Krisis Politik Semakin Dalam, Rezim Belarusia Pidanakan Oposisi

Jum'at, 21 Agustus 2020 - 01:08 WIB
loading...
Krisis Politik Semakin Dalam, Rezim Belarusia Pidanakan Oposisi
Presiden Belarusia Aleksandr Lukashenko. Foto/US News
A A A
MINSK - Rezim Belarusia mempidanakan badan yang dibentuk kelompok oposisi, menuduhnya sebagai upaya ilegal untuk merebut kekuasaan. Upaya ini diluncurkan sehari setelah Presiden Alexander Lukashenko mengancam akan menyapu jalanan dari demonstran yang menolak dirinya terpilih kembali.

Belarusia menghadapi krisis politik terbesar sejak pecahnya Uni Soviet. Puluhan ribu demonstran menolak kemenangan Lukashenko dalam pemilu pada 9 Agustus lalu yang menurut lawan politiknya telah dicurangi.

Penentang Lukashenko, yang telah berkuasa selama 26 tahun, meluncurkan Dewan Koordinasi pada hari Selasa dengan tujuan menegosiasikan transfer kekuasaan. Anggotanya termasuk penulis pemenang Hadiah Nobel dan kepala teater drama utama Minsk yang digulingkan, serta calon presiden yang diasingkan Sviatlana Tsikhanouskaya, yang para pengikutnya mengatakan dia telah memenangkan pemilu.

Kejaksaan Belarusia menggambarkan badan tersebut dirancang untuk merebut kekuasaan dan tindakannya menjadi ancaman bagi keamanan nasional, seperti diberitakan kantor berita Rusia RIA. Meski begitu tidak ada seorang pun yang ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus tersebut.

Dewan tersebut mengatakan salah satu anggotanya, Maksim Znak, telah dipanggil untuk datang di Komite Investigasi pada hari Jumat atas kasus pidana tersebut. Ia mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa upayanya itu sah.

“Tuduhan itu sama sekali tidak berdasar dan tanpa dasar. Tujuan kami adalah menyelesaikan krisis tanpa konflik. Kami tidak menyerukan perebutan kekuasaan,” kata anggota dewan Syarhei Dyleuski, pemimpin komite pekerja yang mogok di Pabrik Traktor Minsk, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (21/8/2020).

Setelah aksi unjuk rasa besar-besaran selama berhari-hari yang menarik puluhan ribu demonstran, aksi protes berkurang pada hari Kamis tetapi tidak dihentikan.

Pada Rabu lalu, Lukashenko mengumumkan bahwa dia telah memerintahkan polisi untuk membersihkan jalan-jalan Ibu Kota meskipun tidak ada tindakan yang diambil terhadap ratusan demonstran yang menggelar unjuk rasa di depan markas polisi pada hari itu. Sampai jam makan siang pada hari Kamis masih belum ada tanda-tanda operasi keamanan.

Dalam pesan video, salah satu pemimpin oposisi, Maria Kolesnikova, meminta anggota pasukan keamanan untuk menolak mematuhi "perintah ilegal", dan menjanjikan kekebalan dari tuntutan jika mereka berpihak pada rakyat.

Di luar Teater Nasional Janka Kupala, yang telah menjadi fokus demonstrasi sejak direkturnya dipecat karena mendukung aksi protes dan seluruh rombongan aktor mengundurkan diri, sekelompok penyanyi folk bergabung dengan kerumunan kecil dalam nyanyian.

“Sekarang, tidak ada yang bisa tinggal diam, duduk di rumah, mengamati kekacauan dan menyaksikan bagaimana orang-orang kami dibunuh,” kata musisi Sergei Dolgushayev.

Demonstrasi yang lebih besar diperkirakan akan terjadi lagi selama akhir pekan.

Tsikhanouskaya, seorang politikus pemula berusia 37 tahun, muncul menjadi kandidat oposisi sebagai konsensus setelah tokoh-tokoh terkenal dilarang maju, termasuk suaminya yang seorang aktivis dan telah dipenjara sejak Mei lalu.

Sejak pemungutan suara, ia telah melarikan diri ke negara tetangga Lithuania, mengeluarkan video yang menyerukan para pendukungnya untuk bangkit dengan damai. Perdana Menteri Lituania Saulius Skvernelis menemuinya di kantornya di Vilnius pada hari Kamis.

"Dia (Skvernelis) meyakinkannya bahwa pemerintah, bersama dengan mitranya di Polandia, Latvia, dan Estonia, sedang melakukan dan akan melakukan segalanya agar ada pemilihan umum yang bebas dan adil di Belarusia, dan agar anak-anaknya dapat secepat mungkin memeluk ayah mereka di kebebasan,” tulisnya di Facebook.

Hal itu mengundang kecaman dari Kremlin, yang mengatakan Moskow akan memandang setiap kontak antara pejabat asing dan oposisi Belarusia sebagai campur tangan dalam urusan Belarusia.(Baca: Putin kepada Merkel dan Macron: Ikut Campur Urusan Belarusia Tak Bisa Diterima )

Krisis di Belarusia, tetangga paling setia Rusia, adalah ujian bagi Kremlin, yang harus memutuskan apakah akan mencoba mengelola peralihan kekuasaan atau tetap bersama Lukashenko, mantan bos dari sebuah pertanian kolektif di era Soviet.

Ini juga menjadi tantangan bagi para pemimpin Barat, yang waspada terhadap kekerasan enam tahun setelah pemberontakan populer di negara tetangga Ukraina menarik intervensi militer Rusia dan memicu konflik paling mematikan yang sedang berlangsung di Eropa.

Uni Eropa telah menolak terpilihnya kembali Lukashenko dan ketua KTT Uni Eropa Charles Michel berbicara dengan Presiden Vladimir Putin pada hari Kamis. Ia adalah pemimpin Barat terakhir yang melakukan pembicaraan dengan Putin. Kremlin mengatakan Putin telah memberi tahu Michel bahwa tekanan pada Lukashenko akan menjadi kontraproduktif.(Baca: UE Tegaskan Tidak Akui Hasil Pemilihan Umum Belarusia )

Dari semua bekas tetangga Soviet Rusia, Belarusia memiliki hubungan politik, ekonomi, dan budaya yang paling dekat dengan Moskow, dan perbatasannya yang dijaga ketat dengan Latvia, Lituania, dan Polandia merupakan perbatasan utama NATO.
(ber)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1104 seconds (0.1#10.140)