Dokter Gaza Amputasi Kaki Keponakannya di Rumah, Tanpa Obat Bius
loading...
A
A
A
“Bisakah aku membawanya ke rumah sakit? Tentu saja tidak,” ujar Bseiso, menggambarkan daerah tersebut sebagai “dikepung”. “Tank-tank itu berada di pintu masuk rumah.”
A’hed Bseiso (18) adalah bagian dari generasi muda yang diamputasi akibat perang yang terjadi di Gaza sejak Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober 2023. Serangan Hamas menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 253 orang, menurut penghitungan Israel.
Namun, sejak itu, Haaretz mengungkap helikopter dan tank tentara Israel, pada kenyataannya, telah membunuh banyak dari 1.139 tentara dan warga sipil yang diklaim Israel dibunuh Perlawanan Palestina.
Para dokter mengatakan banyak dari mereka yang tewas di Jalur Gaza sejak saat itu mungkin bisa diselamatkan jika mereka bisa mencapai rumah sakit.
Terbaring di tempat tidur beberapa pekan setelah amputasi, A’hed Bseiso mengatakan kepada Reuters bahwa dia melihat satu tank Israel di dekat rumahnya ketika dia keluar sekitar pukul 10:30 pagi untuk mendapatkan sinyal agar bisa menelepon ayahnya, yang tinggal di luar negeri.
Dia dan saudara perempuannya masuk ke dalam rumah dan menutup tirai kalau-kalau rumah itu ditembaki. Tak lama setelah itu, gedung itu diserang dan dia terluka.
Dia menyadari kakinya tidak terasa sakit ketika anggota keluarganya mencoba membantunya mengeluarkan pecahan peluru.
“Mereka menempatkan saya di meja makan. Tidak ada peralatan medis. Paman saya melihat spons yang kami gunakan untuk membersihkan piring, kawat, cairan pembersih, dan klorin (desinfektan),” papar dia.
“Dia mengambilnya dan mulai menggosok kaki saya. Dia mengamputasi kaki saya tanpa anestesi dan tanpa apa pun di rumah,” ungkap dia.
Ditanya bagaimana dia menahan rasa sakit, dia berkata, “Saya hanya mengucapkan ‘Terima kasih kepada Tuhan’ dan membaca Alquran. Alhamdulillah, saya tidak merasakan apa-apa, tetapi tentu saja ada rasa sakit, ketegangan, dan keterkejutan.”
'Terimakasih Tuhan'
A’hed Bseiso (18) adalah bagian dari generasi muda yang diamputasi akibat perang yang terjadi di Gaza sejak Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober 2023. Serangan Hamas menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 253 orang, menurut penghitungan Israel.
Namun, sejak itu, Haaretz mengungkap helikopter dan tank tentara Israel, pada kenyataannya, telah membunuh banyak dari 1.139 tentara dan warga sipil yang diklaim Israel dibunuh Perlawanan Palestina.
Para dokter mengatakan banyak dari mereka yang tewas di Jalur Gaza sejak saat itu mungkin bisa diselamatkan jika mereka bisa mencapai rumah sakit.
Terbaring di tempat tidur beberapa pekan setelah amputasi, A’hed Bseiso mengatakan kepada Reuters bahwa dia melihat satu tank Israel di dekat rumahnya ketika dia keluar sekitar pukul 10:30 pagi untuk mendapatkan sinyal agar bisa menelepon ayahnya, yang tinggal di luar negeri.
Dia dan saudara perempuannya masuk ke dalam rumah dan menutup tirai kalau-kalau rumah itu ditembaki. Tak lama setelah itu, gedung itu diserang dan dia terluka.
Dia menyadari kakinya tidak terasa sakit ketika anggota keluarganya mencoba membantunya mengeluarkan pecahan peluru.
“Mereka menempatkan saya di meja makan. Tidak ada peralatan medis. Paman saya melihat spons yang kami gunakan untuk membersihkan piring, kawat, cairan pembersih, dan klorin (desinfektan),” papar dia.
“Dia mengambilnya dan mulai menggosok kaki saya. Dia mengamputasi kaki saya tanpa anestesi dan tanpa apa pun di rumah,” ungkap dia.
Ditanya bagaimana dia menahan rasa sakit, dia berkata, “Saya hanya mengucapkan ‘Terima kasih kepada Tuhan’ dan membaca Alquran. Alhamdulillah, saya tidak merasakan apa-apa, tetapi tentu saja ada rasa sakit, ketegangan, dan keterkejutan.”