Aksi Militer atau Sanksi pada Iran Bisa Jadi Bumerang bagi AS dan Sekutu Barat

Rabu, 17 April 2024 - 06:53 WIB
loading...
Aksi Militer atau Sanksi...
Kapal tanker minyak Iran, Fortune, berlabuh di pengilangan El Palito, Venezuela, 25 Mei 2020. Foto/AP
A A A
WASHINGTON - Pengamat pasar memperingatkan harga minyak bisa melonjak jika perselisihan terbaru antara Israel dan Iran berubah menjadi konflik regional yang lebih luas.

Jika pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menjatuhkan sanksi baru terhadap ekspor minyak Iran, hal ini juga dapat menyebabkan harga minyak menjadi lebih tinggi, menurut para pengamat.

Menjelang serangan balasan Iran terhadap Israel, harga minyak melonjak, namun sedikit menurun setelah serangan Teheran. Pada hari Senin, Brent turun 0,9%, sementara West Texas Intermediate (WTI) turun 0,8%.

“Dampak serangan Iran terhadap harga minyak hampir tidak terlihat karena alasan sederhana yaitu aliran minyak dari kawasan Teluk tidak terganggu,” jelas Dr Mamdouh G Salameh, ekonom minyak internasional dan pakar energi global ke Sputnik.

Dia menjelaskan, “Namun hal ini bisa berubah jika Israel melakukan pembalasan, sehingga mendorong Iran membalas dengan pembalasan yang lebih keras yang dapat menyebabkan gangguan pengiriman minyak melalui Selat Hormuz.”

Minyak Mentah Brent saat ini diperdagangkan sekitar USD90 per barel, namun Salameh memperkirakan kita harus bersiap menghadapi potensi kenaikan dalam waktu dekat.

Dia memperkirakan Brent akan berfluktuasi antara USD90 dan USD100 per barel sepanjang tahun. Namun, pakar tersebut memperingatkan jika terjadi peningkatan ketegangan antara Israel dan Iran, harga minyak bisa melampaui USD100 dan bahkan mencapai USD120 per barel.

“Iran tidak punya pilihan selain membalas serangan Israel terhadap Konsulatnya di Damaskus, Suriah yang menewaskan dua komandan tinggi Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) atau Iran akan kehilangan muka di dunia dan digambarkan sebagai macan kertas,” papar Salameh.

“Selain itu, Iran memperingatkan Israel untuk tidak membalas dan mereka akan mendapat respons yang lebih keras jika melakukan hal tersebut. Saya yakin Israel akan merespons dengan satu atau lain cara, namun tidak dalam waktu dekat. Jadi kita sekarang berada dalam kondisi tenang sebelum badai ini. Israel mendapat tekanan besar dari Amerika Serikat dan sekutunya untuk tidak menanggapinya,” lanjut pakar tersebut.

Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2094 seconds (0.1#10.140)