Estonia: Gabung NATO Akan Jadi Kemenangan Ukraina

Minggu, 02 Juni 2024 - 11:52 WIB
loading...
Estonia: Gabung NATO...
PM Estonia Kaja Kallas sebut bergabungnya Ukraina ke NATO pada akhirnya akan menjadi kemenangan bagi Kyiv. Foto/REUTERS
A A A
TALLINN - Perdana Menteri (PM) Estonia Kaja Kallas mengatakan bergabungnya Ukraina ke NATO pada akhirnya akan menjadi kemenangan bagi Kyiv, bahkan jika negara itu gagal merebut kembali sebagian wilayahnya yang dikuasai Rusia.

Pernyataan PM Kallas muncul ketika aliansi tersebut secara eksplisit mengesampingkan keanggotaan Ukraina selama perang dengan Rusia terus berlanjut.

Koresponden keamanan BBC, Frank Gardner, bertanya kepada Kallas pada hari Sabtu apakah Estonia memiliki Rencana B jika Ukraina kalah dalam perang melawan Rusia.

“Kami tidak mempunyai Rencana B untuk kemenangan Rusia,” jawab Kallas.



“Karena dengan begitu kami akan berhenti fokus pada Rencana A,” jelasnya, mengacu pada bantuan militer ke Kyiv.

“Kami tidak boleh menyerah pada pesimisme. Kemenangan di Ukraina bukan hanya soal wilayah,” kata Kallas.

“Jika Ukraina bergabung dengan NATO, meski tanpa wilayah tertentu, maka itu adalah kemenangan karena Ukraina akan ditempatkan di bawah payung NATO,” imbuh dia, yang dilansir Russia Today, Minggu (2/6/2024).

Estonia adalah salah satu negara yang paling vokal mendukung bantuan untuk Kyiv di antara anggota NATO di Eropa, dan telah menyumbangkan lebih dari €520 juta (USD565 juta) bantuan militer ke Ukraina, yang berjumlah sekitar 1,4 persen PDB negara Baltik tersebut.

Ukraina secara resmi mengajukan permohonan untuk bergabung dengan aliansi pimpinan Amerika Serikat tersebut pada tahun 2022, namun belum menerima peta jalan atau jadwal aksesi yang jelas.

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg berulang kali mengatakan bahwa Ukraina tidak dapat menjadi anggota aliansi sampai perangnya dengan Rusia diselesaikan.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, sementara itu, mengesampingkan penolakan klaim atas Crimea dan bekas wilayah Ukraina lainnya, yang dimasukkan ke dalam Rusia.

Sejak awal 2024, dia telah menandatangani pakta keamanan bilateral dengan beberapa anggota NATO, termasuk Inggris, Prancis, dan Jerman.

Berdasarkan perjanjian tersebut, negara-negara Barat berjanji untuk terus memberikan bantuan militer, namun tidak berkewajiban untuk memperlakukan konflik di Ukraina sebagai serangan terhadap wilayah mereka sendiri.

Rusia menyebut aspirasi Ukraina untuk bergabung dengan NATO sebagai salah satu akar penyebab konflik saat ini dan ketegangan keseluruhan dengan Barat.

Moskow melihat aliansi tersebut sebagai ancaman dan telah lama menolak ekspansi yang terus berlanjut ke wilayah timur.

Rusia juga menyatakan bahwa Kyiv harus mengakui “realitas teritorial baru” agar negosiasi perdamaian di masa depan dapat berhasil.
(mas)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1233 seconds (0.1#10.140)