Houthi Peroleh Drone Laut, Kapal Induk AS Terancam
loading...
A
A
A
SANAA - Ketika kelompok tempur kapal induk USS Dwight D Eisenhower menangkis serangan di Laut Merah, kelompok Houthi Yaman telah menambahkan senjata baru ke dalam persenjataan mereka—drone Angkatan Laut.
Houthi telah meluncurkan atau mencoba meluncurkan beberapa kapal nirawak atau drone Angkatan Laut yang dapat meledak sejak tanggal 4 Januari ke perairan Yaman, di mana mereka dapat mengancam Angkatan Laut AS dan kapal-kapal komersial.
Senjata baru Houthi itu menambah ancaman baru di tingkat permukaan laut terhadap serangan yang melibatkan drone dan rudal di udara.
Laksamana Muda Marc Miguez, komandan kelompok tempur kapal induk Eisenhower Angkatan Laut Amerika Serikat (AS), mengatakan kepada AP: "Drone laut lebih merupakan ancaman yang tidak kita ketahui dan kita tidak memiliki banyak informasi, yang bisa sangat mematikan.”
Drone Angkatan Laut, kata Miguez, menghadirkan salah satu skenario yang paling menakutkan.
"Memiliki kapal permukaan tak berawak yang sarat bom dan dapat melaju dengan kecepatan sangat tinggi. Dan jika Anda tidak segera berada di lokasi, hal itu bisa menjadi sangat buruk dengan sangat cepat," paparnya, yang dilansir Business Insider, Minggu (18/2/2024).
Pasukan AS telah menghadapi drone laut Houthi di jalur pelayaran komersial setidaknya tiga kali, menurut laporan The Maritime Executive.
Pada 5 Februari, Komando Pusat AS mengatakan bahwa drone laut Houthi merupakan ancaman besar terhadap kapal-kapal pengiriman di Laut Merah.
Militer AS juga secara teratur melakukan serangan terhadap kapal permukaan tak berawak yang sedang dipersiapkan oleh Houthi untuk diluncurkan.
Teknologi baru drone laut sebagian besar telah dirintis—dengan keberhasilan yang cukup besar—oleh Ukraina melawan Armada Laut Hitam Rusia.
Dalam dua minggu terakhir saja, Ukraina mengeklaim telah menenggelamkan korvet Rusia dan kapal pendarat hanya dengan menggunakan segelintir drone MAGURA V5 yang murah dan diproduksi dalam negeri.
Drone tersebut jauh dari sempurna, di mana para ahli mengatakan kepada Business Insider bahwa mereka sering gagal mencapai target. "Namun, imbalannya, jika mereka benar-benar menyerang akan memberi Ukraina keuntungan asimetris yang sangat besar,” kata Basil Germond, pakar keamanan internasional di Universitas Lancaster di Inggris.
Saat ini, kata Miguez kepada AP, Angkatan Laut AS tidak memiliki informasi intelijen yang baik mengenai berapa banyak drone laut yang dimiliki Houthi.
Kelompok pemberontak Yaman itu juga pernah menggunakannya di masa lalu untuk melawan pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi yang terlibat dalam perang saudara di Yaman.
Houthi telah meluncurkan atau mencoba meluncurkan beberapa kapal nirawak atau drone Angkatan Laut yang dapat meledak sejak tanggal 4 Januari ke perairan Yaman, di mana mereka dapat mengancam Angkatan Laut AS dan kapal-kapal komersial.
Senjata baru Houthi itu menambah ancaman baru di tingkat permukaan laut terhadap serangan yang melibatkan drone dan rudal di udara.
Laksamana Muda Marc Miguez, komandan kelompok tempur kapal induk Eisenhower Angkatan Laut Amerika Serikat (AS), mengatakan kepada AP: "Drone laut lebih merupakan ancaman yang tidak kita ketahui dan kita tidak memiliki banyak informasi, yang bisa sangat mematikan.”
Drone Angkatan Laut, kata Miguez, menghadirkan salah satu skenario yang paling menakutkan.
"Memiliki kapal permukaan tak berawak yang sarat bom dan dapat melaju dengan kecepatan sangat tinggi. Dan jika Anda tidak segera berada di lokasi, hal itu bisa menjadi sangat buruk dengan sangat cepat," paparnya, yang dilansir Business Insider, Minggu (18/2/2024).
Pasukan AS telah menghadapi drone laut Houthi di jalur pelayaran komersial setidaknya tiga kali, menurut laporan The Maritime Executive.
Pada 5 Februari, Komando Pusat AS mengatakan bahwa drone laut Houthi merupakan ancaman besar terhadap kapal-kapal pengiriman di Laut Merah.
Militer AS juga secara teratur melakukan serangan terhadap kapal permukaan tak berawak yang sedang dipersiapkan oleh Houthi untuk diluncurkan.
Teknologi baru drone laut sebagian besar telah dirintis—dengan keberhasilan yang cukup besar—oleh Ukraina melawan Armada Laut Hitam Rusia.
Dalam dua minggu terakhir saja, Ukraina mengeklaim telah menenggelamkan korvet Rusia dan kapal pendarat hanya dengan menggunakan segelintir drone MAGURA V5 yang murah dan diproduksi dalam negeri.
Drone tersebut jauh dari sempurna, di mana para ahli mengatakan kepada Business Insider bahwa mereka sering gagal mencapai target. "Namun, imbalannya, jika mereka benar-benar menyerang akan memberi Ukraina keuntungan asimetris yang sangat besar,” kata Basil Germond, pakar keamanan internasional di Universitas Lancaster di Inggris.
Saat ini, kata Miguez kepada AP, Angkatan Laut AS tidak memiliki informasi intelijen yang baik mengenai berapa banyak drone laut yang dimiliki Houthi.
Kelompok pemberontak Yaman itu juga pernah menggunakannya di masa lalu untuk melawan pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi yang terlibat dalam perang saudara di Yaman.
(mas)