Terinspirasi di AS, Demo Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Yordania
loading...
A
A
A
AMMAN - Protes para mahasiswa pro-Palestina di kampus-kampus Amerika Serikat (AS) telah menginspirasi para mahasiswa di Yordania.
Mereka melakukan demo serupa dan menyerukan rekan-rekan mahasiswa di seluruh dunia ikut serta menetang genosida di Gaza oleh militer Zionis Israel.
Di Yordania, masaa mahasiswa di beberapa universitas mulai beraksi sejak Selasa. Itu terjadi menyusul seruan dari kelompok Forum Mahasiswa untuk mendekatkan diri dengan mahasiswa di universitas-universitas Amerika.
“Apa yang terjadi di universitas-universitas Amerika adalah sebuah gerakan yang belum pernah terjadi sebelumnya, dalam mendukung perjuangan Palestina, Gaza dan perlawanannya yang dipimpin oleh mahasiswa-mahasiswa terhormat di universitas-universitas tersebut,” kata Forum Mahasiswa dalam pernyataan mereka.
"Percikan ini, yang terjadi di lebih dari 30 universitas di Amerika, telah menjadi tren umum di sejumlah besar universitas di seluruh dunia," lanjut pernyataan tersebut, seperti dikutip New Arab, Kamis (2/5/2024)
“Ini adalah reaksi alami terhadap kejahatan pendudukan, pembunuhan dan penghancuran di Gaza."
Yordania, sekutu dekat Amerika Serikat, selama beberapa bulan terakhir telah menindak gelombang protes pro-Palestina, dan menuduh banyak orang yang melakukan kerusuhan.
Para pengunjuk rasa yang ditahan dituduh menolak penangkapan atau menyerang petugas keamanan—klaim yang menurut para aktivis masyarakat sipil adalah klaim yang dibuat-buat.
Mulai 24 Maret, ribuan warga Yordania melakukan protes di depan Kedutaan Israel, menyerukan pemerintah Yordania untuk memutuskan semua hubungan dengan Israel—termasuk perjanjian damai dengan negara tersebut.
Pada 1994, Yordania dan Israel menandatangani perjanjian perdamaian Wadi Araba dan sejak itu menandatangani perjanjian untuk bekerja sama di sejumlah bidang, termasuk air, listrik, dan gas alam.
Pada bulan November 2023, pemerintah Yordania mengumumkan tidak akan menandatangani perjanjian energi air-untuk-tenaga surya mengingat perang Israel di Gaza, yang sekarang telah menewaskan lebih dari 34.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Para mahasiswa di Yordania menyampaikan ucapan terima kasih kepada mahasiswa di Amerika dan menyerukan kepada pemerintah Yordania untuk menghentikan segala bentuk normalisasi dengan Israel, membatalkan perjanjian damai dan perjanjian impor gas, dan menutup kedutaan Israel di Amman.
Beberapa mahasiswa mengangkat spanduk bertuliskan: “Mahasiswa Yordania mendukung Gaza. Kami lebih dekat ke Gaza daripada Amerika.”
“Gerakan mahasiswa di Yordania terjadi setelah kami melihat mahasiswa di universitas-universitas Amerika mendukung Gaza. Apa yang kami lihat dalam bentuk penindasan di universitas-universitas tersebut membuat kami mendukung gerakan mahasiswa Amerika," kata Abdullah Salameh dari Blok Pembaruan di Universitas Yordania kepada New Arab.
Para aktivis menyebarkan video rektor Universitas Teknik Al-Hussein, Ismail Al-Hinti, saat dia berbicara kepada para mahasiswa dalam aksi solidaritas terhadap Gaza.
Berbicara kepada para mahasiswa, al-Hinti mengatakan mereka tidak perlu malu untuk mendukung perlawanan Palestina, dengan mengatakan, “Kita semua mendukung perlawanan.”
Unjuk rasa di universitas-universitas Yordania juga melibatkan dosen dan staf, serta puluhan akademisi Yordania.
Sebelumnya, akademisi Yordania mengeluarkan pernyataan solidaritas terhadap mahasiswa dan akademisi di universitas-universitas Amerika, yang ditandatangani oleh lebih dari 100 pengajar.
“Kami berdiri dengan seluruh pemikiran dan literatur penelitian kami untuk memenuhi tuntutan akademisi dan mahasiswa. Kami berdiri dalam perjuangan melawan ketidakadilan global yang merampas hak masyarakat untuk menentukan nasib sendiri. Ketidakadilan ini harus diakhiri, dan hati nurani global harus kembali untuk bisa menghalangi agresor dan mendukung kaum tertindas,” bunyi surat mereka.
“Hari ini kami juga menentang penindasan terhadap akademisi di universitas-universitas Barat dengan dasar pemikiran bahwa kebebasan berekspresi adalah hak asasi manusia, dan kami menentang genosida, pengungsian, dan ketidakadilan yang dialami rakyat Palestina”, kata akademisi terkemuka, Profesor Dr kata Youssef Rababa'a, kepada New Arab.
“Akademisi di kawasan Arab terlambat mendukung gerakan pro-Gaza sementara gerakan di Amerika mengalami kemajuan, antara lain karena berubahnya opini generasi muda di Amerika mengenai isu Palestina,” imbuhnya.
Dalam beberapa bulan terakhir, universitas-universitas Yordania telah mengeluarkan keputusan untuk memberhentikan sejumlah mahasiswanya dan memperingatkan mahasiswa lain atas partisipasi mereka dalam acara-acara pro-Palestina.
“Di antara alasan-alasan yang berkontribusi terhadap tidak adanya gerakan mahasiswa adalah sistem disipliner di universitas-universitas yang berlaku pada tahun sembilan puluhan yang menghukum mahasiswa yang melakukan aktivitas politik di dalam universitas,” kata Fakher Daas, koordinator Kampanye Dabahtona (kampanye mahasiswa untuk membela hak-hak mahasiswa).
“Pemuda Yordania menjadi andalan sehari-hari di sekitar kedutaan pendudukan meskipun tidak ada gerakan mahasiswa di universitas”, imbuh dia.
Lihat Juga: Kisah Zara Dar, Mahasiswi IT di Amerika Serikat yang Tinggalkan Gelar PhD untuk Jadi Kreator OnlyFans
Mereka melakukan demo serupa dan menyerukan rekan-rekan mahasiswa di seluruh dunia ikut serta menetang genosida di Gaza oleh militer Zionis Israel.
Di Yordania, masaa mahasiswa di beberapa universitas mulai beraksi sejak Selasa. Itu terjadi menyusul seruan dari kelompok Forum Mahasiswa untuk mendekatkan diri dengan mahasiswa di universitas-universitas Amerika.
“Apa yang terjadi di universitas-universitas Amerika adalah sebuah gerakan yang belum pernah terjadi sebelumnya, dalam mendukung perjuangan Palestina, Gaza dan perlawanannya yang dipimpin oleh mahasiswa-mahasiswa terhormat di universitas-universitas tersebut,” kata Forum Mahasiswa dalam pernyataan mereka.
"Percikan ini, yang terjadi di lebih dari 30 universitas di Amerika, telah menjadi tren umum di sejumlah besar universitas di seluruh dunia," lanjut pernyataan tersebut, seperti dikutip New Arab, Kamis (2/5/2024)
“Ini adalah reaksi alami terhadap kejahatan pendudukan, pembunuhan dan penghancuran di Gaza."
Yordania, sekutu dekat Amerika Serikat, selama beberapa bulan terakhir telah menindak gelombang protes pro-Palestina, dan menuduh banyak orang yang melakukan kerusuhan.
Para pengunjuk rasa yang ditahan dituduh menolak penangkapan atau menyerang petugas keamanan—klaim yang menurut para aktivis masyarakat sipil adalah klaim yang dibuat-buat.
Mulai 24 Maret, ribuan warga Yordania melakukan protes di depan Kedutaan Israel, menyerukan pemerintah Yordania untuk memutuskan semua hubungan dengan Israel—termasuk perjanjian damai dengan negara tersebut.
Pada 1994, Yordania dan Israel menandatangani perjanjian perdamaian Wadi Araba dan sejak itu menandatangani perjanjian untuk bekerja sama di sejumlah bidang, termasuk air, listrik, dan gas alam.
Pada bulan November 2023, pemerintah Yordania mengumumkan tidak akan menandatangani perjanjian energi air-untuk-tenaga surya mengingat perang Israel di Gaza, yang sekarang telah menewaskan lebih dari 34.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Para mahasiswa di Yordania menyampaikan ucapan terima kasih kepada mahasiswa di Amerika dan menyerukan kepada pemerintah Yordania untuk menghentikan segala bentuk normalisasi dengan Israel, membatalkan perjanjian damai dan perjanjian impor gas, dan menutup kedutaan Israel di Amman.
Beberapa mahasiswa mengangkat spanduk bertuliskan: “Mahasiswa Yordania mendukung Gaza. Kami lebih dekat ke Gaza daripada Amerika.”
“Gerakan mahasiswa di Yordania terjadi setelah kami melihat mahasiswa di universitas-universitas Amerika mendukung Gaza. Apa yang kami lihat dalam bentuk penindasan di universitas-universitas tersebut membuat kami mendukung gerakan mahasiswa Amerika," kata Abdullah Salameh dari Blok Pembaruan di Universitas Yordania kepada New Arab.
Para aktivis menyebarkan video rektor Universitas Teknik Al-Hussein, Ismail Al-Hinti, saat dia berbicara kepada para mahasiswa dalam aksi solidaritas terhadap Gaza.
Berbicara kepada para mahasiswa, al-Hinti mengatakan mereka tidak perlu malu untuk mendukung perlawanan Palestina, dengan mengatakan, “Kita semua mendukung perlawanan.”
Unjuk rasa di universitas-universitas Yordania juga melibatkan dosen dan staf, serta puluhan akademisi Yordania.
Sebelumnya, akademisi Yordania mengeluarkan pernyataan solidaritas terhadap mahasiswa dan akademisi di universitas-universitas Amerika, yang ditandatangani oleh lebih dari 100 pengajar.
“Kami berdiri dengan seluruh pemikiran dan literatur penelitian kami untuk memenuhi tuntutan akademisi dan mahasiswa. Kami berdiri dalam perjuangan melawan ketidakadilan global yang merampas hak masyarakat untuk menentukan nasib sendiri. Ketidakadilan ini harus diakhiri, dan hati nurani global harus kembali untuk bisa menghalangi agresor dan mendukung kaum tertindas,” bunyi surat mereka.
“Hari ini kami juga menentang penindasan terhadap akademisi di universitas-universitas Barat dengan dasar pemikiran bahwa kebebasan berekspresi adalah hak asasi manusia, dan kami menentang genosida, pengungsian, dan ketidakadilan yang dialami rakyat Palestina”, kata akademisi terkemuka, Profesor Dr kata Youssef Rababa'a, kepada New Arab.
“Akademisi di kawasan Arab terlambat mendukung gerakan pro-Gaza sementara gerakan di Amerika mengalami kemajuan, antara lain karena berubahnya opini generasi muda di Amerika mengenai isu Palestina,” imbuhnya.
Protes Kampus vs Pemerintah Yordania
Dalam beberapa bulan terakhir, universitas-universitas Yordania telah mengeluarkan keputusan untuk memberhentikan sejumlah mahasiswanya dan memperingatkan mahasiswa lain atas partisipasi mereka dalam acara-acara pro-Palestina.
“Di antara alasan-alasan yang berkontribusi terhadap tidak adanya gerakan mahasiswa adalah sistem disipliner di universitas-universitas yang berlaku pada tahun sembilan puluhan yang menghukum mahasiswa yang melakukan aktivitas politik di dalam universitas,” kata Fakher Daas, koordinator Kampanye Dabahtona (kampanye mahasiswa untuk membela hak-hak mahasiswa).
“Pemuda Yordania menjadi andalan sehari-hari di sekitar kedutaan pendudukan meskipun tidak ada gerakan mahasiswa di universitas”, imbuh dia.
Lihat Juga: Kisah Zara Dar, Mahasiswi IT di Amerika Serikat yang Tinggalkan Gelar PhD untuk Jadi Kreator OnlyFans
(mas)