Tentara Loyal kepada Maduro, Guaido Sambut Baik Intervensi Militer AS

Minggu, 05 Mei 2019 - 14:48 WIB
Tentara Loyal kepada Maduro, Guaido Sambut Baik Intervensi Militer AS
Tentara Loyal kepada Maduro, Guaido Sambut Baik Intervensi Militer AS
A A A
CARACAS - Tokoh oposisi, Juan Guaido, telah melebih-lebihkan dukungan militer terhadapnya dan mengakui telah gagal melakukan kudeta. Ia pun menyambut intervensi militer yang didukung Amerika Serikat (AS) jika Washington memutuskan menempuh hal itu.

Guaido dan pendukungnya menderita kekalahan memalukan setelah upaya kudeta yang dilancarkannya pada Selasa lalu berujung pada kegagalan. Terlepas dari pembelotan beberapa prajurit, angkatan bersenjatan tetap loyal kepada Maduro dan menolak seruan Guaido.

Menyusul bentrokan di dan sekitar Ibu Kota, Maduro mengumumkan "kekalahan," memaksa oposisi untuk mundur. Ia mengakui telah salah menghitung tingkat kesetiaan yang dimiliki para prajurit untuk Maduro.

"Saya pikir variabel (dari upaya kudeta yang gagal) sudah jelas pada titik ini," kata politisi berusia 35 tahun itu kepada The Washington Post.

"Oposisi gagal mungkin karena kita masih membutuhkan lebih banyak tentara, dan mungkin kita membutuhkan lebih banyak pejabat rezim untuk bersedia mendukungnya," terangnya seperti dikutip dari Russia Today, Minggu (5/5/2019).

Dalam kesempatan itu, Guaido juga membahas kemungkinan efek negatif yang dimiliki mentornya Leopoldo Lopez ketika ia bergabung dengan para pengunjuk rasa. Ia bersikeras bahwa dia tidak ditangkap ketika menyerukan kudeta di Caracas, karena Maduro "takut."

Terkait masa depan untuk oposisi, Guaido mengatakan dia akan menyambut dukungan militer AS selama mereka berdiri di samping pasukan Venezuela, yang menolak untuk membelot. Jika Washington mengulurkan tangan militernya kepada oposisi, Guaido berjanji untuk mengambil opsi itu mendapatkan persetujuan Majelis Nasional yang dikuasai oposisi.

Terlepas dari kekalahan oposisi, Menteri Luar Negeri AS sekali lagi meminta Maduro untuk menyerahkan kekuasaan. Mike Pompeo lantas menyalahkan Rusia dan dukungan Kuba atas dugaan "penderitaan" rakyat Venezuela, yang, terlepas dari semua tekanan, terus tetap setia kepada cita-cita Bolivarian.

Baik Rusia dan Kuba membantah keterlibatannya dalam masalah internal Venezuela, sementara Caracas terus menyalahkan kebijakan AS atas kondisi sosial-ekonomi negara itu.

Ekonomi negara Amerika Selatan itu telah mengalami penurunan yang stabil sejak penurunan tajam harga minyak pada tahun 2014. Pada saat yang sama, Caracas telah berada di bawah tekanan konstan dari sanksi AS, yang ditujukan kepada Presiden Maduro dan pemerintahnya.

Penurunan ekonomi menyebabkan devaluasi mata uang nasional dan kekurangan makanan, obat-obatan serta barang-barang pokok lainnya. Kondisi sosial-ekonomi yang memburuk memicu arus besar eksodus warga Venezuela ke negara-negara tetangga, termasuk Kolombia, Ekuador, Peru dan Brasil.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4198 seconds (0.1#10.140)