Rusia dan NATO Ribut soal Seruan Paus Fransiskus agar Ukraina Kibarkan Bendera Putih

Selasa, 12 Maret 2024 - 11:42 WIB
loading...
A A A
Rusia mengatakan pihaknya mengirim pasukannya ke Ukraina pada Februari 2022 dalam “operasi militer khusus” untuk menjamin keamanannya sendiri. Kyiv dan negara-negara Barat mengecamnya sebagai perang penaklukan bergaya kolonial.

Tawaran Moskow untuk bernegosiasi selalu didasarkan pada penyerahan Kyiv atas wilayah yang telah direbut Moskow dan dinyatakan sebagai bagian dari Rusia—lebih dari seperenam wilayah Ukraina.

Kremlin Sentil Kesalahan Barat


Peskov mengatakan harapan Barat untuk menimbulkan “kekalahan strategis” terhadap Rusia adalah “kesalahan terdalam”, dan menambahkan: “Kejadian, terutama di medan perang, adalah bukti paling jelas mengenai hal ini.”

Namun Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan perundingan yang akan mempertahankan Ukraina sebagai negara yang berdaulat dan mandiri hanya akan terjadi ketika Putin menyadari bahwa dia tidak akan menang di medan perang.

“Jika kita menginginkan solusi yang dapat dinegosiasikan, damai, dan langgeng, cara untuk mencapainya adalah dengan memberikan dukungan militer kepada Ukraina,” katanya kepada Reuters di markas NATO di Brussels.

Ketika ditanya apakah ini berarti sekarang bukan waktunya untuk membicarakan "bendera putih" seperti seruan Paus Fransiskus, dia berkata: “Ini bukan waktunya untuk membicarakan penyerahan diri oleh Ukraina. Itu akan menjadi tragedi bagi Ukraina.”

Dia menambahkan: “Ini juga akan berbahaya bagi kita semua. Karena pelajaran yang didapat di Moskow adalah ketika mereka menggunakan kekuatan militer, ketika mereka membunuh ribuan orang, ketika mereka menyerang negara lain, mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan.”

Kementerian Luar Negeri Ukraina mengatakan: "Nuncio, Uskup Agung Visvaldas Kulbokas, telah diberitahu bahwa Paus Fransiskus diharapkan untuk mengirimkan sinyal kepada komunitas dunia tentang perlunya segera menggabungkan kekuatan untuk memastikan kemenangan kebaikan atas kejahatan.”

Ukraina menginginkan perdamaian, kata kementerian tersebut, tapi perdamaian yang adil dan berdasarkan prinsip-prinsip PBB dan rencana perdamaian Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Zelensky mengatakan pada hari Minggu bahwa Paus Fransiskus terlibat dalam “mediasi virtual” dan menteri luar negerinya mengatakan Kyiv tidak akan pernah menyerah.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2311 seconds (0.1#10.140)