7 Fakta Rodrigo Duterte, Mantan Presiden Filipina yang Perangi Narkoba

Sabtu, 03 Februari 2024 - 14:56 WIB
loading...
7 Fakta Rodrigo Duterte, Mantan Presiden Filipina yang Perangi Narkoba
Ada tujuh fakta unik tentang Rodrigo Duterte, mantan presiden Filipina yang perangi narkoba. Foto/REUTERS
A A A
JAKARTA - Rodrigo Duterte, mantan Presiden Filipina kini jadi sorotan publik setempat karena berkonflik dengan Presiden Ferdinand Marcos Jr.

Perseteruan ini unik karena putri Duterte, Sara Duterte adalah wakil presiden pendamping Marcos Jr.

Duterte telah mengancam akan menggulingkan presiden penerusnya itu setelah menuduh Marcos Jr dan sekutunya berencana mengamandemen konstitusi yang memungkinkan sang presiden untuk melanggengkan kekuasaan.

Wali Kota Davao Sebastian Duterte, yang juga putra Duterte, juga menyerukan agara Presiden Marcos Jr mengundurkan diri. Alasannya, kebijakan sang presiden dianggap lebih condong ke Amerika Serikat (AS).



Ketika perseteruan memanas, Duterte dan Marcos Jr saling tuding sebagai pecandu narkoba.

Telepas dari konflik tersebut, yang memicu gonjang-ganjing dunia politik Filipina, sosok Rodrigo Duterte telah lama jadi pemberitaan media internasional karena berbagai tindakan kontroversialnya.


7 Fakta Tentang Rodrigo Duterte

1. Anak Pejabat dan Aktivis


Pria bernama lengkap Rodrigo Digong Duterte ini lahir pada tahun 1945 di Filipina Selatan. Menurut Britannica, ayah Duterte pernah menjabat sebagai gubernur provinsi Davao.

Sedangkan ibunya adalah seorang aktivis komunitas yang memiliki peran penting dalam Revolusi People Power yang menggulingkan diktator Ferdinand Marcos Sr, ayah dari Presiden Marcos Jr. Revolusi tersebut telah memulihkan pemerintahan demokratis di Filipina.


2. Bergelar Sarjana Ilmu Politik dan Hukum


Duterte diketahui telah memperoleh gelar ilmu politik pada 1968 dari Lyceum Universitas Filipina di Manila dan gelar sarjana hukum pada 1972 dari San Beda College.

Karier politiknya dimulai dari Kota Davao, di mana dia diangkat sebagai wakil wali kota pada tahun 1986.

3. Pernah Menjabat Wali Kota Selama 22 Tahun


Duterte terpilih sebagai wali kota Davao pada tahun 1988. Setelah itu, dia kembali terpilih untuk jabatan yang sama selama dua dekade berikutnya.

Karena batasan masa jabatan, dia dilarang mencalonkan diri kembali pada tahun 1998, namun dia berhasil mencalonkan diri mewakili Davao di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Filipina.

4. Terkenal sebagai Wali Kota yang Memerangi Kejahatan


Menurut BBC, Duterte membangun reputasinya dalam memerangi beberapa masalah terbesar Filipina, seperti kejahatan, militansi, dan korupsi selama dirinya menjabat sebagai wali kota Davao selama 22 tahun.

Human Rights Watch menggambarkannya sebagai wali kota pasukan kematian, karena telah ada lebih dari 1.000 orang terbunuh tanpa proses hukum di kota yang dipimpinnya.

5. Terpilih Menjadi Presiden Tahun 2016


Rekam jejak di Davao membuatnya mendapat dukungan nasional ketika mencalonkan diri sebagai presiden. Ketika kampanye, dia mengungkapkan: "Jika saya berhasil masuk ke istana presiden, saya akan melakukan apa yang saya lakukan sebagai wali kota. Kalian pengedar narkoba, perampok, dan tidak berbuat apa-apa, sebaiknya kalian keluar. Karena saya akan membunuh kalian.”

Duterte juga mengungkapkan jika dia akan membunuh anak-anaknya sendiri jika mereka menggunakan narkoba. Ketika anak dan menantunya dituduh terlibat penyelundupan narkoba, dia berjanji akan mundur jika memang bersalah.

6. Mendapat Julukan Duterte Harry


Duterte secara terbuka mendorong warga dan polisi untuk menembak dan membunuh tersangka pengedar dan pengguna narkoba. Hal tersebut membuatnya mendapat julukan Duterte Harry, mengacu pada tokoh fiksi Amerika Serikat ; Dirty Harry. Karakter tersebut selalu mengambil tindakan demi menegakkan keadilan tanpa mempedulikan hukum.

Kebijakan Duterte ini membuat banyak terjadi pembunuhan di wilayah Filipina. Meski begitu, warga Filipina justru memuji tindakan Duterte karena merupakan sikap yang berani.

7. Membunuh Banyak Orang karena Narkoba


Perkiraan jumlah korban tewas dalam perang Duterte terhadap narkoba berbeda-beda, tergantung siapa yang menghitungnya. Angka resmi, per November 2021, menyebutkan jumlahnya lebih dari 6.200 jiwa.

Namun Komisi Hak Asasi Manusia (CHR) negara tersebut mengatakan pada tahun 2018 bahwa jumlah korban jiwa bisa mencapai 27.000 orang. Meski begitu, Duterte bersikeras tidak akan menyesali perbuatannya dalam menegakkan hukuman brutal tersebut.
(mas)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1166 seconds (0.1#10.140)