Sejumlah Perusahaan China Diawasi atas Dugaan Penipuan dan Korupsi di Afrika
loading...
A
A
A
CHICO juga bekerja sama dengan sejumlah negara lain di Afrika dan Bank Dunia. Masuk ke daftar hitam terbukti merugikan reputasi CHICO dan perusahaan China lainnya yang bekerja di Afrika.
Perusahaan-perusahaan China di benua tersebut terus diawasi atas masalah korupsi dan penipuan selama bertahun-tahun.
Pada tahun 2019, CCCC terjebak dalam kontroversi setelah menerima kontrak untuk membangun proyek terminal minyak di Mombasa, Kenya, walau sudah dimasukkan ke daftar hitam oleh Bank Dunia.
Pemerintah Kenya membuka penyelidikan setelah ditemukan bahwa biaya proyek meningkat lebih dari 160 persen dan perusahaan memanipulasi kondisi di lapangan.
Laporan investigasi berbunyi "Tender tersebut diberikan secara tidak wajar oleh KPA kepada China Communication Construction Company (CCCC) meski perusahaan tersebut tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam dokumen penawaran." CCCC masuk daftar hitam oleh Bank Dunia selama delapan tahun karena terlibat dalam kebijakan kolusi di Filipina.
Bank Dunia juga pada tahun 2019 melarang perusahaan China lainnya bernama Oriental Electronics karena melakukan penawaran curang di Liberia. Perusahaan-perusahaan China melakukan penipuan dan mereka tidak lagi menjalankan bisnis yang higienis, kata komentator sosio-politik Afrika, Kenya West.
Bukan hanya perusahaan-perusahaan seperti CCCC yang dimasukkan ke dalam daftar hitam, tetapi para direkturnya juga harus ditangkap, ungkap West.
Secara khusus, CCCC adalah perusahaan pembangun terbesar di BRI. Pada tahun 2018, mereka memiliki lebih dari 700 proyek yang mencakup 100 negara. CCCC kedapatan terlibat korupsi di Malaysia, Sri Lanka, Kanada, Bangladesh, dan Australia.
Pada tahun 2014, parlemen Kenya melakukan penyelidikan terhadap pemberian kontrak pembangunan jalur kereta api ke perusahaan yang masuk daftar hitam China Roads and Bridge Corporation (CRBC).
Penipuan tender yang dilakukan CCCC menyebabkan keributan besar di Kenya karena masyarakat menuntut penyelidikan.
Perusahaan-perusahaan China di benua tersebut terus diawasi atas masalah korupsi dan penipuan selama bertahun-tahun.
Pada tahun 2019, CCCC terjebak dalam kontroversi setelah menerima kontrak untuk membangun proyek terminal minyak di Mombasa, Kenya, walau sudah dimasukkan ke daftar hitam oleh Bank Dunia.
Pemerintah Kenya membuka penyelidikan setelah ditemukan bahwa biaya proyek meningkat lebih dari 160 persen dan perusahaan memanipulasi kondisi di lapangan.
Laporan investigasi berbunyi "Tender tersebut diberikan secara tidak wajar oleh KPA kepada China Communication Construction Company (CCCC) meski perusahaan tersebut tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam dokumen penawaran." CCCC masuk daftar hitam oleh Bank Dunia selama delapan tahun karena terlibat dalam kebijakan kolusi di Filipina.
Bank Dunia juga pada tahun 2019 melarang perusahaan China lainnya bernama Oriental Electronics karena melakukan penawaran curang di Liberia. Perusahaan-perusahaan China melakukan penipuan dan mereka tidak lagi menjalankan bisnis yang higienis, kata komentator sosio-politik Afrika, Kenya West.
Bukan hanya perusahaan-perusahaan seperti CCCC yang dimasukkan ke dalam daftar hitam, tetapi para direkturnya juga harus ditangkap, ungkap West.
Secara khusus, CCCC adalah perusahaan pembangun terbesar di BRI. Pada tahun 2018, mereka memiliki lebih dari 700 proyek yang mencakup 100 negara. CCCC kedapatan terlibat korupsi di Malaysia, Sri Lanka, Kanada, Bangladesh, dan Australia.
Pada tahun 2014, parlemen Kenya melakukan penyelidikan terhadap pemberian kontrak pembangunan jalur kereta api ke perusahaan yang masuk daftar hitam China Roads and Bridge Corporation (CRBC).
Pelanggaran Ketenagakerjaan
Penipuan tender yang dilakukan CCCC menyebabkan keributan besar di Kenya karena masyarakat menuntut penyelidikan.