AS Dihujat karena Memveto Resolusi PBB: 'Amerika Menghukum Mati Ribuan Orang Palestina...'
loading...
A
A
A
Setelah diskusi, para anggota DK PBB diharapkan memberikan suara pada “rancangan resolusi yang menuntut gencatan senjata kemanusiaan segera serta pembebasan semua sandera segera dan tanpa syarat.”
Menurut kantor berita Reuters, pemungutan suara ditunda beberapa jam pada hari Jumat sampai setelah pertemuan yang direncanakan antara para menteri Arab dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.
Dewan beranggotakan 15 negara itu seharusnya melakukan pemungutan suara mengenai rancangan resolusi singkat pada Jumat pagi waktu New York, namun menurut Reuters, pemungutan suara dijadwalkan pada pukul 17.30.
Pemungutan suara akhirnya dilaksanakan, namun diveto oleh AS, sebuah tindakan yang dikutuk secara luas oleh banyak negara di dunia.
Sebelum pemungutan suara yang hasilnya diveto Amerika, beberapa negara anggota Dewan sangat berharap rancangan resolusi itu diadopsi.
Duta Qatar untuk PBB, Sheikha Alia Ahmed bin Saif Al Thani, meminta DK PBB untuk mengadopsi rancangan resolusi yang diajukan oleh Kelompok Arab. "Kami menyerukan kepada komunitas internasional untuk meningkatkan dukungan kemanusiaan yang mendesak kepada penduduk Jalur Gaza," katanya.
Duta Besar dan Wakil Tetap Kerajaan Inggris untuk PBB,
Barbara Woodward, mengatakan: “Kita perlu merespons, dan merespons dengan segera.”
“Besarnya jumlah warga sipil yang terbunuh sungguh mengejutkan,” imbuhnya. Meski pada akhirnya, Ingggris justru memilih abstain atas resolusi tersebut.
Duta Tetap Perancis Nicolas de Rivière menegaskan kembali seruan negaranya untuk gencatan senjata kemanusiaan yang baru, segera dan abadi di Gaza. Dia mengatakan itu harus mengarah pada gencatan senjata permanen.
Mengingat gawatnya situasi, dia mengatakan Prancis menyesalkan keputusan pemerintah Israel yang tidak memperbarui visa Lynn Hastings, Koordinator Residen PBB, yang kini dijadwalkan berangkat minggu depan.
Menurut kantor berita Reuters, pemungutan suara ditunda beberapa jam pada hari Jumat sampai setelah pertemuan yang direncanakan antara para menteri Arab dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.
Dewan beranggotakan 15 negara itu seharusnya melakukan pemungutan suara mengenai rancangan resolusi singkat pada Jumat pagi waktu New York, namun menurut Reuters, pemungutan suara dijadwalkan pada pukul 17.30.
Pemungutan suara akhirnya dilaksanakan, namun diveto oleh AS, sebuah tindakan yang dikutuk secara luas oleh banyak negara di dunia.
Sebelum pemungutan suara yang hasilnya diveto Amerika, beberapa negara anggota Dewan sangat berharap rancangan resolusi itu diadopsi.
Duta Qatar untuk PBB, Sheikha Alia Ahmed bin Saif Al Thani, meminta DK PBB untuk mengadopsi rancangan resolusi yang diajukan oleh Kelompok Arab. "Kami menyerukan kepada komunitas internasional untuk meningkatkan dukungan kemanusiaan yang mendesak kepada penduduk Jalur Gaza," katanya.
Duta Besar dan Wakil Tetap Kerajaan Inggris untuk PBB,
Barbara Woodward, mengatakan: “Kita perlu merespons, dan merespons dengan segera.”
“Besarnya jumlah warga sipil yang terbunuh sungguh mengejutkan,” imbuhnya. Meski pada akhirnya, Ingggris justru memilih abstain atas resolusi tersebut.
Duta Tetap Perancis Nicolas de Rivière menegaskan kembali seruan negaranya untuk gencatan senjata kemanusiaan yang baru, segera dan abadi di Gaza. Dia mengatakan itu harus mengarah pada gencatan senjata permanen.
Mengingat gawatnya situasi, dia mengatakan Prancis menyesalkan keputusan pemerintah Israel yang tidak memperbarui visa Lynn Hastings, Koordinator Residen PBB, yang kini dijadwalkan berangkat minggu depan.