Anaconda Raksasa Ana Julia Mati di Amazon Brasil, Diduga Ditembak
loading...
A
A
A
BRASILIA - Seekor anaconda raksasa terkenal ditemukan mati di bawah air di kawasan hutan Amazon Brasil. Menurut peneliti, anaconda yang diberi nama Ana Julia itu diduga ditembak mati.
Laporan sejumlah media mengatakan anaconda itu merupakan ular terbesar yang sama yang ditemukan di hutan Amazon Ekuador. Namun profesor Bryan Fry yang memimpin riset para ilmuwan menepis laporan tersebut.
Tim ilmuwan itu bekerja dengan bantuan masyarakat Pribumi Huaorani untuk menemukan spesies baru anaconda hijau saat syuting "Pole to Pole with Will Smith", serial National Geographic yang akan ditayangkan di Disney+.
“Spesimen khusus ini bukan salah satu spesies baru tetapi merupakan anaconda hijau selatan (Eunectes murinus),” kata Fry kepada USA TODAY.
Profesor Freek Vonk, yang berada di tim yang pertama kali menemukan anaconda hijau selatan yang telah dibunuh, membagikan berita tersebut dalam sebuah posting-an Instagram.
"Dengan rasa sakit yang luar biasa di hati saya, saya ingin memberi tahu Anda bahwa anaconda hijau besar yang perkasa yang berenang bersama saya ditemukan mati di sungai akhir pekan ini," tulis Vonk.
Menurut The Independent, ular raksasa yang diberi nama Ana Julia tersebut ditemukan di Sungai Formoso di daerah pedesaan Bonito di Brasil selatan. Panjangnya 26 kaki dan beratnya sekitar 440 pon.
“Saya mendengar dari beberapa pihak bahwa dia ditembak mati, meski belum ada konfirmasi resmi mengenai penyebab kematiannya. Saya sangat sedih dan marah pada saat yang sama!” lanjut Vonk, yang dilansir Kamis (28/3/2024).
Vonk pada Selasa malam menyatakan bahwa pihak berwenang belum menemukan bukti apa pun bahwa anaconda hijau raksasa itu ditembak mati.
Sekalipun ular yang dibunuh itu bukan spesies baru yang memecahkan rekor, Fry mengatakan kepada USA TODAY: "Kematiannya adalah tragedi yang tidak masuk akal jika dibandingkan dengan seseorang yang menembak seekor panda."
"Sangat menjengkelkan," katanya.
Pekerjaan tim Fry di Amazon masih jauh dari selesai. "Polutan seperti kadmium dan timbal telah masuk ke dalam jalinan halus ekosistem ini sebagai konsekuensi dari seringnya tumpahan minyak yang melanda Amazon Yasuni,” katanya kepada USA TODAY.
Para ilmuwan berharap dapat mengawasi reproduksi spesies anaconda hijau untuk mendapatkan wawasan yang lebih luas mengenai kesehatan ekosistem secara luas.
“Spesimen yang sangat besar dan tua inilah yang sangat rentan. Jika ada berita lebih lanjut, tentu saya akan segera membagikannya,” kata Vonk.
"Fakta bahwa saya menghabiskan lebih dari satu jam bersamanya di dasar sungai tetap menjadi salah satu pengalaman saya yang paling menakjubkan di alam—dan pengalaman yang tidak akan pernah saya lupakan! Saya sangat mencintaimu. Saya mencintaimu," imbuh profesor tersebut.
Laporan sejumlah media mengatakan anaconda itu merupakan ular terbesar yang sama yang ditemukan di hutan Amazon Ekuador. Namun profesor Bryan Fry yang memimpin riset para ilmuwan menepis laporan tersebut.
Tim ilmuwan itu bekerja dengan bantuan masyarakat Pribumi Huaorani untuk menemukan spesies baru anaconda hijau saat syuting "Pole to Pole with Will Smith", serial National Geographic yang akan ditayangkan di Disney+.
“Spesimen khusus ini bukan salah satu spesies baru tetapi merupakan anaconda hijau selatan (Eunectes murinus),” kata Fry kepada USA TODAY.
Baca Juga
Profesor Freek Vonk, yang berada di tim yang pertama kali menemukan anaconda hijau selatan yang telah dibunuh, membagikan berita tersebut dalam sebuah posting-an Instagram.
"Dengan rasa sakit yang luar biasa di hati saya, saya ingin memberi tahu Anda bahwa anaconda hijau besar yang perkasa yang berenang bersama saya ditemukan mati di sungai akhir pekan ini," tulis Vonk.
Menurut The Independent, ular raksasa yang diberi nama Ana Julia tersebut ditemukan di Sungai Formoso di daerah pedesaan Bonito di Brasil selatan. Panjangnya 26 kaki dan beratnya sekitar 440 pon.
“Saya mendengar dari beberapa pihak bahwa dia ditembak mati, meski belum ada konfirmasi resmi mengenai penyebab kematiannya. Saya sangat sedih dan marah pada saat yang sama!” lanjut Vonk, yang dilansir Kamis (28/3/2024).
Vonk pada Selasa malam menyatakan bahwa pihak berwenang belum menemukan bukti apa pun bahwa anaconda hijau raksasa itu ditembak mati.
Sekalipun ular yang dibunuh itu bukan spesies baru yang memecahkan rekor, Fry mengatakan kepada USA TODAY: "Kematiannya adalah tragedi yang tidak masuk akal jika dibandingkan dengan seseorang yang menembak seekor panda."
"Sangat menjengkelkan," katanya.
Pekerjaan tim Fry di Amazon masih jauh dari selesai. "Polutan seperti kadmium dan timbal telah masuk ke dalam jalinan halus ekosistem ini sebagai konsekuensi dari seringnya tumpahan minyak yang melanda Amazon Yasuni,” katanya kepada USA TODAY.
Para ilmuwan berharap dapat mengawasi reproduksi spesies anaconda hijau untuk mendapatkan wawasan yang lebih luas mengenai kesehatan ekosistem secara luas.
“Spesimen yang sangat besar dan tua inilah yang sangat rentan. Jika ada berita lebih lanjut, tentu saya akan segera membagikannya,” kata Vonk.
"Fakta bahwa saya menghabiskan lebih dari satu jam bersamanya di dasar sungai tetap menjadi salah satu pengalaman saya yang paling menakjubkan di alam—dan pengalaman yang tidak akan pernah saya lupakan! Saya sangat mencintaimu. Saya mencintaimu," imbuh profesor tersebut.
(mas)