AS: Rencana Pengerahan Senjata Nuklir ke Inggris Mengalami Kemajuan
loading...
A
A
A
LONDON - Sebuah dokumen pemberitahuan Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) mengatakan rencana untuk mengerahkan senjata nuklir Amerika ke pangkalan udara di Suffolk, Inggris, telah mengalami kemajuan.
Kontrak untuk membangun tempat perlindungan guna melindungi pasukan yang akan mempertahankan fasilitas penyimpanan di RAF Lakenheath, Suffolk, telah diberikan.
Dokumen Departemen Pertahanan Amerika menyatakan bahwa pekerjaan tersebut merupakan persiapan untuk “misi nuklir mendatang” pangkalan tersebut.
Mengutip laporan BBC, Selasa (30/1/2024), Angkatan Udara AS (USAF) belum menanggapi permintaan komentar.
Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan ada kesepakatan lama di antara mitra NATO untuk tidak mengomentari lokasi senjata nuklir.
Pada bulan Maret 2023, sebuah dokumen dari Kantor Wakil Menteri Pertahanan AS mengungkapkan bahwa anggaran USD50 juta telah dialokasikan untuk membangun fasilitas yang dikenal sebagai "Surety Dormitory [Asrama Penjamin]" di RAF Lakenheath.
Frasa ini dipahami merujuk pada penyimpanan senjata nuklir.
Bulan September berikutnya, pemberitahuan pemberian kontrak pemerintah AS diterbitkan yang menunjukkan bagaimana anggaran USD924.000 akan dibelanjakan untuk membangun fasilitas penjagaan yang dikenal sebagai "tempat perlindungan keamanan balistik yang diperkeras".
Sebanyak 22 kabin bermanuver tahan ledakan sedang dibangun dengan lembaran logam antipeluru yang dilas ke rangkanya untuk melindungi aset bernilai tinggi dari pasukan pertahanan RAF Lakenheath; Skuadron Pasukan Keamanan ke-48 (48 SFS).
Spesifikasi jendelanya termasuk kaca yang tahan terhadap benturan senapan kaliber .30.
Kontraktor yang ditunjuk untuk pekerjaan tersebut adalah perusahaan yang berbasis di Uni Emirat Arab, Specialist Solutions LLC.
Rencana pengerahan senjata nuklir AS ke Inggris pertama kali terungkap di surat kabar The Telegraph.
Itu akan menjadi pertama kalinya dalam lebih dari 15 tahun senjata nuklir Amerika dikerahkan di wilayah Inggris.
Pada 2008, BBC melaporkan bahwa senjata tersebut telah dipindahkan dari RAF Lakenheath, yang menampung 4.000 personel militer dan lebih dari 1.500 warga sipil Inggris dan AS.
Pangkalan tersebut saat ini menjadi rumah bagi Sayap Tempur ke-48 USAF, satu-satunya unit di Eropa yang mengoperasikan pesawat tempur F-15E Eagle dan F-35A Lighting II.
Laporan dari AS menunjukkan bahwa F-35A yang lebih baru telah diuji terbang menggunakan varian terbaru bom termonuklir B61-12, yang membuka jalan bagi pesawat tersebut untuk mulai membawa senjata tersebut.
Menurut publikasi pertahanan; Janes, B61-12 mampu menghasilkan daya ledak hingga 340 kiloton, atau lebih dari dua puluh kali kekuatan bom Hiroshima.
Sekretaris Jenderal Kampanye Perlucutan Senjata Nuklir, Kate Hudson, mengatakan: "Dokumen-dokumen ini menyoroti dengan jelas bahwa 'misi nuklir yang akan datang' akan ditempatkan di RAF Lakenheath—membenarkan apa yang telah kami duga sejak November 2022—bahwa senjata nuklir AS akan kembali ke Inggris."
“Sangat memalukan bahwa pemerintah AS dan Inggris terus menganggap masyarakat bodoh mengenai masalah serius ini—menolak memberi informasi penting tentang keamanan kami,” imbuh dia.
Hudson mengeklaim hal itu meningkatkan bahaya. "Dan menjadikan kami target nuklir," ujarnya.
Kontrak untuk membangun tempat perlindungan guna melindungi pasukan yang akan mempertahankan fasilitas penyimpanan di RAF Lakenheath, Suffolk, telah diberikan.
Dokumen Departemen Pertahanan Amerika menyatakan bahwa pekerjaan tersebut merupakan persiapan untuk “misi nuklir mendatang” pangkalan tersebut.
Mengutip laporan BBC, Selasa (30/1/2024), Angkatan Udara AS (USAF) belum menanggapi permintaan komentar.
Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan ada kesepakatan lama di antara mitra NATO untuk tidak mengomentari lokasi senjata nuklir.
Pada bulan Maret 2023, sebuah dokumen dari Kantor Wakil Menteri Pertahanan AS mengungkapkan bahwa anggaran USD50 juta telah dialokasikan untuk membangun fasilitas yang dikenal sebagai "Surety Dormitory [Asrama Penjamin]" di RAF Lakenheath.
Frasa ini dipahami merujuk pada penyimpanan senjata nuklir.
Bulan September berikutnya, pemberitahuan pemberian kontrak pemerintah AS diterbitkan yang menunjukkan bagaimana anggaran USD924.000 akan dibelanjakan untuk membangun fasilitas penjagaan yang dikenal sebagai "tempat perlindungan keamanan balistik yang diperkeras".
Sebanyak 22 kabin bermanuver tahan ledakan sedang dibangun dengan lembaran logam antipeluru yang dilas ke rangkanya untuk melindungi aset bernilai tinggi dari pasukan pertahanan RAF Lakenheath; Skuadron Pasukan Keamanan ke-48 (48 SFS).
Spesifikasi jendelanya termasuk kaca yang tahan terhadap benturan senapan kaliber .30.
Kontraktor yang ditunjuk untuk pekerjaan tersebut adalah perusahaan yang berbasis di Uni Emirat Arab, Specialist Solutions LLC.
Rencana pengerahan senjata nuklir AS ke Inggris pertama kali terungkap di surat kabar The Telegraph.
Itu akan menjadi pertama kalinya dalam lebih dari 15 tahun senjata nuklir Amerika dikerahkan di wilayah Inggris.
Pada 2008, BBC melaporkan bahwa senjata tersebut telah dipindahkan dari RAF Lakenheath, yang menampung 4.000 personel militer dan lebih dari 1.500 warga sipil Inggris dan AS.
Pangkalan tersebut saat ini menjadi rumah bagi Sayap Tempur ke-48 USAF, satu-satunya unit di Eropa yang mengoperasikan pesawat tempur F-15E Eagle dan F-35A Lighting II.
Laporan dari AS menunjukkan bahwa F-35A yang lebih baru telah diuji terbang menggunakan varian terbaru bom termonuklir B61-12, yang membuka jalan bagi pesawat tersebut untuk mulai membawa senjata tersebut.
Menurut publikasi pertahanan; Janes, B61-12 mampu menghasilkan daya ledak hingga 340 kiloton, atau lebih dari dua puluh kali kekuatan bom Hiroshima.
Sekretaris Jenderal Kampanye Perlucutan Senjata Nuklir, Kate Hudson, mengatakan: "Dokumen-dokumen ini menyoroti dengan jelas bahwa 'misi nuklir yang akan datang' akan ditempatkan di RAF Lakenheath—membenarkan apa yang telah kami duga sejak November 2022—bahwa senjata nuklir AS akan kembali ke Inggris."
“Sangat memalukan bahwa pemerintah AS dan Inggris terus menganggap masyarakat bodoh mengenai masalah serius ini—menolak memberi informasi penting tentang keamanan kami,” imbuh dia.
Hudson mengeklaim hal itu meningkatkan bahaya. "Dan menjadikan kami target nuklir," ujarnya.
(mas)