5 Fakta Konflik Israel vs Hizbullah, Tel Aviv Ternyata Pernah Kalah
loading...
A
A
A
Pada banyaknya pertempuran yang terjadi, salah satu momen terbaik terjadi pada 2006. Dikenal sebagai Perang Lebanon II, konflik ini terjadi ketika Israel berencana menghancurkan posisi Hizbullah di Lebanon.
Awal mula konflik dipicu penyergapan kendaraan militer Israel oleh Hizbullah yang tengah berpatroli di perbatasan dekat Lebanon. Waktu itu, ada tiga tentaranya yang tewas dan dua orang lainnya ditawan.
Hizbullah menawarkan kesepakatan pertukaran tahanan. Namun, Israel justru membalasnya dengan serangan penuh dari sektor darat hingga udara.
Mengutip AlarabiyaNews, kendati kedua belah pihak mengklaim kemenangan, sebagian besar pengamat sepakat bahwa Israel gagal dalam hampir semua tujuan strategisnya. Alih-alih menghancurkan Hizbullah, perang ini justru menguatkan posisi kelompok tersebut di Lebanon.
Selain itu, Israel juga gagal menyelamatkan dua tentara yang diculik Hizbullah. Singkatnya, dengan membiarkan Hizbullah bertahan, Tel Aviv sudah gagal mencapai tujuannya secara militer.
Terbaru, hubungan di antara keduanya juga kembali tegang usai Israel melakukan genosida terhadap warga Palestina. Mengklaim sebagai pembela warga Palestina, Hizbullah pun beberapa kali mengirim serangan ke perbatasan Israel.
Sebelumnya, perlu diketahui bahwa Lebanon dan Hizbullah itu berbeda. Lebanon adalah sebuah negara berdaulat, sedangkan Hizbullah merupakan kelompok berpengaruh yang berbasis di Lebanon.
Konflik Israel-Hizbullah menimbulkan dampak yang sangat besar bagi Lebanon. Bukan hanya soal nyawa dan kehancuran, tetapi juga dari segi politik.
Kegagalan Israel menumpas Hizbullah membuat dominasi kelompok itu semakin kuat sebagai kekuatan politik-militer di Lebanon. Padahal, negara ini sebenarnya masih berada dalam tahap pemulihan setelah perang saudara.
Beberapa pengamat juga memperingatkan bahwa konflik Israel-Hizbullah ini bisa menjurus ke arah yang lebih besar. Jika memungkinkan, Israel bukan hanya mengincar Hizbullah, melainkan juga Lebanon untuk memastikan lenyapnya kelompok tersebut.
Awal mula konflik dipicu penyergapan kendaraan militer Israel oleh Hizbullah yang tengah berpatroli di perbatasan dekat Lebanon. Waktu itu, ada tiga tentaranya yang tewas dan dua orang lainnya ditawan.
Hizbullah menawarkan kesepakatan pertukaran tahanan. Namun, Israel justru membalasnya dengan serangan penuh dari sektor darat hingga udara.
Mengutip AlarabiyaNews, kendati kedua belah pihak mengklaim kemenangan, sebagian besar pengamat sepakat bahwa Israel gagal dalam hampir semua tujuan strategisnya. Alih-alih menghancurkan Hizbullah, perang ini justru menguatkan posisi kelompok tersebut di Lebanon.
Selain itu, Israel juga gagal menyelamatkan dua tentara yang diculik Hizbullah. Singkatnya, dengan membiarkan Hizbullah bertahan, Tel Aviv sudah gagal mencapai tujuannya secara militer.
Terbaru, hubungan di antara keduanya juga kembali tegang usai Israel melakukan genosida terhadap warga Palestina. Mengklaim sebagai pembela warga Palestina, Hizbullah pun beberapa kali mengirim serangan ke perbatasan Israel.
4. Lebanon Jadi Korban
Konflik antara Hizbullah dan Israel tak hanya berdampak bagi masing-masing pihak saja. Berbeda dengan mereka, kondisi ini adalah bencana besar bagi Lebanon.Sebelumnya, perlu diketahui bahwa Lebanon dan Hizbullah itu berbeda. Lebanon adalah sebuah negara berdaulat, sedangkan Hizbullah merupakan kelompok berpengaruh yang berbasis di Lebanon.
Konflik Israel-Hizbullah menimbulkan dampak yang sangat besar bagi Lebanon. Bukan hanya soal nyawa dan kehancuran, tetapi juga dari segi politik.
Kegagalan Israel menumpas Hizbullah membuat dominasi kelompok itu semakin kuat sebagai kekuatan politik-militer di Lebanon. Padahal, negara ini sebenarnya masih berada dalam tahap pemulihan setelah perang saudara.
Beberapa pengamat juga memperingatkan bahwa konflik Israel-Hizbullah ini bisa menjurus ke arah yang lebih besar. Jika memungkinkan, Israel bukan hanya mengincar Hizbullah, melainkan juga Lebanon untuk memastikan lenyapnya kelompok tersebut.