Turki Mulai Bangun Situs untuk Sistem Rudal S-400 Rusia

Sabtu, 08 September 2018 - 01:46 WIB
Turki Mulai Bangun Situs untuk Sistem Rudal S-400 Rusia
Turki Mulai Bangun Situs untuk Sistem Rudal S-400 Rusia
A A A
ANKARA - Turki sedang dalam proses untuk membangun sebuah situs untuk penempatan sistem rudal S-400 Rusia. Padahal sekutunya, Amerika Serikat (AS) sudah memperingatkan Ankara agar tidak membeli senjata pertahanan canggih tersebut.

Aktivitas pembangunan situs itu dilaporkan CNBC, semalam (7/9/2018), berdasarkan citra satelit yang menunjukkan peluncuran fasilitas beton dan bungker.

Media AS, mengutip sumber yang mengetahui aktivitas Ankara itu, melaporkan bahwa konstruksi baru yang sedang dikerjakan cocok dengan pola untuk penempatan sistem rudal surface-to-air S-400 Rusia.

Turki sudah menandatangani perjanjian dengan Moskow untuk pembelian sistem rudal S-400. Nilai kesepakatan pembelian itu mencapai USD2,5 miliar.

Kesepakatan itu telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan sekutu NATO, yang waspada terhadap kehadiran persenjataan militer Moskow yang meningkat di kawasan Timur Tengah.

Sistem S-400 diklaim memiliki jangkauan tembak yang lebih besar daripada sistem rudal Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) buatan Amerika Serikat. Dari segi harga juga lebih murah.

Turki dijadwalkan untuk menerima S-400 tahun depan. Pada tahun 2020, sistem yang diakuisis itu diperkirakan sudah siap perang.

Kesepakatan Ankara dan Moskow berjalan lancar ketika Kongres bertekad untuk memblokir pengiriman dua jet tempur siluman F-35 dari AS ke Turki.

Turki, mitra program F-35, saat ini dijadwalkan untuk menerima dua jet tempur kebanggaan NATO tersebut. Ankara sendiri sudah memesan sekitar 100 unit jet tempur buatan Lokheed Martin tersebut.

Sistem rudal S-400 buatan Rusia, yang dilengkapi dengan delapan peluncur dan 32 rudal, mampu menargetkan pesawat tempur siluman seperti pesawat tempur F-35.

Dalam Undang-Undang Otorisasi Pertahanan Nasional, Kongres menugaskan Pentagon untuk menyampaikan laporan dalam 90 hari yang menguraikan potensi risiko terkait dengan pembelian sistem rudal S-400 Rusia oleh Turki.

"Kami akan melalui masalah saat ini di antara kami, dan kami terlibat di dalam, saya akan menyebutnya, sering, sekarang, sangat sering, diskusi pada tingkat yang sangat tinggi untuk mencoba menyelesaikan masalah ini," kata Menteri Pertahanan AS James Mattis pada Selasa lalu ketika ditanya tentang penjualan F-35 ke Turki.

"Saya percaya bahwa ada ketulusan di kedua belah pihak untuk mencoba menyelesaikan masalah ini. Jadi kami terlibat di dalamnya sekarang, dan saya - Anda tahu, saya harus bekerja dengan mereka secara langsung pada ini, seperti halnya Sekretaris (Negara Bagian Mike ) Pompeo dan yang lainnya di pihak kita, "tambahnya.

Terlebih lagi, ketegangan antara AS dan Ankara telah meningkat selama penahanan pastor Amerika, Andrew Brunson.

Pada Oktober 2016, Turki menahan Brunson atas tuduhan terlibat spionase dan berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Tayyip Erdogan. Brunson membantah semua tuduhan.

Pada bulan Agustus, Departemen Keuangan mengeluarkan sanksi kepada Menteri Kehakiman dan Menteri Dalam Negeri Turki atas penangkapan dan penahanan Brunson.

"Amerika Serikat akan memberlakukan sanksi besar pada Turki atas penahanan lama yang lama terhadap Pastor Andrew Brunson, seorang Kristen yang hebat, seorang pria berkeluarga dan manusia yang luar biasa," kata Presiden AS Donald Trump dalam sebuah tweet. "Dia sangat menderita. Orang yang tidak bersalah ini harus segera dibebaskan!"
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5357 seconds (0.1#10.140)