Ini Alasan Junta Myanmar Masih Bertahan di Tengah Gempuran Pemberontak dan Tekanan Internasional

Rabu, 26 Juni 2024 - 16:15 WIB
loading...
A A A
Andrews mengamati pembelian oleh entitas yang dikendalikan oleh kementerian pertahanan junta, dan mengidentifikasi pengadaan militer senilai USD630 juta antara tahun 2022 dan 2024. Ekspor dari Singapura turun dari lebih dari USD110 juta pada tahun fiskal 2022 menjadi lebih dari USD10 juta.

Namun, negara tetangga Myanmar, Thailand, mengisi sebagian kesenjangan tersebut. Perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Thailand mentransfer senjata dan material terkait senilai USD120 juta pada tahun fiskal 2023, dibandingkan dengan USD60 juta pada tahun sebelumnya.

“Sebagai contoh yang mencolok, pada tahun 2023, perusahaan yang terdaftar di Thailand menjadi sumber suku cadang SAC untuk helikopter Mi-17 dan Mi-35 yang sebelumnya disediakan oleh perusahaan yang terdaftar di Singapura,” kata laporan itu, mengacu pada nama resmi junta Dewan Tata Usaha Negara.

“SAC menggunakan helikopter ini untuk mengangkut tentara dan melakukan serangan udara terhadap sasaran sipil, seperti serangan pada April 2023 di desa Pazigyi di Wilayah Sagaing yang menewaskan sekitar 170 orang, termasuk 40 anak-anak.”

Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin mengatakan kepada Reuters dalam sebuah wawancara pada bulan April bahwa Thailand tidak akan memihak dan akan mengatasi semua kekhawatiran dalam konflik tersebut.

(ahm)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1577 seconds (0.1#10.140)