Inilah Satu-satunya Negeri Muslim yang Pernah Mengalahkan Rusia dalam Perang di Era Modern

Selasa, 26 Maret 2024 - 19:30 WIB
loading...
A A A
Menariknya, pejuang Chechnya tidak pernah menyerah. Bahkan ketika Dudayev terbunuh, mereka segera menunjuk penggantinya.

Kampanye militer Rusia di Chechnya berlangsung sekitar dua tahun lamanya. Berbekal militer yang kuat, anehnya Moskow selalu berulang kali gagal memadamkan api perjuangan rakyat Chechnya. Hebatnya lagi, Rusia justru ‘kalah’.

Mengutip History, sekitar Agustus 1996, Grozny direbut kembali oleh pejuang Chechnya setelah satu tahun diduduki Rusia. Melihat kondisi yang mulai berbalik, gencatan senjata diumumkan.

Tak lama berselang, pemerintahan Presiden Boris Yeltsin menandatangani perjanjian damai dengan Chechnya.
Salah satu poin yang tercantum adalah pemindahan seluruh pasukan Rusia dari wilayah tersebut dan memberikan otonomi lebih luas kepada Chechnya, meskipun bukan kemerdekaan formal.

Pada 1997, pasukan Rusia terakhir yang telah dipermalukan meninggalkan Chechnya. Meski ada perjanjian damai yang menjadikan Chechnya sebagai negara merdeka secara de facto, mereka secara resmi tetap menjadi bagian dari Rusia.

Kenapa Rusia Bisa Kalah?


Ada sederet faktor yang menjadikan Rusia kalah dalam perang Chechnya pertama. Salah satu yang paling disorot adalah kesalahan perhitungan.

Mengutip Hoover, waktu itu Rusia sepertinya belum paham bahwa pejuang Chechnya berisikan orang-orang yang sangat termotivasi, berani, terampil dalam pertempuran hingga punya rasa kebencian yang membara terhadap Rusia. Selain itu, mereka juga dipimpin Dudaev, jenderal Soviet yang suka berperang.

Analisis intelijen Rusia seharusnya sadar bahwa orang-orang Chechnya akan berjuang keras dan lama melawan penjajah asing.

Namun, kepemimpinan Yeltsin yang tidak tahu banyak tentang orang-orang Chechnya justru membawa negaranya menuju kekalahan.

Di balik kekuatannya yang superior, militer Rusia sebenarnya juga punya kelemahan. Struktur militer dan kekuasaannya masih ringkih, sehingga apabila harus diadu melawan orang-orang pejuang yang memiliki motivasi tinggi dan mahir dalam taktik gerilya, hasilnya bisa berubah.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1037 seconds (0.1#10.140)