Ancaman Raja Salman Dinilai Tak Bisa Cegah Qatar Beli S-400 Rusia
A
A
A
MOSKOW - Ancaman Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud tentang aksi militer Arab Saudi terhadap Qatar dinilai tak akan berhasil mencegah Doha membeli sistem rudal pertahanan S-400 Rusia. Riyadh risau dengan Doha itu dengan alasan senjata pertahanan itu akan mengancam keamanan Arab Saudi.Wakil Komite Pertahanan dan Keamanan Parlemen Rusia, Aleksei Kondratyev, mengatakan Rusia akan mengejar tujuannya sendiri dalam menentukan pasar penjualan sistem rudal pertahanan S-400."Rusia mengejar kepentingannya sendiri, memasok S-400 ke Qatar dan mendapatkan uang untuk anggaran negara. Posisi Arab Saudi tidak ada hubungannya dengan itu, rencana Rusia tidak akan berubah," kata Kondratyev seperti dikutip Sputnik, Sabtu (2/6/2018) malam.
"Jelas bahwa Riyadh memainkan peran dominan di kawasan itu, tetapi Qatar mendapat keuntungan dengan meningkatkan angkatan bersenjatanya karena mengakuisisi sistem S-400 Rusia. Oleh karena itu, ketegangan Arab Saudi dapat dimengerti," ujar politisi senior Moskow tersebut.Baca Juga: Saudi Ancam Lakukan Aksi Militer pada Qatar jika Beli S-400 Rusia
Seperti diberitakan sebelumnya, ancaman aksi militer oleh Raja Salman terhadap Qatar itu terungkap dari suratnya yang ditujukan kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Isi surat yang dikutip koran Prancis, Le Monde, mengungkapkan keprihatinan Riyadh terkait pembicaraan yang sedang berlangsung antara Moskow dan Doha soal pembelian sistem senjata anti-pesawat canggih itu.
Raja Saudi, yang meminta Prancis meningkatkan tekanannya pada Qatar, mengatakan bahwa dia khawatir tentang konsekuensi dari akuisisi Doha terhadap sistem rudal pertahanan S-400. Riyadh merasa sistem itu bisa mengancam keamanannya.
"(Dalam situasi seperti ini), Kerajaan (Arab Saudi) akan siap untuk mengambil semua langkah yang diperlukan untuk menghilangkan sistem pertahanan ini, termasuk tindakan militer," kata Raja Salman dalam suratnya.
Koran Prancis itu memperoleh konten surat Raja Salman melalui sumber yang dekat dengan Istana Elysee.
Pada bulan Januari seorang diplomat Doha menyampaikan bahwa pembicaraan untuk akuisisi sistem rudal pertahanan Moskow telah memasuki tahap lanjut.
Seperti diketahui, Qatar sedang dimusuhi Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir setelah Doha dituduh mendukung terorisme. Empat negara itu telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar dan memblokade negara kecil yang kaya raya di kawasan Teluk tersebut.
Doha telah membantah tuduhan telah mendukung terorisme. Sebaliknya, Qatar merasa jadi korban pemerasan para tetangga Arab-nya.
Pavel Felgenhauer, seorang analis pertahanan yang berbasis di Rusia, mengatakan kepada Al Jazeera, bahwa ancaman Saudi tak mungkin berhasil menekan Qatar untuk membeli sistem senjata pertahanan Moskow.
"Rusia telah selama beberapa tahun mencoba membangun semacam hubungan perdagangan dengan Arab Saudi, tetapi itu tidak benar-benar berhasil," kata Felgenhauer.
"Jelas bahwa Riyadh memainkan peran dominan di kawasan itu, tetapi Qatar mendapat keuntungan dengan meningkatkan angkatan bersenjatanya karena mengakuisisi sistem S-400 Rusia. Oleh karena itu, ketegangan Arab Saudi dapat dimengerti," ujar politisi senior Moskow tersebut.Baca Juga: Saudi Ancam Lakukan Aksi Militer pada Qatar jika Beli S-400 Rusia
Seperti diberitakan sebelumnya, ancaman aksi militer oleh Raja Salman terhadap Qatar itu terungkap dari suratnya yang ditujukan kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Isi surat yang dikutip koran Prancis, Le Monde, mengungkapkan keprihatinan Riyadh terkait pembicaraan yang sedang berlangsung antara Moskow dan Doha soal pembelian sistem senjata anti-pesawat canggih itu.
Raja Saudi, yang meminta Prancis meningkatkan tekanannya pada Qatar, mengatakan bahwa dia khawatir tentang konsekuensi dari akuisisi Doha terhadap sistem rudal pertahanan S-400. Riyadh merasa sistem itu bisa mengancam keamanannya.
"(Dalam situasi seperti ini), Kerajaan (Arab Saudi) akan siap untuk mengambil semua langkah yang diperlukan untuk menghilangkan sistem pertahanan ini, termasuk tindakan militer," kata Raja Salman dalam suratnya.
Koran Prancis itu memperoleh konten surat Raja Salman melalui sumber yang dekat dengan Istana Elysee.
Pada bulan Januari seorang diplomat Doha menyampaikan bahwa pembicaraan untuk akuisisi sistem rudal pertahanan Moskow telah memasuki tahap lanjut.
Seperti diketahui, Qatar sedang dimusuhi Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir setelah Doha dituduh mendukung terorisme. Empat negara itu telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar dan memblokade negara kecil yang kaya raya di kawasan Teluk tersebut.
Doha telah membantah tuduhan telah mendukung terorisme. Sebaliknya, Qatar merasa jadi korban pemerasan para tetangga Arab-nya.
Pavel Felgenhauer, seorang analis pertahanan yang berbasis di Rusia, mengatakan kepada Al Jazeera, bahwa ancaman Saudi tak mungkin berhasil menekan Qatar untuk membeli sistem senjata pertahanan Moskow.
"Rusia telah selama beberapa tahun mencoba membangun semacam hubungan perdagangan dengan Arab Saudi, tetapi itu tidak benar-benar berhasil," kata Felgenhauer.
(mas)