Keluarga Penumpang Frustrasi dengan Teori Lenyapnya MH370: 'Mungkin Ini, Mungkin Itu'...
loading...
A
A
A
“Sampai kami menemukan puing-puingnya, kami (tidak akan) mengetahuinya.”
Berbagai teori tersebut hanya menambah rasa frustrasi yang dirasakan Jacquita Gonzales (61), dan trauma kehilangan suaminya, Patrick Gomes, yang merupakan pengawas penerbangan.
“Semua orang datang dan (berkata), 'Mungkin ini, mungkin itu.' Saya berkata, 'Ada banyak kemungkinan,...belum ada konfirmasi',” katanya.
“Kami tidak memiliki tanda ‘X’ milik bajak laut (di mana) Anda menggali (untuk) harta karun itu," paparnya.
Banyak orang, termasuk dia dan Nathan, merasa pencarian MH370 harus dilanjutkan.
“Apa pun yang dikatakan orang hanyalah teori atau spekulasi... Temukan kotak hitamnya, dan pecahkan informasi di sana,” kata Nathan.
“Banyak dari kita telah menerima bahwa tidak ada yang akan kembali. Tapi yang penting kita ingin tahu apa yang terjadi...Apakah karena perbuatan jahat seseorang, atau karena kecelakaan?" lanjut dia.
“Kalau kecelakaan, lebih mudah menerimanya. Jika ini adalah kegagalan besar di pesawat, Anda tidak bisa menahannya. Terjadi kecelakaan. Tapi kalau ada yang membajak pesawat, itu lain.”
Namun pemerintah Malaysia belum melakukan upaya apa pun untuk menemukan pesawat tersebut sejak Januari 2018, ketika mereka menandatangani perjanjian untuk membayar perusahaan robotika kelautan Ocean Infinity hingga USD70 juta jika menemukan MH370 dalam 90 hari.
Armada yang terdiri dari delapan drone bawah air otonom dikerahkan, menggunakan sinyal akustik untuk membuat peta digital medan bawah laut sehingga para ahli dapat menjelajahi peta tersebut untuk mencari puing-puing pesawat Boeing 777. Namun perusahaan itu pulang dengan tangan hampa.
Berbagai teori tersebut hanya menambah rasa frustrasi yang dirasakan Jacquita Gonzales (61), dan trauma kehilangan suaminya, Patrick Gomes, yang merupakan pengawas penerbangan.
“Semua orang datang dan (berkata), 'Mungkin ini, mungkin itu.' Saya berkata, 'Ada banyak kemungkinan,...belum ada konfirmasi',” katanya.
“Kami tidak memiliki tanda ‘X’ milik bajak laut (di mana) Anda menggali (untuk) harta karun itu," paparnya.
Banyak orang, termasuk dia dan Nathan, merasa pencarian MH370 harus dilanjutkan.
“Apa pun yang dikatakan orang hanyalah teori atau spekulasi... Temukan kotak hitamnya, dan pecahkan informasi di sana,” kata Nathan.
“Banyak dari kita telah menerima bahwa tidak ada yang akan kembali. Tapi yang penting kita ingin tahu apa yang terjadi...Apakah karena perbuatan jahat seseorang, atau karena kecelakaan?" lanjut dia.
“Kalau kecelakaan, lebih mudah menerimanya. Jika ini adalah kegagalan besar di pesawat, Anda tidak bisa menahannya. Terjadi kecelakaan. Tapi kalau ada yang membajak pesawat, itu lain.”
Namun pemerintah Malaysia belum melakukan upaya apa pun untuk menemukan pesawat tersebut sejak Januari 2018, ketika mereka menandatangani perjanjian untuk membayar perusahaan robotika kelautan Ocean Infinity hingga USD70 juta jika menemukan MH370 dalam 90 hari.
Armada yang terdiri dari delapan drone bawah air otonom dikerahkan, menggunakan sinyal akustik untuk membuat peta digital medan bawah laut sehingga para ahli dapat menjelajahi peta tersebut untuk mencari puing-puing pesawat Boeing 777. Namun perusahaan itu pulang dengan tangan hampa.