Momen Terakhir Bocah di Jenin: Bermain Bareng Teman, Tewas Ditembak Tentara Israel
loading...
A
A
A
JENIN - Suleiman Abu al-Waf tidak akan pernah melupakan “suara dentuman” yang mengubah hidupnya selamanya.
Pria berusia 47 tahun ini, seorang dokter umum di Direktorat Kesehatan Jenin, sedang duduk di rumah bersama putra bungsunya dan dua putrinya pada tanggal 29 November. Tentara Israel telah menyerbu kamp pengungsi kota hari itu, mengobrak-abrik jalan, memerintahkan orang meninggalkan rumah mereka di bawah todongan senjata, dan mengebom sebuah rumah.
Namun begitu tersiar kabar bahwa tentara telah mundur, putra sulung Suleiman, Basil yang berusia 15 tahun, mengatakan kepada ayahnya bahwa dia ingin keluar dan bermain dengan teman-temannya.
“Dia bersikeras, jadi saya mengizinkan dia keluar dan memperingatkan dia untuk tidak pergi jauh,” kenang Suleiman.
Basil sedang bermain di lingkungan al-Basateen, jauh dari kamp pengungsi.
“Daerah ini dikenal sebagai daerah yang sangat sepi,” ujar Suleiman.
Jadi ketika dia mendengar suara itu, dia tahu ada yang tidak beres.
“Saya mengangkat telepon saya dan menelepon Basil lebih dari sekali. Dia tidak menjawab,” kata sang ayah.
Dia berlari keluar rumahnya dan melihat anak laki-laki lain, Adam Samer al-Ghoul yang berusia delapan tahun di jalan, terluka di kepala. Anak laki-laki lain berlari: “Paman, Basil terluka.”
Ketika Suleiman menemui putranya, dia melihat paramedis berusaha menyelamatkannya. Mereka menolak untuk percaya bahwa dia adalah seorang dokter, jadi mereka menjauhkannya dari putranya.
Pria berusia 47 tahun ini, seorang dokter umum di Direktorat Kesehatan Jenin, sedang duduk di rumah bersama putra bungsunya dan dua putrinya pada tanggal 29 November. Tentara Israel telah menyerbu kamp pengungsi kota hari itu, mengobrak-abrik jalan, memerintahkan orang meninggalkan rumah mereka di bawah todongan senjata, dan mengebom sebuah rumah.
Namun begitu tersiar kabar bahwa tentara telah mundur, putra sulung Suleiman, Basil yang berusia 15 tahun, mengatakan kepada ayahnya bahwa dia ingin keluar dan bermain dengan teman-temannya.
“Dia bersikeras, jadi saya mengizinkan dia keluar dan memperingatkan dia untuk tidak pergi jauh,” kenang Suleiman.
Basil sedang bermain di lingkungan al-Basateen, jauh dari kamp pengungsi.
“Daerah ini dikenal sebagai daerah yang sangat sepi,” ujar Suleiman.
Jadi ketika dia mendengar suara itu, dia tahu ada yang tidak beres.
“Saya mengangkat telepon saya dan menelepon Basil lebih dari sekali. Dia tidak menjawab,” kata sang ayah.
Dia berlari keluar rumahnya dan melihat anak laki-laki lain, Adam Samer al-Ghoul yang berusia delapan tahun di jalan, terluka di kepala. Anak laki-laki lain berlari: “Paman, Basil terluka.”
Ketika Suleiman menemui putranya, dia melihat paramedis berusaha menyelamatkannya. Mereka menolak untuk percaya bahwa dia adalah seorang dokter, jadi mereka menjauhkannya dari putranya.