CEO McDonald's Akui Ada Dampak Bisnis Berarti akibat Seruan Boikot Terkait Israel
loading...
A
A
A
NEW YORK - Chief Executive Officer (CEO) McDonald's, Chris Kempczinski, mengumumkan perusahaannya merasakan “dampak bisnis yang berarti” setelah seruan memboikot rantai makanan cepat saji tersebut.
Dampak negatifnya terlihat di pasar Timur Tengah dan beberapa wilayah di luar kawasan akibat kampanye boikot terhadap perusahaan dan produk yang mendukung Israel.
Dalam postingan blog di LinkedIn yang diterbitkan Jumat (5/1/2024), Kempczinski menulis, “Beberapa pasar di Timur Tengah dan beberapa pasar di luar kawasan mengalami dampak bisnis yang berarti akibat perang dan misinformasi terkait yang memengaruhi merek seperti McDonald’s.”
“Ini mengecewakan dan tidak berdasar. Di setiap negara tempat kami beroperasi, termasuk negara-negara Muslim, McDonald’s dengan bangga diwakili oleh operator pemilik lokal,” papar dia.
Dia menambahkan, “Hati kami tetap bersama komunitas dan keluarga yang terkena dampak perang di Timur Tengah. Kami membenci kekerasan dalam bentuk apa pun dan dengan tegas menentang ujaran kebencian, dan kami akan selalu dengan bangga membuka pintu bagi semua orang.”
McDonald's mendapat kritik dari aktivis pro-Palestina ketika gambar dan video di media sosial mengungkapkan toko-toko waralaba di Israel menyediakan makanan gratis kepada tentara Israel yang berperang melawan Gaza, yang memicu kemarahan masyarakat Arab dan mendorong seruan boikot.
Sebagai tanggapannya, gerakan Boikot, Divestasi, Sanksi (BDS), organisasi pro-Palestina yang didirikan pada 2005, mendesak masyarakat memboikot McDonald’s pada bulan November, dengan menyatakan para pewaralaba “secara terbuka mendukung” militer Israel.
“Alih-alih menekan perusahaan induknya, McDonald’s Corporation, untuk mengakhiri perjanjian waralaba yang memalukan di Israel, McDonald’s Malaysia dan pemiliknya di Arab Saudi justru berusaha mati-matian membungkam suara solidaritas damai terhadap perjuangan pembebasan Palestina di Malaysia,” ungkap kelompok tersebut.
“Kita tidak bisa membiarkan ini berlalu begitu saja. Mari kita tunjukkan kepada McDonald’s apa dampak boikot akar rumput,” tegas kelompok itu.
Postingan CEO McDonald’s ini muncul setelah McDonald’s Malaysia memulai tindakan hukum terhadap salah satu cabang gerakan BDS awal pekan ini, dengan tuduhan menyebarkan “pernyataan palsu dan memfitnah” terkait Gaza, yang menurut perusahaan tersebut telah berdampak negatif terhadap bisnisnya.
Menurut Reuters, Malaysia, yang mayoritas penduduknya beragama Islam, telah menyaksikan McDonald's Malaysia menuntut ganti rugi melebihi USD1 juta.
Lihat Juga: Putus Asa, Netanyahu Tawarkan Hadiah Rp79 Miliar bagi Tiap Tawanan yang Dibebaskan dari Gaza
Dampak negatifnya terlihat di pasar Timur Tengah dan beberapa wilayah di luar kawasan akibat kampanye boikot terhadap perusahaan dan produk yang mendukung Israel.
Dalam postingan blog di LinkedIn yang diterbitkan Jumat (5/1/2024), Kempczinski menulis, “Beberapa pasar di Timur Tengah dan beberapa pasar di luar kawasan mengalami dampak bisnis yang berarti akibat perang dan misinformasi terkait yang memengaruhi merek seperti McDonald’s.”
“Ini mengecewakan dan tidak berdasar. Di setiap negara tempat kami beroperasi, termasuk negara-negara Muslim, McDonald’s dengan bangga diwakili oleh operator pemilik lokal,” papar dia.
Dia menambahkan, “Hati kami tetap bersama komunitas dan keluarga yang terkena dampak perang di Timur Tengah. Kami membenci kekerasan dalam bentuk apa pun dan dengan tegas menentang ujaran kebencian, dan kami akan selalu dengan bangga membuka pintu bagi semua orang.”
McDonald's mendapat kritik dari aktivis pro-Palestina ketika gambar dan video di media sosial mengungkapkan toko-toko waralaba di Israel menyediakan makanan gratis kepada tentara Israel yang berperang melawan Gaza, yang memicu kemarahan masyarakat Arab dan mendorong seruan boikot.
Sebagai tanggapannya, gerakan Boikot, Divestasi, Sanksi (BDS), organisasi pro-Palestina yang didirikan pada 2005, mendesak masyarakat memboikot McDonald’s pada bulan November, dengan menyatakan para pewaralaba “secara terbuka mendukung” militer Israel.
“Alih-alih menekan perusahaan induknya, McDonald’s Corporation, untuk mengakhiri perjanjian waralaba yang memalukan di Israel, McDonald’s Malaysia dan pemiliknya di Arab Saudi justru berusaha mati-matian membungkam suara solidaritas damai terhadap perjuangan pembebasan Palestina di Malaysia,” ungkap kelompok tersebut.
“Kita tidak bisa membiarkan ini berlalu begitu saja. Mari kita tunjukkan kepada McDonald’s apa dampak boikot akar rumput,” tegas kelompok itu.
Postingan CEO McDonald’s ini muncul setelah McDonald’s Malaysia memulai tindakan hukum terhadap salah satu cabang gerakan BDS awal pekan ini, dengan tuduhan menyebarkan “pernyataan palsu dan memfitnah” terkait Gaza, yang menurut perusahaan tersebut telah berdampak negatif terhadap bisnisnya.
Menurut Reuters, Malaysia, yang mayoritas penduduknya beragama Islam, telah menyaksikan McDonald's Malaysia menuntut ganti rugi melebihi USD1 juta.
Lihat Juga: Putus Asa, Netanyahu Tawarkan Hadiah Rp79 Miliar bagi Tiap Tawanan yang Dibebaskan dari Gaza
(sya)