Efek Serangan Hamas ke Israel 7 Oktober, Anak-anak Muda AS Tertarik Pelajari Al-Qur'an
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Ada fenomena di Amerika Serikat (AS), di mana anak-anak muda tertarik mempelajari Al-Qur'an setelah serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober yang memicu perang besar di Gaza.
Uniknya, mereka mempelajari kitab suci umat Islam itu bukan untuk memahami alasan serangan Hamas. Mereka melakukannya untuk memahami ketahanan, keimanan, dan kekuatan moral luar biasa warga Muslim Palestina yang dibombardir Israel nyaris tanpa henti.
Megan B Rice, contohnya. Perempuan muda ini suka membaca. Dia memulai klub novel roman di platform pesan instan Discord dan mem-posting resensi buku di TikTok.
Bulan lalu Rice, berusia 34 tahun dan tinggal di Chicago, menggunakan akun media sosialnya untuk berbicara tentang krisis kemanusiaan di Gaza.
“Saya ingin berbicara tentang keimanan masyarakat Palestina, betapa kuatnya keimanan tersebut, dan mereka masih memiliki ruang untuk menjadikan syukur kepada Tuhan sebagai prioritas, bahkan ketika segalanya telah diambil dari mereka,” katanya, sebagaimana dikutip dari The Guardian, Rabu (29/11/2023).
Beberapa follower-nya yang Muslim berpendapat bahwa Rice mungkin tertarik membaca Al-Qur'an untuk mengetahui lebih banyak konteks tentang keimanan. Jadi Rice, yang tidak tumbuh besar sebagai orang yang religius, mengorganisir “World Religion Book Club” di Discord, di mana orang-orang dari berbagai latar belakang dapat belajar Al-Qur’an bersamanya.
Semakin banyak Rice membaca, semakin banyak isi teks yang selaras dengan sistem kepercayaan utamanya. Dia menilai Al-Quran anti-konsumerisme, anti-penindasan, dan feminis. Dalam sebulan, Rice mengucapkan syahadat, pengakuan iman resmi Islam, membeli jilbab untuk dipakai, dan menjadi seorang Muslimah.
Rice bukan satu-satunya yang ingin mendalami Al-Qur'an. Di TikTok, generasi muda Amerika membaca teks kitab suci tersebut untuk lebih memahami agama yang telah lama difitnah oleh media Barat, dan untuk menunjukkan solidaritas terhadap banyak Muslim di Gaza.
Video dengan tanda pagar (tagar) “quranbookclub”—yang ditonton 1,9 juta kali di beberapa aplikasi media sosial—menunjukkan pengguna memegang teks Al-Qur'an yang baru mereka beli dan membaca ayat untuk pertama kalinya. Yang lain menemukan versi gratisnya secara online, atau mendengarkan seseorang menyanyikan syair tersebut saat mereka berkendara ke tempat kerja.
Tidak semua orang yang membaca Al-Qur’an di TikTok adalah perempuan, namun minatnya tumpang tindih dengan ruang #BookTok, sebuah subkomunitas tempat sebagian besar pengguna perempuan berkumpul untuk berdiskusi tentang buku.
Uniknya, mereka mempelajari kitab suci umat Islam itu bukan untuk memahami alasan serangan Hamas. Mereka melakukannya untuk memahami ketahanan, keimanan, dan kekuatan moral luar biasa warga Muslim Palestina yang dibombardir Israel nyaris tanpa henti.
Megan B Rice, contohnya. Perempuan muda ini suka membaca. Dia memulai klub novel roman di platform pesan instan Discord dan mem-posting resensi buku di TikTok.
Bulan lalu Rice, berusia 34 tahun dan tinggal di Chicago, menggunakan akun media sosialnya untuk berbicara tentang krisis kemanusiaan di Gaza.
“Saya ingin berbicara tentang keimanan masyarakat Palestina, betapa kuatnya keimanan tersebut, dan mereka masih memiliki ruang untuk menjadikan syukur kepada Tuhan sebagai prioritas, bahkan ketika segalanya telah diambil dari mereka,” katanya, sebagaimana dikutip dari The Guardian, Rabu (29/11/2023).
Beberapa follower-nya yang Muslim berpendapat bahwa Rice mungkin tertarik membaca Al-Qur'an untuk mengetahui lebih banyak konteks tentang keimanan. Jadi Rice, yang tidak tumbuh besar sebagai orang yang religius, mengorganisir “World Religion Book Club” di Discord, di mana orang-orang dari berbagai latar belakang dapat belajar Al-Qur’an bersamanya.
Semakin banyak Rice membaca, semakin banyak isi teks yang selaras dengan sistem kepercayaan utamanya. Dia menilai Al-Quran anti-konsumerisme, anti-penindasan, dan feminis. Dalam sebulan, Rice mengucapkan syahadat, pengakuan iman resmi Islam, membeli jilbab untuk dipakai, dan menjadi seorang Muslimah.
Rice bukan satu-satunya yang ingin mendalami Al-Qur'an. Di TikTok, generasi muda Amerika membaca teks kitab suci tersebut untuk lebih memahami agama yang telah lama difitnah oleh media Barat, dan untuk menunjukkan solidaritas terhadap banyak Muslim di Gaza.
Video dengan tanda pagar (tagar) “quranbookclub”—yang ditonton 1,9 juta kali di beberapa aplikasi media sosial—menunjukkan pengguna memegang teks Al-Qur'an yang baru mereka beli dan membaca ayat untuk pertama kalinya. Yang lain menemukan versi gratisnya secara online, atau mendengarkan seseorang menyanyikan syair tersebut saat mereka berkendara ke tempat kerja.
Tidak semua orang yang membaca Al-Qur’an di TikTok adalah perempuan, namun minatnya tumpang tindih dengan ruang #BookTok, sebuah subkomunitas tempat sebagian besar pengguna perempuan berkumpul untuk berdiskusi tentang buku.