Warga Palestina Terlalu Lapar untuk Tinggalkan Rafah, Israel Makin Barbar
loading...
A
A
A
RAFAH - Tiga hari lalu, militer Israel menjatuhkan selebaran yang memerintahkan para pengungsi dan penduduk Rafah untuk pergi.
Dalam perintah yang memerintahkan orang-orang untuk keluar dari Rafah, militer Israel mengatakan mereka “akan beroperasi dengan pasukan” melawan pejuang Hamas di daerah tersebut.
Perkiraan PBB menyebutkan ada 1,2 juta orang berlindung dalam kondisi yang mengerikan di Rafah, kota selatan Gaza.
“Kelaparan besar-besaran yang terjadi di bagian utara Gaza telah menyebar ke bagian selatan,” ungkap Cindy McCain, kepala Program Pangan Dunia (WFP), pada akhir pekan lalu.
Ada sekitar 200 warga Palestina yang terpaksa mengungsi dari Rafah setiap jamnya, menurut Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (Unrwa) pada hari Rabu (8/5/2024).
Dalam konferensi pers online, para dokter dan pekerja bantuan kemanusiaan yang melaporkan dari Gaza berbicara tentang mustahilnya memindahkan orang dari Rafah, karena orang-orang dilanda kelaparan, ditambah dengan runtuhnya sistem transportasi dan layanan kesehatan.
"Ada anak-anak dan orang tua yang sangat kelaparan sehingga mereka hampir tidak bisa berjalan. Orang-orang ini tidak bisa begitu saja pindah ke daerah lain, ke tempat yang disebut 'zona aman'. Itu tidak mungkin," ujar Alexandra Saieh, kepala kebijakan kemanusiaan dari Save the Children.
Beberapa pekerja bantuan telah menyatakan, “Tidak ada daerah yang aman di Jalur Gaza untuk direlokasi.”
“Konsep zona aman adalah sebuah kebohongan,” ujar Helena Marchal, dari Medecins du Monde.
Pasukan Israel makin barbar dengan membunuh lebih dari 34.700 warga Palestina di Jalur Gaza, melukai lebih dari 78.000 orang, yang sebagian besar wanita dan anak-anak.
Dalam perintah yang memerintahkan orang-orang untuk keluar dari Rafah, militer Israel mengatakan mereka “akan beroperasi dengan pasukan” melawan pejuang Hamas di daerah tersebut.
Perkiraan PBB menyebutkan ada 1,2 juta orang berlindung dalam kondisi yang mengerikan di Rafah, kota selatan Gaza.
“Kelaparan besar-besaran yang terjadi di bagian utara Gaza telah menyebar ke bagian selatan,” ungkap Cindy McCain, kepala Program Pangan Dunia (WFP), pada akhir pekan lalu.
Ada sekitar 200 warga Palestina yang terpaksa mengungsi dari Rafah setiap jamnya, menurut Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (Unrwa) pada hari Rabu (8/5/2024).
Dalam konferensi pers online, para dokter dan pekerja bantuan kemanusiaan yang melaporkan dari Gaza berbicara tentang mustahilnya memindahkan orang dari Rafah, karena orang-orang dilanda kelaparan, ditambah dengan runtuhnya sistem transportasi dan layanan kesehatan.
"Ada anak-anak dan orang tua yang sangat kelaparan sehingga mereka hampir tidak bisa berjalan. Orang-orang ini tidak bisa begitu saja pindah ke daerah lain, ke tempat yang disebut 'zona aman'. Itu tidak mungkin," ujar Alexandra Saieh, kepala kebijakan kemanusiaan dari Save the Children.
Beberapa pekerja bantuan telah menyatakan, “Tidak ada daerah yang aman di Jalur Gaza untuk direlokasi.”
“Konsep zona aman adalah sebuah kebohongan,” ujar Helena Marchal, dari Medecins du Monde.
Pasukan Israel makin barbar dengan membunuh lebih dari 34.700 warga Palestina di Jalur Gaza, melukai lebih dari 78.000 orang, yang sebagian besar wanita dan anak-anak.