Krisis Properti Lemahkan Ekonomi China, Investor Asing Lirik Negara Lain
loading...
A
A
A
BEIJING - Meledaknya gelembung properti dan krisis utang sebagai akibatnya—lebih dari tiga kali lipat krisis subprime Amerika Serikat (AS) di tahun 2008—telah melemahkan perekonomian China. Beijing mungkin dihadapkan pada kekhawatiran baru jika Donald Trump menang dalam pemilu AS tahun ini.
Trump melancarkan perang tarif terhadap China di masa jabatan pertamanya. Kali ini, dia menjanjikan tarif 60 persen untuk seluruh impor China. Menurut Bloomberg, tarif yang tinggi tersebut dapat menyebabkan kerusakan serius pada perdagangan AS-China senilai USD575 miliar.
Dampak langsung dari Tarif Trump 2.0 akan terasa terhadap investasi asing di China.
"Tarif yang diterapkan Donald Trump sebelumnya hanya menimbulkan sedikit dampak buruk terhadap perekonomian China, namun China mungkin akan lebih sulit untuk mengabaikan dampak buruk jika tarif ini diterapkan kembali," ujar badan penasihat Capital Economics yang berbasis di London, seperti dikutip dari Daily Asian Age pada Senin (11/3/2024).
"Trump mengancam kenaikan tarif yang lebih besar jika terpilih kembali. Faktor-faktor yang meredam dampak yang terjadi sebelumnya—depresiasi mata uang dan penghindaran tariff—mungkin akan memberikan perlindungan yang lebih sedikit."
"Putaran tarif lainnya juga dapat mempercepat perpindahan produksi ke luar China yang masih baru terjadi," ucapnya.
Trump kini memimpin dalam kontestasi pemilu presiden AS. Menurut laporan Bloomberg baru-baru ini, dia telah memenangkan setiap kontes pencalonan sejauh ini dengan selisih yang besar, menempatkannya pada jalur yang tepat untuk mendapatkan cukup delegasi untuk memastikan pencalonan presiden dari Partai Republik pada pertengahan Maret.
China mungkin tetap mempunyai kekhawatiran, bahkan jika Trump tidak menang. Pasalnya, perdebatan seputar hubungan AS-China menambah tekanan pada Presiden Joe Biden untuk mengambil tindakan perdagangan yang lebih keras terhadap Beijing.
Bersikap “keras terhadap China” terbukti menjadi alat pendulang suara yang efektif di AS. Retorika Trump menambah tekanan pada Biden untuk meningkatkan taruhannya.
Trump melancarkan perang tarif terhadap China di masa jabatan pertamanya. Kali ini, dia menjanjikan tarif 60 persen untuk seluruh impor China. Menurut Bloomberg, tarif yang tinggi tersebut dapat menyebabkan kerusakan serius pada perdagangan AS-China senilai USD575 miliar.
Dampak langsung dari Tarif Trump 2.0 akan terasa terhadap investasi asing di China.
"Tarif yang diterapkan Donald Trump sebelumnya hanya menimbulkan sedikit dampak buruk terhadap perekonomian China, namun China mungkin akan lebih sulit untuk mengabaikan dampak buruk jika tarif ini diterapkan kembali," ujar badan penasihat Capital Economics yang berbasis di London, seperti dikutip dari Daily Asian Age pada Senin (11/3/2024).
"Trump mengancam kenaikan tarif yang lebih besar jika terpilih kembali. Faktor-faktor yang meredam dampak yang terjadi sebelumnya—depresiasi mata uang dan penghindaran tariff—mungkin akan memberikan perlindungan yang lebih sedikit."
"Putaran tarif lainnya juga dapat mempercepat perpindahan produksi ke luar China yang masih baru terjadi," ucapnya.
Trump kini memimpin dalam kontestasi pemilu presiden AS. Menurut laporan Bloomberg baru-baru ini, dia telah memenangkan setiap kontes pencalonan sejauh ini dengan selisih yang besar, menempatkannya pada jalur yang tepat untuk mendapatkan cukup delegasi untuk memastikan pencalonan presiden dari Partai Republik pada pertengahan Maret.
Tarif Dagang AS-China
China mungkin tetap mempunyai kekhawatiran, bahkan jika Trump tidak menang. Pasalnya, perdebatan seputar hubungan AS-China menambah tekanan pada Presiden Joe Biden untuk mengambil tindakan perdagangan yang lebih keras terhadap Beijing.
Bersikap “keras terhadap China” terbukti menjadi alat pendulang suara yang efektif di AS. Retorika Trump menambah tekanan pada Biden untuk meningkatkan taruhannya.