Jet Tempur F-35 Bersertifikat untuk Bawa Bom Nuklir

Sabtu, 09 Maret 2024 - 12:30 WIB
loading...
Jet Tempur F-35 Bersertifikat untuk Bawa Bom Nuklir
Jet tempur F-35 Lightning II bermanuver di udara. Foto/REUTERS/Tom Reynolds/Lockheed Martin Corp
A A A
WASHINGTON - Jet tempur F-35A buatan Amerika Serikat (AS) telah disertifikasi untuk membawa bom nuklir jatuh bebas B61-12. F-35A menjadi pesawat generasi kelima pertama yang diberi lampu hijau untuk membawa senjata nuklir.

Pengumuman tersebut dibuat pada Jumat (8/3/2024) oleh juru bicara Kantor Program Gabungan F-35, Russ Goemaere, dalam pernyataan kepada majalah Breaking Defense.

Program sertifikasi sepuluh tahun, yang semula dijadwalkan selesai pada Januari, telah selesai lebih cepat dari jadwal, menurut juru bicara tersebut.

“F-35A adalah pesawat berkemampuan nuklir generasi ke-5 pertama yang pernah ada, dan platform baru pertama (pesawat tempur atau pembom) yang mencapai status ini sejak awal 1990-an,” ungkap Goemaere.

Dia mengklaim pengembangan tersebut memberikan “kemampuan kritis” bagi seluruh blok NATO dan mendukung “komitmen pencegahan yang diperluas” AS.

Sertifikasi ini hanya berlaku untuk pesawat lepas landas dan mendarat konvensional F-35A dan tidak mencakup varian lain dari jet tempur siluman, seperti F-35B yang dapat lepas landas pendek dan mendarat vertikal atau F35C berbasis kapal induk.

Hal ini juga memungkinkan pesawat tempur untuk hanya menggunakan B61-12, varian terbaru dari bom nuklir jatuh bebas B61, yang pertama kali diperkenalkan pada 1960.



Program perpanjangan umur -12, yang dirancang pada masa pemerintahan Barack Obama, dimaksudkan untuk menggantikan varian nuklir lama, dengan unit produksi pertamanya diluncurkan pada akhir tahun 2021, dan dijadwalkan akan berjalan hingga akhir tahun 2025.

Tahun lalu, Pemerintahan Biden mengumumkan program perpanjangan umur -13 baru untuk memberikan perubahan lebih lanjut pada B61.

Perkembangan ini menjadi kabar baik bagi keseluruhan program F-35, yang penuh dengan berbagai masalah teknis dan berbagai kemunduran yang memalukan.

Hal terbaru dilaporkan awal tahun ini oleh Bloomberg, ketika ternyata peningkatan perangkat lunak baru senilai USD14 miliar untuk jet tempur tersebut ternyata “belum matang dan kurang”, sehingga menyebabkan “kekurangan perang yang kritis” pada pesawat tersebut, bukan perbaikan pada kemampuan sistemnya.

Meskipun banyak keluhan dari operator jet tempur, yang telah mengamati kekurangan “dalam persenjataan, fusi, komunikasi dan navigasi, keamanan siber dan proses penargetan,” Pentagon dilaporkan memilih terus meluncurkan update yang salah tersebut.
(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1105 seconds (0.1#10.140)