Israel Bom Seluruh Gaza, 210 Warga Palestina Tewas dalam 24 Jam
loading...
A
A
A
GAZA - Sebanyak 210 warga Palestina tewas dan lebih banyak lagi yang terluka dalam 24 jam terakhir, ketika pasukan Israel melancarkan serangan udara di Jalur Gaza pada Kamis (28/12/2023).
“Pemboman Israel menghantam rumah-rumah di Beit Lahia di utara, di kamp pengungsi al-Maghazi di wilayah tengah, dan di Khan Younis di selatan,” ungkap Kementerian Kesehatan Palestina.
Beberapa anak termasuk di antara mereka yang tewas. Di Beit Lahia, dua jurnalis tewas setelah serangan udara Israel menghantam rumah mereka.
Ahmad Khair al-Din dan Mohammed Khair al-Din menjadi reporter ke-104 dan ke-105 yang dibunuh Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Serangan baru Israel terhadap rumah sakit al-Amal di Khan Younis menewaskan 10 orang, melukai 21 orang lainnya, menurut Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS).
“PRCS mengungkapkan keprihatinannya yang mendalam terhadap keselamatan stafnya yang bekerja di rumah sakit dan pusat komunitas, terutama sejak penargetan terbaru. Hari ini adalah penargetan kelima terhadap rumah sakit dan sekitarnya dalam waktu kurang dari seminggu,” ungkap PRCS di X.
“Intensifikasi pendudukan yang menargetkan sekitar Rumah Sakit al-Amal selama beberapa hari terakhir mungkin dianggap sebagai awal untuk menargetkannya secara langsung,” papar PRCS.
Amir, 28 tahun, yang mengungsi ke Rafah di Gaza selatan, mengatakan kepada Middle East Eye bahwa makanan dan air bersih menjadi sangat langka.
“Saya dan keluarga saya terpaksa meninggalkan rumah kami sebanyak tiga kali,” papar dia. “Saya yakin tidak ada wilayah yang aman atau cocok untuk kehidupan manusia di seluruh Jalur Gaza.”
Dia menjelaskan, “Saya tidak pernah membayangkan sedikit pun bahwa saya tidak dapat memperoleh sepotong roti atau saya harus berdiri dalam antrean tanpa akhir untuk mendapatkan air minum!”
Pasukan Israel kembali melakukan serangan terhadap kamp al-Maghazi di Gaza tengah, yang menampung lebih dari 30.000 pengungsi yang secara resmi terdaftar di PBB.
Hal ini terjadi ketika tentara Israel mengakui pada Kamis bahwa mereka membunuh puluhan warga Palestina dalam serangan udara di kamp tersebut pada Malam Natal.
Seorang juru bicara militer mengatakan kepada Kan News bahwa militer menyesalkan serangan yang menewaskan 70 orang itu telah melukai orang-orang yang berada di sekitar sasaran yang dituju.
“Penyelidikan awal mengungkapkan selama serangan itu, bangunan-bangunan tambahan dirusak di dekat sasaran yang (dimaksudkan) diserang,” ungkap juru bicara itu kepada Kan.
“(Ini) rupanya mengakibatkan kerugian bagi mereka yang tidak terlibat… IDF menyesalkan kerugian bagi mereka yang tidak terlibat,” papar juru bicara militer rezim kolonial rasis Israel.
Israel sebelumnya telah mengebom kamp tersebut, namun serangan pada hari Minggu digambarkan sebagai salah satu yang “paling mematikan” sejak dimulainya konflik.
Fathiya, ibu dari enam putri dan dua putra, berbicara kepada Middle East Eye dari kamp al-Maghazi, di mana dia terpaksa mengungsi setelah rumahnya diserang.
“Di tengah suara-suara bom yang mengkhawatirkan, ketakutan yang terus-menerus akan bahaya yang akan terjadi, kelangkaan makanan, dan tidak adanya air minum yang aman, saya dan anak-anak saya juga bergulat dengan cuaca dingin yang ekstrem,” ungkap dia.
Lebih dari 21.320 orang kini telah dibunuh Israel di Jalur Gaza sejak perang dimulai, menurut Kementerian Kesehatan Palestina pada Kamis. Sebanyak 55.603 orang lainnya terluka.
“Pemboman Israel menghantam rumah-rumah di Beit Lahia di utara, di kamp pengungsi al-Maghazi di wilayah tengah, dan di Khan Younis di selatan,” ungkap Kementerian Kesehatan Palestina.
Beberapa anak termasuk di antara mereka yang tewas. Di Beit Lahia, dua jurnalis tewas setelah serangan udara Israel menghantam rumah mereka.
Ahmad Khair al-Din dan Mohammed Khair al-Din menjadi reporter ke-104 dan ke-105 yang dibunuh Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Serangan baru Israel terhadap rumah sakit al-Amal di Khan Younis menewaskan 10 orang, melukai 21 orang lainnya, menurut Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS).
“PRCS mengungkapkan keprihatinannya yang mendalam terhadap keselamatan stafnya yang bekerja di rumah sakit dan pusat komunitas, terutama sejak penargetan terbaru. Hari ini adalah penargetan kelima terhadap rumah sakit dan sekitarnya dalam waktu kurang dari seminggu,” ungkap PRCS di X.
“Intensifikasi pendudukan yang menargetkan sekitar Rumah Sakit al-Amal selama beberapa hari terakhir mungkin dianggap sebagai awal untuk menargetkannya secara langsung,” papar PRCS.
Amir, 28 tahun, yang mengungsi ke Rafah di Gaza selatan, mengatakan kepada Middle East Eye bahwa makanan dan air bersih menjadi sangat langka.
“Saya dan keluarga saya terpaksa meninggalkan rumah kami sebanyak tiga kali,” papar dia. “Saya yakin tidak ada wilayah yang aman atau cocok untuk kehidupan manusia di seluruh Jalur Gaza.”
Dia menjelaskan, “Saya tidak pernah membayangkan sedikit pun bahwa saya tidak dapat memperoleh sepotong roti atau saya harus berdiri dalam antrean tanpa akhir untuk mendapatkan air minum!”
Pasukan Israel kembali melakukan serangan terhadap kamp al-Maghazi di Gaza tengah, yang menampung lebih dari 30.000 pengungsi yang secara resmi terdaftar di PBB.
Hal ini terjadi ketika tentara Israel mengakui pada Kamis bahwa mereka membunuh puluhan warga Palestina dalam serangan udara di kamp tersebut pada Malam Natal.
Seorang juru bicara militer mengatakan kepada Kan News bahwa militer menyesalkan serangan yang menewaskan 70 orang itu telah melukai orang-orang yang berada di sekitar sasaran yang dituju.
“Penyelidikan awal mengungkapkan selama serangan itu, bangunan-bangunan tambahan dirusak di dekat sasaran yang (dimaksudkan) diserang,” ungkap juru bicara itu kepada Kan.
“(Ini) rupanya mengakibatkan kerugian bagi mereka yang tidak terlibat… IDF menyesalkan kerugian bagi mereka yang tidak terlibat,” papar juru bicara militer rezim kolonial rasis Israel.
Israel sebelumnya telah mengebom kamp tersebut, namun serangan pada hari Minggu digambarkan sebagai salah satu yang “paling mematikan” sejak dimulainya konflik.
Fathiya, ibu dari enam putri dan dua putra, berbicara kepada Middle East Eye dari kamp al-Maghazi, di mana dia terpaksa mengungsi setelah rumahnya diserang.
“Di tengah suara-suara bom yang mengkhawatirkan, ketakutan yang terus-menerus akan bahaya yang akan terjadi, kelangkaan makanan, dan tidak adanya air minum yang aman, saya dan anak-anak saya juga bergulat dengan cuaca dingin yang ekstrem,” ungkap dia.
Lebih dari 21.320 orang kini telah dibunuh Israel di Jalur Gaza sejak perang dimulai, menurut Kementerian Kesehatan Palestina pada Kamis. Sebanyak 55.603 orang lainnya terluka.
(sya)