Kecewa Partai Buruh Dukung Israel di Gaza, Muslim Siap Guncang Politik Inggris

Kamis, 01 Februari 2024 - 18:30 WIB
loading...
Kecewa Partai Buruh Dukung Israel di Gaza, Muslim Siap Guncang Politik Inggris
Pemimpin Partai Buruh Keir Starmer didampingi kabinet bayangannya di London, Inggris. Foto/AP
A A A
LONDON - Kampanye Muslim terbaru yang mendukung kandidat independen untuk mencalonkan diri dalam pemilihan umum (pemilu) Inggris telah memicu kekhawatiran Partai Buruh.

Partai Buruh takut dengan hilangnya dukungan pemilih Muslim karena “sudah terlambat 30.000 warga Gaza tewas”.

The Guardian melaporkan pada Selasa (30/1/2024) bahwa kantor pemimpin Partai Buruh Keir Starmer sedang melakukan jajak pendapat dan mengadakan kelompok fokus dengan Muslim Inggris di seluruh negeri.

Saat ini muncul kekhawatiran di kalangan pejabat partai bahwa banyak Muslim yang sebelumnya mendukung Partai Buruh mungkin tidak memilih partai tersebut karena dukungan Partai Buruh pada Israel dalam genosida di Gaza.

Yang berkontribusi terhadap ketakutan Partai Buruh adalah kelompok akar rumput bernama The Muslim Vote (TMV), yang didukung Asosiasi Muslim Inggris, Dewan Muslim Skotlandia, Dewan Muslim Wales, Keterlibatan dan Pembangunan Muslim (Mend) dan kelompok masyarakat sipil Muslim lainnya.

TMV mengatakan pihaknya memiliki "ribuan" sukarelawan yang siap mendukung kampanye politik lokal independen di daerah pemilihan yang memiliki banyak pemilih Muslim dan anggota parlemen yang gagal memberikan suara untuk gencatan senjata.

“Komunitas lokal akan diberdayakan untuk mendukung kandidat yang pro-Palestina dan pro-perdamaian,” tegas situs website TMV.



Seorang juru bicara TMV mengatakan kepada Middle East Eye bahwa, “Di daerah pemilihan yang dianggap memiliki pendukung dan pendekatan independen masuk akal, mereka akan mendukung kandidat independen dengan sumber daya teknologi, jaringan, saran dan data, serta sukarelawan dan bantuan untuk pendanaan."

Partai Buruh telah menghadapi kritik keras atas dukungan kepemimpinan mereka terhadap perang Israel di Gaza.

Terjadi pengunduran diri para anggota dewan Partai Buruh pada akhir Oktober setelah Starmer mengatakan Israel "memiliki hak" menahan aliran listrik dan air dari Gaza.

Pengunduran diri itu dianggap sumber senior Partai Buruh sebagai partai tersebut "menghilangkan kutu-kutu".

Namun kemarin The Guardian mengutip pernyataan salah satu anggota Partai Buruh, "Kami tahu kami telah kehilangan suara Muslim dan setidaknya kepercayaan mereka. Komunitas Muslim tidak lagi menjadi basis pemilih yang aman bagi kami karena cara kami awalnya merespons perang. Jadi kami hanya fokus pada pengendalian kerusakan. Kami semua mengetahuinya.”

Seorang anggota parlemen senior dari Partai Buruh menggambarkan, “Umat Islam sebagai penting secara geografis, karena banyak dari mereka tinggal di wilayah sasaran utama baik di wilayah selatan maupun barat laut.”

Topengnya Terlepas


Juru bicara TMV mengatakan kepada MEE bahwa, “Topeng Partai Buruh telah terlepas dan kebusukan kepentingan politik telah terungkap. Kita tidak dapat mengabaikan hal itu.”

“Mereka telah melakukan perhitungan yang suram bahwa mereka mampu mendukung genosida dan kehilangan suara Muslim namun tetap menang,” tegas juru bicara TMV.

Dia menambahkan, “Orang-orang yang terlibat dalam TMV adalah orang-orang yang serius, mereka berada di sini untuk jangka panjang, dan mereka tidak mungkin terpengaruh oleh kesepakatan sistem back-office Baradari yang korup seperti dulu." Baradari adalah istilah Asia Selatan untuk politik klan.

MEE juga berbicara dengan Muhammad Jalal, dosen politik dan pembawa acara podcast The Thinking Muslim, yang telah mendukung The Muslim Vote secara tidak resmi dan berbicara dengan para aktivis di seluruh negeri.

Berbicara kepada MEE dalam kapasitas pribadinya, dia mengatakan, “Kekhawatiran kepemimpinan Partai Buruh mengenai suara Muslim muncul dari keputusasaan, dan ada banyak konstituen di mana suara Muslim bisa mendapatkan kursi."

Jalal menggambarkan, “TMV sebagai sarana untuk menyatukan suara umat Islam dan menunjukkan kekuatan kolektif kita."

Perkembangan ini terjadi ketika salah satu anggota parlemen Partai Buruh, Menteri Kesehatan Bayangan Wes Streeting, menghadapi tantangan dari kandidat independen Inggris-Palestina Leanne Mohamad untuk kursinya di London timur, yang memiliki populasi Muslim sebesar 31,3%.

Streeting berulang kali menolak seruan gencatan senjata dan menegaskan hak Israel untuk membela diri.

Namun pada Selasa dia mengatakan kepada Andrew Marr dari LBC bahwa, “Inggris mempunyai tanggung jawab untuk mengakui negara Palestina dan perlu bekerja di sekitar pemerintah Israel karena mereka telah menunjukkan bahwa mereka bukan mitra perdamaian.”

Banyak orang di internet menafsirkan komentarnya sebagai bukti meningkatnya kekhawatiran Partai Buruh atas kehilangan pemilih Muslim.

Hal ini terjadi setelah Menteri Luar Negeri David Cameron mengatakan pada Selasa bahwa Inggris akan mempertimbangkan mengakui negara Palestina.

Posisi ini sangat kontras dengan komentar yang dibuat Pemimpin Partai Buruh Starmer pada tanggal 16 Januari, di mana dia membatalkan janji Partai Buruh untuk mengakui negara Palestina secara sepihak dan mengatakan hal tersebut hanya dapat dilakukan sebagai bagian dari solusi dua negara.

Di daerah pemilihan Tower Hamlets di London timur, pengacara Tasnime Akunjee mengumumkan bahwa dia berencana menentang anggota parlemen Partai Buruh Rushanara Ali, yang tidak memilih gencatan senjata di Parlemen.

Dukungan untuk Corbyn


Dukungan terhadap Partai Buruh terhadap Muslim turun secara signifikan pada tahun 2004 akibat perang Irak, dan meningkat lagi pada tahun 2015, ketika 64% umat Islam memilih Partai Buruh.

Dukungan Muslim terhadap partai tersebut mencapai lebih dari 80% dengan Jeremy Corbyn sebagai pemimpinnya.

Tidak jelas seberapa jauh penurunan dukungan Muslim pada Partai Buruh sejak dimulainya perang Gaza pada 7 Oktober.

Jajak pendapat yang dirilis Muslim Census pada tanggal 17 Oktober menunjukkan adanya penurunan dukungan Muslim terhadap Partai Buruh sebesar 66% yang mungkin berarti hilangnya 1,5 juta pemilih untuk partai tersebut.

Namun jajak pendapat lain yang dilakukan Savanta pada November menemukan 84% Muslim yang memilih Partai Buruh pada 2019 mengatakan mereka akan melakukan hal yang sama lagi.

Kini, para tokoh senior partai dilaporkan khawatir bahwa hilangnya dukungan Muslim dapat menyebabkan kekalahan di lebih dari selusin kursi di seluruh negeri.

Kemungkinan lain yang dapat menarik pemilih menjauh dari Partai Buruh adalah gerakan sayap kiri yang menurut laporan sedang dipertimbangkan diluncurkan mantan Pemimpin Partai Buruh Jeremy Corbyn.

Pada awal Januari, Daily Mail mengutip teman-teman Corbyn yang mengatakan gerakan tersebut akan berusaha menarik pemilih Muslim, serta pihak lain, yang menentang dukungan Starmer terhadap Israel di Gaza.

Muhammad Jalal mengatakan kepada MEE bahwa dia "telah berkeliling negeri" dan melihat "kekecewaan besar terhadap Partai Buruh".

Dia percaya gerakan jangka panjang umat Islam untuk keluar dari Partai Buruh akan terjadi.

Juru bicara TMV juga menyampaikan sentimen serupa. “Ini bukan gerakan protes. Ini adalah gerakan perubahan infrastruktur,” tegas dia.

“Dalam waktu satu dekade, tidak ada lagi partai politik yang bisa menganggap remeh suara umat Islam,” papar dia.

MEE menghubungi Partai Buruh untuk memberikan komentar tetapi tidak menerima balasan hingga berita ini diterbitkan.
(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1738 seconds (0.1#10.140)