AS: Rusia Gunakan Rudal Balistik Korea Utara untuk Gempur Ukraina
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) menuduh Rusia telah menggunakan rudal balistik dan peluncur yang dipasok oleh Korea Utara (Korut) dalam perangnya melawan Ukraina.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby menyebutnya sebagai “eskalasi yang signifikan dan memprihatinkan” sehubungan dengan dukungan Pyongyang terhadap Moskow.
Dia mengatakan AS akan mengangkat masalah ini ke Dewan Keamanan PBB dan menjatuhkan sanksi tambahan terhadap mereka yang berupaya memfasilitasi transfer senjata ke Rusia.
Moskow telah membantah adanya kolaborasi seperti yang dituduhkan Amerika.
Beberapa jam setelah Gedung Putih melontarkan tuduhan tersebut, pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menyerukan agar produksi kendaraan peluncur rudal diperluas.
Kim Jong-un telah mengunjungi Rusia untuk membahas potensi kerja sama militer pada bulan September lalu.
AS sebelumnya menuduh Pyongyang memasok senjata ke Rusia, namun tuduhan terbaru ini adalah pertama kalinya intelijen AS berbagi rincian tentang rudal balistik—roket berpemandu yang dapat mencapai sasaran sejauh 900 km (500 mil).
Tidak jelas apa yang akan diperoleh Korea Utara sebagai imbalan atas penyediaan senjata tersebut kepada Rusia.
Beberapa negara Barat telah menyampaikan kekhawatirannya atas potensi transfer senjata atau teknologi militer Moskow ke Pyongyang.
Pada 2017, sebuah laporan dari lembaga think tank International Institute for Strategic Studies menyatakan bahwa Korea Utara dapat dengan cepat mengembangkan rudal baru dengan memperoleh mesin roket RD-250 Soviet dari saluran gelap yang beroperasi di Rusia atau Ukraina.
Ukraina membantah tuduhan tersebut dan mengatakan Rusia-lah yang patut disalahkan.
Namun pada tahun itu, Korea Utara mampu dengan cepat memperluas persenjataan rudalnya, dengan memperkenalkan dua sistem baru: Hwasong-12 jarak menengah dan Hwasong-14 antarbenua.
Berbicara dalam konferensi pers di Gedung Putih pada hari Kamis, Kirby mengatakan pengadaan rudal balistik Rusia dari Korea Utara merupakan pelanggaran langsung terhadap sejumlah resolusi Dewan Keamanan PBB.
“Kami akan menuntut Rusia bertanggung jawab karena sekali lagi melanggar kewajiban internasionalnya,” katanya.
Dia juga mengatakan AS yakin Rusia berencana membeli rudal jarak dekat dari Iran, namun hingga saat ini mereka belum melakukannya.
Sementara itu, Inggris mengatakan pihaknya mengutuk keras penggunaan rudal balistik yang bersumber dari Korea Utara di Ukraina oleh Rusia.
“Korea Utara tunduk pada rezim sanksi yang kuat, dan kami akan terus bekerja sama dengan mitra kami untuk memastikan bahwa Korea Utara membayar harga yang mahal karena mendukung perang ilegal Rusia di Ukraina,” kata juru bicara Kantor Luar Negeri, Persemakmuran, dan Pembangunan Inggris, seperti dikutip BBC, Sabtu (6/1/2024).
Dalam pengarahannya, Kirby juga mendesak Kongres AS untuk menyetujui pendanaan tambahan AS untuk Ukraina tanpa penundaan.
“Respons paling efektif terhadap kekerasan mengerikan yang dilakukan Rusia terhadap rakyat Ukraina adalah dengan terus memberikan Ukraina kemampuan pertahanan udara yang penting dan jenis peralatan militer lainnya,” katanya.
“Iran dan DPRK [Korea Utara] mendukung Rusia. Ukraina berhak mengetahui bahwa rakyat Amerika dan pemerintah akan terus mendukung mereka.”
Paket bantuan militer AS terakhir ke Ukraina, senilai sekitar USD250 juta telah disetujui oleh Gedung Putih pada 27 Desember.
Pembicaraan mengenai pendanaan lebih lanjut terhenti di Kongres karena kurangnya dukungan di kalangan Partai Republik, yang bersikeras bahwa tindakan keamanan yang lebih ketat di perbatasan AS-Meksiko harus menjadi bagian dari kesepakatan bantuan militer.
Ukraina telah memperingatkan bahwa upaya perang dan keuangan negaranya terancam jika bantuan Barat tidak segera diberikan.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby menyebutnya sebagai “eskalasi yang signifikan dan memprihatinkan” sehubungan dengan dukungan Pyongyang terhadap Moskow.
Dia mengatakan AS akan mengangkat masalah ini ke Dewan Keamanan PBB dan menjatuhkan sanksi tambahan terhadap mereka yang berupaya memfasilitasi transfer senjata ke Rusia.
Moskow telah membantah adanya kolaborasi seperti yang dituduhkan Amerika.
Beberapa jam setelah Gedung Putih melontarkan tuduhan tersebut, pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menyerukan agar produksi kendaraan peluncur rudal diperluas.
Kim Jong-un telah mengunjungi Rusia untuk membahas potensi kerja sama militer pada bulan September lalu.
AS sebelumnya menuduh Pyongyang memasok senjata ke Rusia, namun tuduhan terbaru ini adalah pertama kalinya intelijen AS berbagi rincian tentang rudal balistik—roket berpemandu yang dapat mencapai sasaran sejauh 900 km (500 mil).
Tidak jelas apa yang akan diperoleh Korea Utara sebagai imbalan atas penyediaan senjata tersebut kepada Rusia.
Beberapa negara Barat telah menyampaikan kekhawatirannya atas potensi transfer senjata atau teknologi militer Moskow ke Pyongyang.
Pada 2017, sebuah laporan dari lembaga think tank International Institute for Strategic Studies menyatakan bahwa Korea Utara dapat dengan cepat mengembangkan rudal baru dengan memperoleh mesin roket RD-250 Soviet dari saluran gelap yang beroperasi di Rusia atau Ukraina.
Ukraina membantah tuduhan tersebut dan mengatakan Rusia-lah yang patut disalahkan.
Namun pada tahun itu, Korea Utara mampu dengan cepat memperluas persenjataan rudalnya, dengan memperkenalkan dua sistem baru: Hwasong-12 jarak menengah dan Hwasong-14 antarbenua.
Berbicara dalam konferensi pers di Gedung Putih pada hari Kamis, Kirby mengatakan pengadaan rudal balistik Rusia dari Korea Utara merupakan pelanggaran langsung terhadap sejumlah resolusi Dewan Keamanan PBB.
“Kami akan menuntut Rusia bertanggung jawab karena sekali lagi melanggar kewajiban internasionalnya,” katanya.
Dia juga mengatakan AS yakin Rusia berencana membeli rudal jarak dekat dari Iran, namun hingga saat ini mereka belum melakukannya.
Sementara itu, Inggris mengatakan pihaknya mengutuk keras penggunaan rudal balistik yang bersumber dari Korea Utara di Ukraina oleh Rusia.
“Korea Utara tunduk pada rezim sanksi yang kuat, dan kami akan terus bekerja sama dengan mitra kami untuk memastikan bahwa Korea Utara membayar harga yang mahal karena mendukung perang ilegal Rusia di Ukraina,” kata juru bicara Kantor Luar Negeri, Persemakmuran, dan Pembangunan Inggris, seperti dikutip BBC, Sabtu (6/1/2024).
Dalam pengarahannya, Kirby juga mendesak Kongres AS untuk menyetujui pendanaan tambahan AS untuk Ukraina tanpa penundaan.
“Respons paling efektif terhadap kekerasan mengerikan yang dilakukan Rusia terhadap rakyat Ukraina adalah dengan terus memberikan Ukraina kemampuan pertahanan udara yang penting dan jenis peralatan militer lainnya,” katanya.
“Iran dan DPRK [Korea Utara] mendukung Rusia. Ukraina berhak mengetahui bahwa rakyat Amerika dan pemerintah akan terus mendukung mereka.”
Paket bantuan militer AS terakhir ke Ukraina, senilai sekitar USD250 juta telah disetujui oleh Gedung Putih pada 27 Desember.
Pembicaraan mengenai pendanaan lebih lanjut terhenti di Kongres karena kurangnya dukungan di kalangan Partai Republik, yang bersikeras bahwa tindakan keamanan yang lebih ketat di perbatasan AS-Meksiko harus menjadi bagian dari kesepakatan bantuan militer.
Ukraina telah memperingatkan bahwa upaya perang dan keuangan negaranya terancam jika bantuan Barat tidak segera diberikan.
(mas)