Momen Terakhir Bocah di Jenin: Bermain Bareng Teman, Tewas Ditembak Tentara Israel
loading...
A
A
A
Hazem, saudara laki-lakinya Suleiman dan seluruh keluarga mereka biasanya bertemu setiap akhir pekan di desa Silat al-Harithiya, tempat mereka memiliki rumah. Di situlah Hazem terakhir kali bertemu keponakannya — akhir pekan sebelum kematiannya.
Keluarga, kata Hazem, menghargai pendidikan, sebagai konsekuensi dari cara mereka dibesarkan.
“Kami tumbuh di lingkungan yang membuat kami merayakan jika salah satu anak kami mendapat nilai bagus,” ujarnya.
“Ayah kami sering bekerja untuk kami, dan dia adalah seorang guru,” imbuhnya.
Suleiman dan Hazem termasuk dalam sembilan bersaudara — lima saudara laki-laki dan empat saudara perempuan. “Kami semua adalah lulusan universitas.”
Basil juga merupakan teman baik, kata Hassan al-Masry, 14 tahun. Keduanya pertama kali bertemu di awal tahun dan bermain-main serta bercanda, dengan cepat menjadi teman dekat. Sehari sebelum Basil ditembak, mereka sedang duduk bersama teman-teman lainnya. Mereka membuat api sambil mengobrol.
“Kami bahagia dan tertawa, dan tidak ada yang lebih baik dari ini,” kenang Hassan.
Keesokan harinya, dia sedang duduk bersama Basil di tempat mereka ngumpuk seperti biasa, ketika ibu Hassan memanggilnya pulang untuk makan siang.
Saat dia sedang makan, dia mendengar suara peluru dan orang-orang berteriak. “Saya berlari keluar,” katanya.