Deretan 4 Musuh Hizbullah, Kelompok Milisi Buatan Iran di Lebanon
loading...
A
A
A
2. Lebanon
Sebagai pihak yang menyuplai persenjataan, Iran mengeksploitasi kekacauan Perang Saudara Lebanon dan invasi Israel tahun 1982 untuk mengkatalisis kebangkitan Hizbullah.
Iran menciptakan pemberontakan di dalam Partai Amal—sebuah partai nasionalis Syiah Lebanon yang didirikan oleh Imam Musa al-Sadr—memecah sebuah faksi (dikenal sebagai Amal Islam) yang kemudian menjadi inti Hizbullah.
Ketika Hizbullah pertama kali muncul pada tahun 1982, mereka sepenuhnya menolak legitimasi negara Lebanon dan menganggapnya sebagai musuh. Surat terbuka mereka pada tahun 1985 menyebut republik sekuler sebagai “produk arogansi yang sangat tidak adil sehingga tidak ada reformasi atau modifikasi yang dapat memperbaikinya.”
Oleh karena itu, kelompok tersebut menolak kerja sama apa pun dengan negara Lebanon yang tidak menyebabkan “perubahan mendasar pada akar sistem”, dan menggantinya dengan republik Islam seperti model Iran.
3. Amerika Serikat
Pilihan musuh dan sekutu Hizbullah ditentukan oleh permusuhan dan kepentingan Iran, bukan Lebanon. Karena itu jugalah mengapa Amerika Serikat dan sejumlah negara Barat menjadi salah satu musuh dari kelompok milisi yang ada di Lebanon itu.
Hubungan antara Iran dan AS sendiri sudah mulai rumit sejak tahun 1950, yang dipicu oleh perebutan hak pengelolaan tambak minyak bumi. Permusuhan semakin memanas setelah kemunculan tokoh revolusioner Iran, Ayatollah Khomeini yang menentang pemerintahan boneka AS di Iran.
Masih panasnya hubungan kedua negara hingga saat ini membuat Hizbullah yang disokong dan menganut ideologi Iran ikut memusuhi AS. Imbasnya, AS langsung memasukkan kelompok tersebut dalam salah satu organisasi teroris dunia.
4. Arab Saudi
Hubungan antara Arab Saudi dan Lebanon ditandai dengan siklus persahabatan dan permusuhan. Dikutip dari Washington Institute, alasan utama kekecewaan Saudi terhadap Lebanon adalah kekuatan Hizbullah dan pendukungnya di Iran.
Kekecewaan Arab Saudi dimulai ketika Saad Hariri memutuskan untuk berkompromi dengan Hizbullah. Ketika Arab Saudi melepaskan diri, Iran dengan cepat mengisi kesenjangan kekuasaan.
Pada tahun 2016, Michel Aoun menjadi presiden Lebanon dan boneka Iran. Hizbullah serta sekutunya memenangkan pemilihan parlemen pada tahun 2018, mengambil alih sebagian besar keputusan keamanan, keuangan, dan politik di Lebanon.