Kembali Gunakan Senjata Kimia, AS Ancam Serang Suriah Besar-besaran
A
A
A
WASHINGTON - Washington siap untuk mengambil tindakan militer yang kuat jika Suriah kembali menggunakan senjata kimia. Hal itu dikatakan oleh Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) John Bolton.
Menurut sumber anonim Bloomberg, Bolton mengatakan kepada Sekretaris Dewan Keamanan Rusia Nikolai Patrushev bahwa AS siap untuk merespon dengan kekuatan yang lebih besar yang telah digunakan di Suriah sebelumnya. Hal itu dikatakan saat keduanya bertemu di Jenewa pada Kamis lalu.
Informasi itu muncul setelah para pejabat AS mengklaim bahwa mereka memiliki informasi, Assad mungkin merencanakan serangan senjata kimia di provinsi barat laut Idlib seperti dikutip dari Sputnik, Sabtu (25/8/2018).
Presiden Trump telah memerintahkan dua serangan di Suriah sebelumnya. Ia mengatakan bahwa Assad harus dihukum atas dugaan penggunaan senjata kimia.
Serangan udara pertama dilakukan pada April 2017, dengan AS bereaksi terhadap tuduhan penggunaan senjata kimia oleh pemerintah Suriah. Presiden Assad menyangkal semua tuduhan, membiarkan para ahli PBB membuat analisis mereka tentang insiden itu.
Serangan udara lain yang dikoordinasikan oleh pasukan militer AS, Inggris, dan Prancis pada April 2018. Serangan dilancarkan atas dugaan penggunaan senjata kimia yang dilaporkan oleh kelompok kemanusiaan “White Helmets”, didanai oleh AS, Inggris dan beberapa pemerintah barat lainnya.
Sumber Bloomberg mengklaim bahwa tidak seperti sebelumnya, yang disebut sebagai serangan "simbolis", peringatan Bolton lebih spesifik dan mengacu pada kampanye konkret di Idlib. Wilayah ini adalah provinsi terakhir di Suriah yang dikuasai oleh berbagai kelompok militan anti-pemerintah, termasuk kelompok teror Front al-Nusra.
Para pejabat AS dilaporkan tidak mengkonfirmasi informasi yang diberikan oleh Bloomberg.
Serangan itu bisa membahayakan eskalasi keterlibatan AS selama tujuh tahun di Suriah, yang menurut Presiden Trump ngin hindari. Pada bulan Agustus, pemerintahan Trump memberitahu Kongres bahwa mereka akan mengalihkan RP3,3 triliun untuk stabilisasi Suriah sebagai bagian dari penarikan pasukan AS dari konflik.
Semantara selama pidatonya di Ohio, Trump mengklaim bahwa pasukan AS akan segera keluar dari Suriah.
Menurut sumber anonim Bloomberg, Bolton mengatakan kepada Sekretaris Dewan Keamanan Rusia Nikolai Patrushev bahwa AS siap untuk merespon dengan kekuatan yang lebih besar yang telah digunakan di Suriah sebelumnya. Hal itu dikatakan saat keduanya bertemu di Jenewa pada Kamis lalu.
Informasi itu muncul setelah para pejabat AS mengklaim bahwa mereka memiliki informasi, Assad mungkin merencanakan serangan senjata kimia di provinsi barat laut Idlib seperti dikutip dari Sputnik, Sabtu (25/8/2018).
Presiden Trump telah memerintahkan dua serangan di Suriah sebelumnya. Ia mengatakan bahwa Assad harus dihukum atas dugaan penggunaan senjata kimia.
Serangan udara pertama dilakukan pada April 2017, dengan AS bereaksi terhadap tuduhan penggunaan senjata kimia oleh pemerintah Suriah. Presiden Assad menyangkal semua tuduhan, membiarkan para ahli PBB membuat analisis mereka tentang insiden itu.
Serangan udara lain yang dikoordinasikan oleh pasukan militer AS, Inggris, dan Prancis pada April 2018. Serangan dilancarkan atas dugaan penggunaan senjata kimia yang dilaporkan oleh kelompok kemanusiaan “White Helmets”, didanai oleh AS, Inggris dan beberapa pemerintah barat lainnya.
Sumber Bloomberg mengklaim bahwa tidak seperti sebelumnya, yang disebut sebagai serangan "simbolis", peringatan Bolton lebih spesifik dan mengacu pada kampanye konkret di Idlib. Wilayah ini adalah provinsi terakhir di Suriah yang dikuasai oleh berbagai kelompok militan anti-pemerintah, termasuk kelompok teror Front al-Nusra.
Para pejabat AS dilaporkan tidak mengkonfirmasi informasi yang diberikan oleh Bloomberg.
Serangan itu bisa membahayakan eskalasi keterlibatan AS selama tujuh tahun di Suriah, yang menurut Presiden Trump ngin hindari. Pada bulan Agustus, pemerintahan Trump memberitahu Kongres bahwa mereka akan mengalihkan RP3,3 triliun untuk stabilisasi Suriah sebagai bagian dari penarikan pasukan AS dari konflik.
Semantara selama pidatonya di Ohio, Trump mengklaim bahwa pasukan AS akan segera keluar dari Suriah.
(ian)