Militer AS Ingin Normalkan Hubungan dengan Kopassus Indonesia

Kamis, 30 Mei 2019 - 17:24 WIB
Militer AS Ingin Normalkan Hubungan dengan Kopassus Indonesia
Militer AS Ingin Normalkan Hubungan dengan Kopassus Indonesia
A A A
JAKARTA - Militer Amerika Serikat (AS) ingin menormalkan hubungan dengan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Tentara Nasional Indonesia (TNI). Militer Washington bahkan mengajak pasukan elite tersebut latihan bersama pada 2020 nanti.

Niat militer AS itu disampaikan Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Pertahanan Patrick Shanahan saat bertemu dengan Menteri Pertahanan Indonesia Ryamizard Ryacudu, di Jakarta, Kamis (30/5/2019).

AS pernah menjatuhkan sanksi kepada Kopassus terkait tuduhan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Timor Lorosae atau Timor Leste ketika wilayah itu bersiap untuk merdeka dari Indonesia pada tahun 1990-an. Sanksi itu termasuk larangan bagi Kopassus untuk melakukan kontak dengan militer AS.

Namun, pada 2010 AS mencabut larangan tersebut. Pendahulu Shanahan, James Norman Mattis pada 2018 lalu berkunjung ke Indonesia dan berharap bisa membantu menormalkan hubungan.

Shanahan dan Ryamizard telah melakukan pertemuan hari ini. Mereka, dalam pernyataan bersama, mengatakan bahwa Amerika Serikat ingin menormalkan hubungan dengan Kopassus dan mengadakan latihan bersama pada tahun 2020.

"Kedua kementerian menegaskan dukungan untuk ekspansi pasukan kita untuk latihan tentara tahun depan, dan dengan menormalkan hubungan pasukan khusus Angkatan Darat dimulai pada 2020 dengan Latihan Gabungan Bersama dengan Kopassus," bunyi pernyataan bersama tersebut.

Pertemuan kedua pejabat pertahanan ini berlangsung di tengah meningkatnya ketegangan antara China dan Amerika Serikat.

Indonesia pernah berselisih dengan China mengenai hak menangkap ikan di sekitar Kepulauan Natuna. Otoritas berwenang Indonesia melarang keras nelayan China menangkap ikan di Kepulauan Natuna dan mencegah ekspansi kehadiran militer China di wilayah tersebut dalam beberapa tahun terakhir.

Pada 2017, Indonesia mengganti nama wilayah zona ekonomi eksklusif-nya di Laut China Selatan menjadi Laut Natuna Utara. Tindakan Indonesia ini dipandang para pakar sebagai tindakan perlawanan signifikan terhadap ambisi teritorial China di Laut China Selatan.

"Kedua kementerian mendukung kemungkinan peningkatan pertukaran informasi dan pertukaran pandangan tentang penilaian ancaman regional dengan menggunakan ASEAN Our Eyes (AOE) sebagai platform untuk pertukaran informasi strategis di antara Negara-negara Anggota ASEAN," lanjut pernyataan bersama tersebut.

Indonesia dan lima negara Asia Tenggara lainnya meluncurkan pakta intelijen "Our Eyes" atau "Mata Kita" tahun lalu yang bertujuan memerangi kelompok gerilyawan ISIS dan meningkatkan kerja sama dalam menghadapi ancaman keamanan.

Indonesia, negara mayoritas Muslim terbesar di dunia, dalam beberapa tahun terakhir telah berjuang untuk menahan kebangkitan radikalisme dalam negeri yang terinspirasi sebagian oleh kelompok militan Islamic State atau ISIS di Timur Tengah.

Dalam pertemuan kedua pejabat itu, AS dan Indonesia juga membahas melakukan survei bawah laut untuk memastikan bahwa bangkai kapal perang Perang Dunia Kedua di perairan Indonesia tidak terganggu. Ada laporan penjarahan terhadap bangkai kapal-kapal perang yang karam.

"Kedua kementerian membahas pentingnya mendukung kesucian jasad yang terkubur dalam kapal Perang Dunia Kedua, USS Houston, dan kerja sama untuk mengidentifikasi sisa-sisa (kapal dan jasad pelaut) AS di Indonesia," imbuh pernyataan Shanahan dan Ryamizard, seperti dikutip Reuters.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3380 seconds (0.1#10.140)