450.000 Warga Palestina Tinggalkan Rafah saat Tank-tank Israel Terus Menusuk
loading...
A
A
A
RAFAH - Sekitar 450.000 warga Palestina telah meninggalkan Rafah sejak Israel memerintahkan lebih banyak warga Palestina mengungsi pada Sabtu (11/5/2024).
Data itu diungkap badan PBB untuk pengungsi Palestina pada Selasa (14/5/2024). Laporan dari kota tersebut menunjukkan pasukan Israel mendekati pusat kota Rafah yang padat penduduknya.
Pasukan kolonial Israel (IDF) memerintahkan orang-orang di lingkungan tenggara Rafah untuk “segera” pergi pada hari Sabtu.
Juru bicara IDF Avichai Adraee memperingatkan pasukan Israel sedang bersiap menyerang sasaran Hamas di sana “dengan kekuatan besar.”
IDF kini telah mengevakuasi seluruh sepertiga bagian timur kota tersebut menyusul perintah serupa yang diberikan awal bulan ini.
Dalam pernyataan pada Selasa, Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) mengatakan 450.000 orang telah melaksanakan perintah tersebut.
“Orang-orang terus-menerus menghadapi kelelahan, kelaparan, dan ketakutan. Tidak ada tempat yang aman,” ungkap pernyataan itu. “Gencatan senjata segera adalah satu-satunya harapan.”
Sebelum dievakuasi, Rafah menampung sekitar 1,4 juta warga Palestina yang melarikan diri dari operasi Israel di Gaza utara dan tengah.
Meskipun mendapat kecaman dari Amerika Serikat (AS), PBB, dan negara-negara lain serta organisasi internasional, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memerintahkan serangan udara terhadap Rafah pada awal Mei, diikuti dengan serangan darat di dekat pos pemeriksaan perbatasan selatan Rafah dengan Mesir.
Tank-tank IDF memasuki lingkungan Brazil dan al-Jnaina di Rafah timur pada hari Selasa, menurut sumber-sumber Palestina kepada Reuters.
Salah satu sumber menggambarkan “bentrokan” di sejumlah wilayah. IDF mengatakan pihaknya bertempur jarak dekat di sisi Gaza di penyeberangan Rafah.
Hamas mengatakan pada Selasa bahwa para pejuangnya telah membunuh dan melukai beberapa tentara Israel dengan rudal dan ranjau di Brazil dan al-Jnaina.
Tidak jelas apakah Netanyahu berniat melanjutkan invasi besar-besaran ke Rafah. Departemen Luar Negeri AS telah menyatakan keraguannya bahwa IDF mampu sepenuhnya memberantas Hamas di Gaza.
Presiden AS Joe Biden telah memperingatkan dia akan menghentikan sejumlah bantuan militer ke Israel jika Netanyahu melakukan operasi semacam itu.
Rezim penjajah Israel telah membunuh 35.901 warga Palestina dalam tujuh bulan sejak Israel mulai menyerang Gaza pada Oktober, menurut kementerian kesehatan wilayah tersebut.
Dari jumlah tersebut, 24.686 telah teridentifikasi, 60% di antaranya adalah perempuan, anak-anak, dan orang tua, menurut PBB.
Pejuang Hamas membunuh sekitar 1.200 warga Israel dalam serangan mereka pada tanggal 7 Oktober di negara Yahudi tersebut.
272 tentara Israel tewas dalam pertempuran di Gaza, sementara 1.674 prajurit terluka, menurut pejabat dan media Israel.
Lihat Juga: IDF Terbitkan 1.100 Surat Perintah Penangkapan bagi Penghindar Wajib Militer Yahudi Ultra-Ortodoks
Data itu diungkap badan PBB untuk pengungsi Palestina pada Selasa (14/5/2024). Laporan dari kota tersebut menunjukkan pasukan Israel mendekati pusat kota Rafah yang padat penduduknya.
Pasukan kolonial Israel (IDF) memerintahkan orang-orang di lingkungan tenggara Rafah untuk “segera” pergi pada hari Sabtu.
Juru bicara IDF Avichai Adraee memperingatkan pasukan Israel sedang bersiap menyerang sasaran Hamas di sana “dengan kekuatan besar.”
IDF kini telah mengevakuasi seluruh sepertiga bagian timur kota tersebut menyusul perintah serupa yang diberikan awal bulan ini.
Dalam pernyataan pada Selasa, Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) mengatakan 450.000 orang telah melaksanakan perintah tersebut.
“Orang-orang terus-menerus menghadapi kelelahan, kelaparan, dan ketakutan. Tidak ada tempat yang aman,” ungkap pernyataan itu. “Gencatan senjata segera adalah satu-satunya harapan.”
Sebelum dievakuasi, Rafah menampung sekitar 1,4 juta warga Palestina yang melarikan diri dari operasi Israel di Gaza utara dan tengah.
Meskipun mendapat kecaman dari Amerika Serikat (AS), PBB, dan negara-negara lain serta organisasi internasional, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memerintahkan serangan udara terhadap Rafah pada awal Mei, diikuti dengan serangan darat di dekat pos pemeriksaan perbatasan selatan Rafah dengan Mesir.
Tank-tank IDF memasuki lingkungan Brazil dan al-Jnaina di Rafah timur pada hari Selasa, menurut sumber-sumber Palestina kepada Reuters.
Salah satu sumber menggambarkan “bentrokan” di sejumlah wilayah. IDF mengatakan pihaknya bertempur jarak dekat di sisi Gaza di penyeberangan Rafah.
Hamas mengatakan pada Selasa bahwa para pejuangnya telah membunuh dan melukai beberapa tentara Israel dengan rudal dan ranjau di Brazil dan al-Jnaina.
Tidak jelas apakah Netanyahu berniat melanjutkan invasi besar-besaran ke Rafah. Departemen Luar Negeri AS telah menyatakan keraguannya bahwa IDF mampu sepenuhnya memberantas Hamas di Gaza.
Presiden AS Joe Biden telah memperingatkan dia akan menghentikan sejumlah bantuan militer ke Israel jika Netanyahu melakukan operasi semacam itu.
Rezim penjajah Israel telah membunuh 35.901 warga Palestina dalam tujuh bulan sejak Israel mulai menyerang Gaza pada Oktober, menurut kementerian kesehatan wilayah tersebut.
Dari jumlah tersebut, 24.686 telah teridentifikasi, 60% di antaranya adalah perempuan, anak-anak, dan orang tua, menurut PBB.
Pejuang Hamas membunuh sekitar 1.200 warga Israel dalam serangan mereka pada tanggal 7 Oktober di negara Yahudi tersebut.
272 tentara Israel tewas dalam pertempuran di Gaza, sementara 1.674 prajurit terluka, menurut pejabat dan media Israel.
Lihat Juga: IDF Terbitkan 1.100 Surat Perintah Penangkapan bagi Penghindar Wajib Militer Yahudi Ultra-Ortodoks
(sya)