Mengapa ISIS Tak Pernah Menyerang Israel dan Amerika Serikat?

Minggu, 24 Maret 2024 - 14:03 WIB
loading...
A A A
Terlepas dari kenyataan bahwa jumlah anggota ISIS di Suriah dan Irak dipenuhi oleh para pejuang dari seluruh dunia, artikel tersebut menyerukan para jihadis untuk melakukan perlawanan terhadap “orang-orang kafir” yang paling dekat dengan mereka. Oleh karena itu, memerangi Yahudi sebaiknya diserahkan kepada umat Islam di Israel/Palestina, sedangkan umat Islam Suriah harus melawan Bashar Assad dan umat Islam Mesir harus melawan Abdel-Fattah el-Sissi.

Argumen utama yang dikemukakan artikel tersebut adalah bahwa ketika rezim Arab, yang seharusnya membela Israel, digulingkan, maka pasukan jihad dapat tiba “di perbatasan Negara Yahudi dan menghadapi tentaranya secara langsung.”

Melansir Time of Israel, meskipun sebagian besar artikel tersebut berupaya untuk meremehkan pentingnya perjuangan Palestina di kalangan para jihadis, penulisnya masih percaya bahwa adalah kewajiban agama setiap Muslim untuk membantu menyelamatkan Palestina dari “lingkungan orang-orang Yahudi.”

Hal ini karena tanah tersebut pernah menjadi bagian dari kerajaan Islam, dan oleh karena itu, terdapat keharusan agama bagi seluruh umat Islam untuk membantu membawanya kembali ke “rumah Islam,” kata artikel itu.

4. Memiliki Strategi Menghancurkan Musuh yang Dekat

Mengapa ISIS Tak Pernah Menyerang Israel dan Amerika Serikat?

Foto/Reuters

Daniel L. Byman, peneliti Brookings, mengungkapkan ISIS tidak mengikuti strategi “musuh jauh seperti Al Qaeda, dan lebih memilih strategi “musuh dekat”, meskipun pada tingkat regional. Oleh karena itu, target utama ISIS bukanlah Amerika Serikat, melainkan rezim “murtad” di dunia Arab—yaitu rezim Asad di Suriah dan rezim Abadi di Irak.

"Seperti para pendahulunya, Baghdadi memilih untuk memurnikan komunitas Islam terlebih dahulu dengan menyerang kelompok Syiah dan agama minoritas lainnya serta kelompok jihadis saingannya. Daftar panjang musuh ISIS termasuk Syiah Irak, Hizbullah Lebanon, Yazidi (minoritas etno-agama Kurdi yang sebagian besar tinggal di Irak), dan kelompok oposisi saingannya di Suriah (termasuk Jabhat al-Nusra)," ungkap Byman.

Seolah-olah sebagai respons terhadap intervensi Amerika Serikat dan pihak lain dalam konflik tersebut, warga sipil Barat di wilayah tersebut (termasuk jurnalis dan pekerja bantuan kemanusiaan) juga menjadi sasaran—meskipun ISIS melihat mereka sebagai musuh sebelum intervensi AS.

5. Membangun Afiliasi yang Kuat

Mengapa ISIS Tak Pernah Menyerang Israel dan Amerika Serikat?

Foto/Reuters

ISIS mengaku memimpin gerakan jihad di seluruh dunia Muslim. Setelah 11/9, Al Qaeda mulai membuat afiliasi atau menjalin aliansi dengan kelompok-kelompok yang sudah ada, memperluas jangkauannya namun pada saat yang sama mengekspos mereknya pada kelakuan buruk kelompok-kelompok lokal, seperti yang terjadi di Irak.4 Sebagai bagian dari persaingannya dengan kelompok Islam.

"ISIS telah meningkatkan afiliasi, menjalin hubungan dengan kelompok-kelompok di Kaukasus, Tunisia, dan India. ISIS juga memainkan permainan ini, dan di mana pun ada seruan untuk berjihad, pasti ada persaingan. Afghanistan, Aljazair, Libya, Pakistan, Sinai, Yaman, dan negeri-negeri Muslim lainnya menjadi bagian dari kompetisi tersebut," kata Byman.

ISIS telah mendapat dukungan dari sejumlah kelompok jihad penting. Boko Haram di Nigeria dan Ansar Bayt al-Maqdis di Mesir keduanya secara resmi berjanji setia kepada ISIS dan kini dianggap sebagai afiliasi resmi atau “provinsi” ISIS; per Maret 2015, ISIS telah secara resmi mengakui tujuh provinsi, termasuk di Libya, tempat asal banyak pejuang asingnya, dan di Yaman, yang kini bersaing langsung dengan Al Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP).

6. Fokus Menguasai Wilayah Tertentu

Mengapa ISIS Tak Pernah Menyerang Israel dan Amerika Serikat?

Foto/Reuters
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Bos Pentagon Tawarkan...
Bos Pentagon Tawarkan Pilihan antara Departemen Perang dan Pertahanan
Trump Cabut Izin Keamanan...
Trump Cabut Izin Keamanan bagi Harris, Clinton, dan Keluarga Biden
Direktur PLTN: Tak Ada...
Direktur PLTN: Tak Ada yang Bisa Kendalikan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Terbesar di Eropa kecuali Rusia
Israel Gelar Serangan...
Israel Gelar Serangan Baru ke Lebanon, Dunia Kutuk Zionis
AS Kirim Kapal Induk...
AS Kirim Kapal Induk Kedua ke Timur Tengah, Perang Besar Akan Meletus?
Siapa Ismet Akcin? Imam...
Siapa Ismet Akcin? Imam yang Dijuluki Syeikh Protein karena Mempopulerkan Push-up sambil Berzikir
AS Klaim Rusia Tak Ingin...
AS Klaim Rusia Tak Ingin Invasi Eropa, Berikut 3 Alasannya
Hizbullah Hujani Israel...
Hizbullah Hujani Israel Roket, Zionis Meradang dan Siap Perang
Jurnalis Gugat Pemerintahan...
Jurnalis Gugat Pemerintahan Trump karena Tutup VoA dan Merumahkan 1.300 Karyawannya
Rekomendasi
Hubungan Seksual Sesama...
Hubungan Seksual Sesama Jenis, 2 Polisi di Polda NTT Dipecat
Hadiri Buka Puasa Bersama...
Hadiri Buka Puasa Bersama KEK MNC Lido City, Ponpes Miftahul Ulum: Perkuat Silaturahmi
Konvoi Ratusan Geng...
Konvoi Ratusan Geng Motor Kreak di Semarang Dibubarkan Polisi, 278 Orang Diamankan
Berita Terkini
Bos Pentagon Tawarkan...
Bos Pentagon Tawarkan Pilihan antara Departemen Perang dan Pertahanan
34 menit yang lalu
8 Kepolisian Terbaik...
8 Kepolisian Terbaik di Dunia Tahun 2025, Nomor 7 Tetangga Indonesia
1 jam yang lalu
Trump Cabut Izin Keamanan...
Trump Cabut Izin Keamanan bagi Harris, Clinton, dan Keluarga Biden
2 jam yang lalu
Israel akan Caplok Sebagian...
Israel akan Caplok Sebagian Wilayah Gaza hingga Tawanan Dibebaskan
4 jam yang lalu
Houthi Gelar Serangan...
Houthi Gelar Serangan Ketiga di Bandara Ben Gurion Israel dalam 48 Jam
5 jam yang lalu
Direktur PLTN: Tak Ada...
Direktur PLTN: Tak Ada yang Bisa Kendalikan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Terbesar di Eropa kecuali Rusia
6 jam yang lalu
Infografis
33 Orang Tewas saat...
33 Orang Tewas saat Tornado Dahsyat Sapu Amerika Serikat
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved