Terinspirasi di AS, Demo Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Yordania
loading...
A
A
A
Pada 1994, Yordania dan Israel menandatangani perjanjian perdamaian Wadi Araba dan sejak itu menandatangani perjanjian untuk bekerja sama di sejumlah bidang, termasuk air, listrik, dan gas alam.
Pada bulan November 2023, pemerintah Yordania mengumumkan tidak akan menandatangani perjanjian energi air-untuk-tenaga surya mengingat perang Israel di Gaza, yang sekarang telah menewaskan lebih dari 34.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Para mahasiswa di Yordania menyampaikan ucapan terima kasih kepada mahasiswa di Amerika dan menyerukan kepada pemerintah Yordania untuk menghentikan segala bentuk normalisasi dengan Israel, membatalkan perjanjian damai dan perjanjian impor gas, dan menutup kedutaan Israel di Amman.
Beberapa mahasiswa mengangkat spanduk bertuliskan: “Mahasiswa Yordania mendukung Gaza. Kami lebih dekat ke Gaza daripada Amerika.”
“Gerakan mahasiswa di Yordania terjadi setelah kami melihat mahasiswa di universitas-universitas Amerika mendukung Gaza. Apa yang kami lihat dalam bentuk penindasan di universitas-universitas tersebut membuat kami mendukung gerakan mahasiswa Amerika," kata Abdullah Salameh dari Blok Pembaruan di Universitas Yordania kepada New Arab.
Para aktivis menyebarkan video rektor Universitas Teknik Al-Hussein, Ismail Al-Hinti, saat dia berbicara kepada para mahasiswa dalam aksi solidaritas terhadap Gaza.
Berbicara kepada para mahasiswa, al-Hinti mengatakan mereka tidak perlu malu untuk mendukung perlawanan Palestina, dengan mengatakan, “Kita semua mendukung perlawanan.”
Unjuk rasa di universitas-universitas Yordania juga melibatkan dosen dan staf, serta puluhan akademisi Yordania.
Sebelumnya, akademisi Yordania mengeluarkan pernyataan solidaritas terhadap mahasiswa dan akademisi di universitas-universitas Amerika, yang ditandatangani oleh lebih dari 100 pengajar.
“Kami berdiri dengan seluruh pemikiran dan literatur penelitian kami untuk memenuhi tuntutan akademisi dan mahasiswa. Kami berdiri dalam perjuangan melawan ketidakadilan global yang merampas hak masyarakat untuk menentukan nasib sendiri. Ketidakadilan ini harus diakhiri, dan hati nurani global harus kembali untuk bisa menghalangi agresor dan mendukung kaum tertindas,” bunyi surat mereka.
Pada bulan November 2023, pemerintah Yordania mengumumkan tidak akan menandatangani perjanjian energi air-untuk-tenaga surya mengingat perang Israel di Gaza, yang sekarang telah menewaskan lebih dari 34.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Para mahasiswa di Yordania menyampaikan ucapan terima kasih kepada mahasiswa di Amerika dan menyerukan kepada pemerintah Yordania untuk menghentikan segala bentuk normalisasi dengan Israel, membatalkan perjanjian damai dan perjanjian impor gas, dan menutup kedutaan Israel di Amman.
Beberapa mahasiswa mengangkat spanduk bertuliskan: “Mahasiswa Yordania mendukung Gaza. Kami lebih dekat ke Gaza daripada Amerika.”
“Gerakan mahasiswa di Yordania terjadi setelah kami melihat mahasiswa di universitas-universitas Amerika mendukung Gaza. Apa yang kami lihat dalam bentuk penindasan di universitas-universitas tersebut membuat kami mendukung gerakan mahasiswa Amerika," kata Abdullah Salameh dari Blok Pembaruan di Universitas Yordania kepada New Arab.
Para aktivis menyebarkan video rektor Universitas Teknik Al-Hussein, Ismail Al-Hinti, saat dia berbicara kepada para mahasiswa dalam aksi solidaritas terhadap Gaza.
Berbicara kepada para mahasiswa, al-Hinti mengatakan mereka tidak perlu malu untuk mendukung perlawanan Palestina, dengan mengatakan, “Kita semua mendukung perlawanan.”
Unjuk rasa di universitas-universitas Yordania juga melibatkan dosen dan staf, serta puluhan akademisi Yordania.
Sebelumnya, akademisi Yordania mengeluarkan pernyataan solidaritas terhadap mahasiswa dan akademisi di universitas-universitas Amerika, yang ditandatangani oleh lebih dari 100 pengajar.
“Kami berdiri dengan seluruh pemikiran dan literatur penelitian kami untuk memenuhi tuntutan akademisi dan mahasiswa. Kami berdiri dalam perjuangan melawan ketidakadilan global yang merampas hak masyarakat untuk menentukan nasib sendiri. Ketidakadilan ini harus diakhiri, dan hati nurani global harus kembali untuk bisa menghalangi agresor dan mendukung kaum tertindas,” bunyi surat mereka.