Nikki Haley: Rakyat Palestina Harus Tinggalkan Gaza, Bermukim di Negara-negara Pro-Hamas
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Nikki Haley, bakal calon presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik, mengatakan rakyat Palestina harus pergi meninggalkan Gaza.
“Rakyat Palestina seharusnya pergi ke penyeberangan Rafah dan Mesir akan mengurus mereka. Tapi saya selalu mengatakan bahwa yang dibutuhkan orang-orang Palestina adalah pindah ke negara-negara pro-Hamas seperti Qatar, Iran dan Turki,” katanya dalam wancaranya dengan media Amerika yang dikutip i24 News, Jumat (22/12/2023).
Politisi perempuan Amerika ini kemudian menyinggung penolakan Mesir menampung pengungsi asal Gaza.
“Mengapa Mesir tidak menginginkan mereka? Karena Mesir tidak tahu siapa yang teroris dan siapa yang bukan,” lanjut Haley.
Dia mengatakan Israel telah menderita akibat serangan Hamas pada 7 Oktober, yang dia sebut sebagai pembantaian terburuk sejak Holocaust.
“Daripada membiarkan dunia memberikan tekanan pada Israel, yang bertekuk lutut akibat pembantaian terburuk sejak Holocaust, mengapa tidak berbicara dengan Mesir, Turki, Qatar atau Iran? Mengapa mereka tidak melakukan sesuatu untuk membantu Palestina?” tanya Haley.
Politisi Partai Republik ini terkenal karena dukungannya terhadap Israel.
“Mereka semua datang untuk membantu Israel ketika mereka dirugikan, namun mereka (negara-negara sekutu) menyakitinya ketika mereka melawan. Jika ini terjadi pada Amerika, apakah Anda pikir kami tidak akan melawan?! Di mana teman-teman Gaza? Merekalah yang harus melakukan sesuatu untuk menyelamatkan mereka. Ini seharusnya bukan urusan Israel,” katanya.
Sementara itu, sebuah jajak pendapat Universitas Quinnipiac yang dirilis pada Rabu menunjukkan bahwa dua bulan setelah serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober, para pemilih di Amerika terpecah mengenai apakah Amerika Serikat harus mengirim lebih banyak bantuan militer ke Israel, dengan 45 persen responden mengatakan ya dibandingkan dengan 46 persen yang menentang.
Jajak pendapat sebelumnya yang diterbitkan pada 16 November menunjukkan dukungan mayoritas pada poin yang sama, dengan 54 persen mendukung bantuan Amerika ke Israel dibandingkan dengan 39 persen yang menentang.
“Perasaan berubah ketika jumlah korban di Gaza meningkat,” kata Tim Malloy, seorang analis jajak pendapat di Universitas Quinnipiac.
“Meskipun responden jelas-jelas menunjukkan bahwa mereka mempunyai kepentingan pribadi untuk mendukung Israel, mereka kurang antusias untuk memperkuat persenjataan negara tersebut,” ujarnya.
Dia juga mencatat bahwa perbedaan pendapat sangat mencolok tergantung pada usia dan afiliasi politik orang-orang yang ditanyai.
Sebanyak 65 persen pendukung Partai Republik mendukung Amerika Serikat untuk mengirimkan lebih banyak bantuan militer ke Israel, sementara 58 persen pendukung Partai Demokrat mendukung gagasan tersebut. Di kalangan independen, 41 persen mendukung dan 48 persen menentang.
Terkait kelompok umur, pemilih berusia di atas 65 tahun serta kelompok berusia 50-64 tahun mendukung bantuan ke Israel, sedangkan pemilih berusia 18 hingga 34 tahun dan 35 hingga 49 tahun menentang.
Penentangan paling kuat muncul di antara panel termuda, yaitu mereka yang berusia 18-35 tahun, dengan 72 persen mengatakan mereka menentang mendukung Israel.
Jajak pendapat tersebut juga menunjukkan bahwa mayoritas pemilih kulit putih (51 persen) mendukung bantuan militer kepada Israel, sementara mayoritas (56 persen) pemilih kulit hitam menentangnya.
Lihat Juga: Cara Mohammed bin Salman Ubah Tatanan Dunia: Jinakkan AS Pakai Minyak, Berdamai dengan Iran
“Rakyat Palestina seharusnya pergi ke penyeberangan Rafah dan Mesir akan mengurus mereka. Tapi saya selalu mengatakan bahwa yang dibutuhkan orang-orang Palestina adalah pindah ke negara-negara pro-Hamas seperti Qatar, Iran dan Turki,” katanya dalam wancaranya dengan media Amerika yang dikutip i24 News, Jumat (22/12/2023).
Politisi perempuan Amerika ini kemudian menyinggung penolakan Mesir menampung pengungsi asal Gaza.
“Mengapa Mesir tidak menginginkan mereka? Karena Mesir tidak tahu siapa yang teroris dan siapa yang bukan,” lanjut Haley.
Dia mengatakan Israel telah menderita akibat serangan Hamas pada 7 Oktober, yang dia sebut sebagai pembantaian terburuk sejak Holocaust.
“Daripada membiarkan dunia memberikan tekanan pada Israel, yang bertekuk lutut akibat pembantaian terburuk sejak Holocaust, mengapa tidak berbicara dengan Mesir, Turki, Qatar atau Iran? Mengapa mereka tidak melakukan sesuatu untuk membantu Palestina?” tanya Haley.
Politisi Partai Republik ini terkenal karena dukungannya terhadap Israel.
“Mereka semua datang untuk membantu Israel ketika mereka dirugikan, namun mereka (negara-negara sekutu) menyakitinya ketika mereka melawan. Jika ini terjadi pada Amerika, apakah Anda pikir kami tidak akan melawan?! Di mana teman-teman Gaza? Merekalah yang harus melakukan sesuatu untuk menyelamatkan mereka. Ini seharusnya bukan urusan Israel,” katanya.
Sementara itu, sebuah jajak pendapat Universitas Quinnipiac yang dirilis pada Rabu menunjukkan bahwa dua bulan setelah serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober, para pemilih di Amerika terpecah mengenai apakah Amerika Serikat harus mengirim lebih banyak bantuan militer ke Israel, dengan 45 persen responden mengatakan ya dibandingkan dengan 46 persen yang menentang.
Jajak pendapat sebelumnya yang diterbitkan pada 16 November menunjukkan dukungan mayoritas pada poin yang sama, dengan 54 persen mendukung bantuan Amerika ke Israel dibandingkan dengan 39 persen yang menentang.
“Perasaan berubah ketika jumlah korban di Gaza meningkat,” kata Tim Malloy, seorang analis jajak pendapat di Universitas Quinnipiac.
“Meskipun responden jelas-jelas menunjukkan bahwa mereka mempunyai kepentingan pribadi untuk mendukung Israel, mereka kurang antusias untuk memperkuat persenjataan negara tersebut,” ujarnya.
Dia juga mencatat bahwa perbedaan pendapat sangat mencolok tergantung pada usia dan afiliasi politik orang-orang yang ditanyai.
Sebanyak 65 persen pendukung Partai Republik mendukung Amerika Serikat untuk mengirimkan lebih banyak bantuan militer ke Israel, sementara 58 persen pendukung Partai Demokrat mendukung gagasan tersebut. Di kalangan independen, 41 persen mendukung dan 48 persen menentang.
Terkait kelompok umur, pemilih berusia di atas 65 tahun serta kelompok berusia 50-64 tahun mendukung bantuan ke Israel, sedangkan pemilih berusia 18 hingga 34 tahun dan 35 hingga 49 tahun menentang.
Penentangan paling kuat muncul di antara panel termuda, yaitu mereka yang berusia 18-35 tahun, dengan 72 persen mengatakan mereka menentang mendukung Israel.
Jajak pendapat tersebut juga menunjukkan bahwa mayoritas pemilih kulit putih (51 persen) mendukung bantuan militer kepada Israel, sementara mayoritas (56 persen) pemilih kulit hitam menentangnya.
Lihat Juga: Cara Mohammed bin Salman Ubah Tatanan Dunia: Jinakkan AS Pakai Minyak, Berdamai dengan Iran
(mas)