AS: Rusia Gunakan Rudal Balistik Korea Utara untuk Gempur Ukraina
loading...
A
A
A
Pada 2017, sebuah laporan dari lembaga think tank International Institute for Strategic Studies menyatakan bahwa Korea Utara dapat dengan cepat mengembangkan rudal baru dengan memperoleh mesin roket RD-250 Soviet dari saluran gelap yang beroperasi di Rusia atau Ukraina.
Ukraina membantah tuduhan tersebut dan mengatakan Rusia-lah yang patut disalahkan.
Namun pada tahun itu, Korea Utara mampu dengan cepat memperluas persenjataan rudalnya, dengan memperkenalkan dua sistem baru: Hwasong-12 jarak menengah dan Hwasong-14 antarbenua.
Berbicara dalam konferensi pers di Gedung Putih pada hari Kamis, Kirby mengatakan pengadaan rudal balistik Rusia dari Korea Utara merupakan pelanggaran langsung terhadap sejumlah resolusi Dewan Keamanan PBB.
“Kami akan menuntut Rusia bertanggung jawab karena sekali lagi melanggar kewajiban internasionalnya,” katanya.
Dia juga mengatakan AS yakin Rusia berencana membeli rudal jarak dekat dari Iran, namun hingga saat ini mereka belum melakukannya.
Sementara itu, Inggris mengatakan pihaknya mengutuk keras penggunaan rudal balistik yang bersumber dari Korea Utara di Ukraina oleh Rusia.
“Korea Utara tunduk pada rezim sanksi yang kuat, dan kami akan terus bekerja sama dengan mitra kami untuk memastikan bahwa Korea Utara membayar harga yang mahal karena mendukung perang ilegal Rusia di Ukraina,” kata juru bicara Kantor Luar Negeri, Persemakmuran, dan Pembangunan Inggris, seperti dikutip BBC, Sabtu (6/1/2024).
Dalam pengarahannya, Kirby juga mendesak Kongres AS untuk menyetujui pendanaan tambahan AS untuk Ukraina tanpa penundaan.
“Respons paling efektif terhadap kekerasan mengerikan yang dilakukan Rusia terhadap rakyat Ukraina adalah dengan terus memberikan Ukraina kemampuan pertahanan udara yang penting dan jenis peralatan militer lainnya,” katanya.
Ukraina membantah tuduhan tersebut dan mengatakan Rusia-lah yang patut disalahkan.
Namun pada tahun itu, Korea Utara mampu dengan cepat memperluas persenjataan rudalnya, dengan memperkenalkan dua sistem baru: Hwasong-12 jarak menengah dan Hwasong-14 antarbenua.
Berbicara dalam konferensi pers di Gedung Putih pada hari Kamis, Kirby mengatakan pengadaan rudal balistik Rusia dari Korea Utara merupakan pelanggaran langsung terhadap sejumlah resolusi Dewan Keamanan PBB.
“Kami akan menuntut Rusia bertanggung jawab karena sekali lagi melanggar kewajiban internasionalnya,” katanya.
Dia juga mengatakan AS yakin Rusia berencana membeli rudal jarak dekat dari Iran, namun hingga saat ini mereka belum melakukannya.
Sementara itu, Inggris mengatakan pihaknya mengutuk keras penggunaan rudal balistik yang bersumber dari Korea Utara di Ukraina oleh Rusia.
“Korea Utara tunduk pada rezim sanksi yang kuat, dan kami akan terus bekerja sama dengan mitra kami untuk memastikan bahwa Korea Utara membayar harga yang mahal karena mendukung perang ilegal Rusia di Ukraina,” kata juru bicara Kantor Luar Negeri, Persemakmuran, dan Pembangunan Inggris, seperti dikutip BBC, Sabtu (6/1/2024).
Dalam pengarahannya, Kirby juga mendesak Kongres AS untuk menyetujui pendanaan tambahan AS untuk Ukraina tanpa penundaan.
“Respons paling efektif terhadap kekerasan mengerikan yang dilakukan Rusia terhadap rakyat Ukraina adalah dengan terus memberikan Ukraina kemampuan pertahanan udara yang penting dan jenis peralatan militer lainnya,” katanya.