Simulasi PD III: AS Dikalahkan Rusia dan China, Banyak F-35 'Terbunuh'

Selasa, 12 Maret 2019 - 08:06 WIB
Simulasi PD III: AS...
Simulasi PD III: AS Dikalahkan Rusia dan China, Banyak F-35 'Terbunuh'
A A A
WASHINGTON - Analis dan organisasi riset nirlaba, RAND Corporation, mensimulasikan Perang Dunia (PD) III antara Amerika Serikat melawan Rusia dan China. Dalam simulasi itu, Washington kalah telak dari Moskow dan Beijing dan parahnya banyak pesawat jet tempur siluman F-35 AS "terbunuh" di darat.

RAND Coporation menggambarkan Amerika Serikat dengan warna biru di peta. Sedangkan China dan Rusia digambarkan sebagai agresor imajiner dengan warna merah.

Skenario simulasi PD III ini terjadi di kawasan Baltik maupun Taiwan, dan segalanya tidak berjalan baik bagi Amerika Serikat. Hasil simulasi itu dipaparkan dalam diskusi panel di Center for New American Security, hari Kamis pekan lalu.

Salah satu adegan simulasi adalah AS menerbangkan pesawat pembom B-52 di atas perairan yang dipersengketakan di dekat China.

"Kami kehilangan banyak orang. Kami kehilangan banyak peralatan. Kami gagal mencapai tujuan kami untuk mencegah agresi oleh musuh," kata analis RAND, David Ochmanek, yang dikutip Sputnik, Selasa (12/3/2019). "Dalam kompetisi kami, ketika kami melawan Rusia dan China, biru diserahkan," lanjut dia.

Militer AS selama ini dengan mudah mengirim apa pun yang bisa dilemparkan pasukan reguler dalam Perang Irak 1990-an, dan lagi pada 2003. Demikian juga, pasukan AS menikmati keunggulan konvensional atas pasukan Taliban di Afghanistan. Namun, studi RAND memperingatkan bahwa perang dengan Rusia dan China akan melihat bahwa keuntungan AS runtuh.

Menurut RAND, darat, laut, udara, ruang angkasa, dan ruang maya, semuanya akan siap menjadi ajang pertikaian dalam konflik semacam itu. Angkatan Udara dan Angkatan Laut AS bisa menjadi korban rudal hipersonik, seperti peluncur hipersonik Avangard yang diuji oleh Rusia pada bulan Desember.

Pensiunan Jenderal AS Howard "Dallas" Thompson memperingatkan bahwa pertahanan AS saat ini tidak mampu melawan rudal hipersonik, yang terbang dengan kecepatan 20 kali dari kecepatan suara.

Serangan cepat di landasan pacu dan pangkalan udara bisa dibuat oleh F-35 Joint Strike Fighter baru AS. Namun, jet tempur siluman F-35 yang idak tertandingi di langit dapat dihentikan oleh serangan rudal ketika pesawat-pesawat itu meninggalkan landasan.

“Dalam setiap kasus yang saya ketahui, F-35 mengatur langit ketika ada di langit," kata Robert Work, mantan wakil menteri pertahanan AS, dalam diskusi panel tersebut."Tapi itu 'terbunuh' di tanah dalam jumlah besar."

RAND dalam laporannya membeberkan keunggulan militer Rusia dan China. "Kedua negara ini (Rusia dan China) memiliki kemampuan serangan presisi, pertahanan udara terintegrasi, rudal jelajah dan balistik, kemampuan perang dunia maya dan anti-satelit, kekuatan udara dan angkatan laut yang signifikan, dan senjata nuklir—serangkaian kemampuan canggih yang sebelumnya hanya dimiliki oleh Amerika Serikat," imbuh laporan RAND.

"Militer AS akan menghadapi tantangan yang menakutkan dalam membangun superioritas udara atau kontrol laut dan merebut kembali wilayah yang hilang pada awal konflik," lanjut laporan tersebut.

Ancaman tambahan lainnya adalah perang siber China. "Jika satelit komunikasi dan jaringan nirkabel Amerika dikeluarkan, otak dan sistem saraf yang menghubungkan semua bagian ini ditekan, jika tidak hancur," kata Ochmanek. "Di pihak kita, setiap kali kita melakukan latihan, ketika kekuatan merah benar-benar menghancurkan komando dan kontrol kita, kita menghentikan latihan dan berkata, 'mari kita mulai lagi'," ujarnya.

Adapun solusinya, para peneliti di RAND menyerukan kenaikan belanja pertahanan. "USD24 miliar setahun untuk lima tahun ke depan akan menjadi pengeluaran yang baik," saran Work.

Presiden Trump mengumumkan anggaran militer sebesar USD750 miliar pada hari Senin (11/3/2019), dan prediksi malapetaka seperti itu selalu mendahului pengumuman tahunan. Pekan lalu, Jenderal Curtis Scaparotti, jenderal top AS di Eropa, berbicara tentang ancaman yang dirasakan dari Rusia untuk menuntut lebih banyak pasukan, jet tempur, rudal, dan kapal untuk meningkatkan kehadiran AS di Eropa.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1372 seconds (0.1#10.140)