Hamas Tak akan Izinkan Pasukan Asing Tinggal di Gaza
loading...
A
A
A
GAZA - Hamas menegaskan pihaknya menolak rencana apa pun untuk Gaza yang mengabaikan keinginan rakyat Palestina.
Gerakan tersebut mengatakan, "Kami tegaskan penolakan kami terhadap posisi apa pun yang mendukung masuknya pasukan asing ke Gaza dengan nama atau pembenaran apa pun."
"Pemerintahan Jalur Gaza setelah kekalahan agresi fasis adalah masalah Palestina murni yang disetujui oleh rakyat Palestina dalam semua aspeknya," tegas pernyataan Hamas.
Hamas menambahkan, "Takyat Palestina tidak akan mengizinkan perwalian atau pemaksaan solusi atau persamaan eksternal apa pun yang mengurangi prinsip-prinsip mereka."
Hamas juga memberi tahu sekutunya, Hizbullah, bahwa mereka telah menyetujui proposal gencatan senjata di Jalur Gaza dan pemimpin kelompok Lebanon yang kuat itu menyambut baik langkah tersebut.
Kabar itu diungkap dua sumber yang mengetahui masalah tersebut pada Jumat (5/7/2024), Reuters melaporkan.
“Delegasi Hamas yang dipimpin wakil pemimpin kelompok itu, Khalil Al-Hayya, memberi pengarahan kepada Pemimpin Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah tentang perkembangan terbaru pada pertemuan di Beirut,” ungkap sumber tersebut.
Hizbullah mengatakan sebelumnya bahwa Nasrallah dan Hayya telah membahas perkembangan terbaru dalam negosiasi yang bertujuan mencapai gencatan senjata di Jalur Gaza.
Hizbullah dan Israel telah saling serang selama hampir sembilan bulan dalam permusuhan yang terjadi bersamaan dengan konflik Gaza, yang menimbulkan kekhawatiran akan perang habis-habisan antara kedua musuh yang bersenjata lengkap itu.
Kelompok pejuang Hizbullah mengatakan kampanye serangan roket dan pesawat nirawaknya di Israel utara bertujuan mendukung warga Palestina yang menghadapi pemboman genosida Israel di Gaza.
Salah satu sumber, seorang pejabat Hizbullah, mengatakan kepada Reuters bahwa kelompok itu akan menghentikan tembakan segera setelah perjanjian gencatan senjata Gaza berlaku, menggemakan pernyataan sebelumnya dari kelompok itu.
“Jika ada kesepakatan Gaza, maka mulai saat itu akan ada gencatan senjata di Lebanon,” tegas pejabat itu.
Pernyataan Hizbullah mengatakan Nasrallah menerima wakil kepala Hamas, Hayya, untuk pertemuan tersebut, yang meninjau “perkembangan keamanan dan politik terkini” di Jalur Gaza.
“Mereka juga membahas perkembangan terkini dalam negosiasi yang sedang berlangsung akhir-akhir ini, suasananya, dan proposal yang diajukan untuk mengakhiri agresi berbahaya terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza,” papar pernyataan itu.
Seorang pejabat senior pemerintah AS mengatakan pada Kamis bahwa Hamas telah membuat penyesuaian yang cukup signifikan dalam posisinya atas kemungkinan kesepakatan pembebasan sandera dengan Israel, dengan harapan hal itu akan mengarah pada kesepakatan yang akan menjadi langkah menuju gencatan senjata permanen.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kepada Presiden AS Joe Biden pada Kamis bahwa dia akan mengirim delegasi untuk melanjutkan negosiasi, dan seorang pejabat Israel mengatakan tim negaranya akan dipimpin kepala badan intelijen Mossad.
Gerakan tersebut mengatakan, "Kami tegaskan penolakan kami terhadap posisi apa pun yang mendukung masuknya pasukan asing ke Gaza dengan nama atau pembenaran apa pun."
"Pemerintahan Jalur Gaza setelah kekalahan agresi fasis adalah masalah Palestina murni yang disetujui oleh rakyat Palestina dalam semua aspeknya," tegas pernyataan Hamas.
Hamas menambahkan, "Takyat Palestina tidak akan mengizinkan perwalian atau pemaksaan solusi atau persamaan eksternal apa pun yang mengurangi prinsip-prinsip mereka."
Hamas juga memberi tahu sekutunya, Hizbullah, bahwa mereka telah menyetujui proposal gencatan senjata di Jalur Gaza dan pemimpin kelompok Lebanon yang kuat itu menyambut baik langkah tersebut.
Kabar itu diungkap dua sumber yang mengetahui masalah tersebut pada Jumat (5/7/2024), Reuters melaporkan.
“Delegasi Hamas yang dipimpin wakil pemimpin kelompok itu, Khalil Al-Hayya, memberi pengarahan kepada Pemimpin Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah tentang perkembangan terbaru pada pertemuan di Beirut,” ungkap sumber tersebut.
Hizbullah mengatakan sebelumnya bahwa Nasrallah dan Hayya telah membahas perkembangan terbaru dalam negosiasi yang bertujuan mencapai gencatan senjata di Jalur Gaza.
Hizbullah dan Israel telah saling serang selama hampir sembilan bulan dalam permusuhan yang terjadi bersamaan dengan konflik Gaza, yang menimbulkan kekhawatiran akan perang habis-habisan antara kedua musuh yang bersenjata lengkap itu.
Kelompok pejuang Hizbullah mengatakan kampanye serangan roket dan pesawat nirawaknya di Israel utara bertujuan mendukung warga Palestina yang menghadapi pemboman genosida Israel di Gaza.
Salah satu sumber, seorang pejabat Hizbullah, mengatakan kepada Reuters bahwa kelompok itu akan menghentikan tembakan segera setelah perjanjian gencatan senjata Gaza berlaku, menggemakan pernyataan sebelumnya dari kelompok itu.
“Jika ada kesepakatan Gaza, maka mulai saat itu akan ada gencatan senjata di Lebanon,” tegas pejabat itu.
Pernyataan Hizbullah mengatakan Nasrallah menerima wakil kepala Hamas, Hayya, untuk pertemuan tersebut, yang meninjau “perkembangan keamanan dan politik terkini” di Jalur Gaza.
“Mereka juga membahas perkembangan terkini dalam negosiasi yang sedang berlangsung akhir-akhir ini, suasananya, dan proposal yang diajukan untuk mengakhiri agresi berbahaya terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza,” papar pernyataan itu.
Seorang pejabat senior pemerintah AS mengatakan pada Kamis bahwa Hamas telah membuat penyesuaian yang cukup signifikan dalam posisinya atas kemungkinan kesepakatan pembebasan sandera dengan Israel, dengan harapan hal itu akan mengarah pada kesepakatan yang akan menjadi langkah menuju gencatan senjata permanen.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kepada Presiden AS Joe Biden pada Kamis bahwa dia akan mengirim delegasi untuk melanjutkan negosiasi, dan seorang pejabat Israel mengatakan tim negaranya akan dipimpin kepala badan intelijen Mossad.
(sya)