib serupa di Ukraina. Bom Diameter Kecil yang Diluncurkan di Darat (GLSDB) yang baru dikembangkan, merupakan proyek gabungan Boeing di AS dan Saab di Swedia, diberikan kepada Ukraina awal tahun ini, dan pasukan Kyiv menembakkan amunisi berpemandu GPS ini sebelum rekan-rekan Amerika mereka.

Namun, senjata ini telah ditarik dari medan perang setelah terbukti tidak efektif melawan senjata elektronik Rusia.

Demikian pula, senjata elektronik Rusia telah secara signifikan menumpulkan keakuratan rudal GMLRS yang disediakan oleh Barat milik Ukraina, yang ditembakkan dari sistem roket peluncuran ganda HIMARS, kata militer Ukraina kepada WSJ.

Seperti halnya peluru Excalibur, rudal GMLRS pernah digambarkan oleh para pakar dan analis pro-Kyiv sebagai “pengubah permainan” yang akan membuat konflik menguntungkan Ukraina.

Rusia telah lama menegaskan bahwa sistem persenjataan Barat tidak akan dapat menghalanginya mencapai kemenangan. Memasok senjata-senjata ini adalah “proyek sia-sia” yang hanya akan mendorong Kyiv untuk “melakukan kejahatan baru", menurut duta besar Moskow untuk Washington, Anatoly Antonov, pada pekan lalu.
(mas)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1985 seconds (0.1#10.140)