6 Kementerian Israel yang Ditutup karena Besarnya Biaya Perang Gaza Capai Rp793 Triliun
loading...
A
A
A
GAZA - Pemerintah Israel telah merekomendasikan enam kementerian untuk ditutup karena membengkaknya biaya untuk perang Gaza. Awal bulan ini, surat kabar keuangan Calcalist melaporkan bahwa serangan Israel ke Gaza akan menelan biaya USD51 miliar ataup Rp793 triliun.
Pegawai Kementerian Keuangan Israel telah merekomendasikan penutupan beberapa kementerian, termasuk Kementerian Urusan Diaspora dan Pemberantasan Anti-Semitisme untuk mengalokasikan kembali dana guna mendukung agresi Israel di Jalur Gaza yang terkepung. Itu pertama kali dilaporkan Jerusalem Post.
Menteri Keuangan Israel yang berhaluan ekstrem kanan, Bezalel Smotrich, diperkirakan akan membawa amandemen anggaran tersebut kepada pemerintah minggu depan untuk mendapatkan persetujuan, dan hal ini diperkirakan akan mencakup pemotongan pendanaan pada kementerian-kementerian tertentu. Hal ini terjadi ketika penasihat hukum pemerintah, Gali Baharav-Miara, memutuskan bahwa dana koalisi yang tidak terkait dengan perang akan dibekukan.
Foto/Reuters
Kementerian Urusan Diaspora dan Pemberantasan Anti-Semitisme bertanggung jawab untuk memelihara dan memperkuat hubungan antara Israel dan komunitas Yahudi di seluruh dunia.
“Keputusan tersebut telah menimbulkan kekhawatiran besar di kalangan diaspora Yahudi global, yang memandang kementerian tersebut sebagai penghubung penting antara mereka dan negara Israel,” demikian laporan Jerusalem Post.
Padahal, Kementerian Diaspora dianggap sebagai jembatan penting antara negara Yahudi dan orang-orang Yahudi di diaspora, yang mengakibatkan komunitas Yahudi di seluruh dunia menyatakan keprihatinan atas potensi penutupan organisasi tersebut.
Upaya Kementerian Diaspora untuk memerangi antisemitisme saat ini dianggap sangat penting, di tengah meningkatnya antisemitisme yang melanda seluruh dunia akibat perang Hamas. Perang Israel melawan Hamas di Gaza telah mempengaruhi komunitas Yahudi di Amerika Utara, Eropa, Afrika Selatan, Australia, dan khususnya di negara-negara Barat dengan komunitas Muslim yang besar, seperti Perancis, Jerman dan Inggris.
Foto/Reuters
Menteri Urusan dan Warisan Yerusalem kadang-kadang menjadi portofolio di kabinet Israel. Ini pertama kali didirikan di bawah pemerintahan Yitzhak Shamir pada tanggal 27 November 1990, dengan Avraham Verdiger menjabat sebagai wakil menteri, meskipun Avner Shaki telah menjabat sebagai Menteri tanpa Portofolio yang bertanggung jawab atas Urusan Yerusalem sejak tahun 1988. Namun, jabatan tersebut dihapuskan oleh Perdana Menteri Yitzhak Rabin (yang juga merupakan pemegang portofolio) pada tanggal 31 Desember 1992.
Kementerian dihidupkan kembali pada tahun 2001 di pemerintahan Ariel Sharon. Pada tahun 2005 perannya kembali menjadi tanggung jawab Menteri Tanpa Portofolio. Antara tahun 2013 dan 2015 digabungkan dengan portofolio Urusan Diaspora sebagai Menteri Urusan Yerusalem dan Diaspora.
Foto/Reuters
Pegawai Kementerian Keuangan Israel telah merekomendasikan penutupan beberapa kementerian, termasuk Kementerian Urusan Diaspora dan Pemberantasan Anti-Semitisme untuk mengalokasikan kembali dana guna mendukung agresi Israel di Jalur Gaza yang terkepung. Itu pertama kali dilaporkan Jerusalem Post.
Menteri Keuangan Israel yang berhaluan ekstrem kanan, Bezalel Smotrich, diperkirakan akan membawa amandemen anggaran tersebut kepada pemerintah minggu depan untuk mendapatkan persetujuan, dan hal ini diperkirakan akan mencakup pemotongan pendanaan pada kementerian-kementerian tertentu. Hal ini terjadi ketika penasihat hukum pemerintah, Gali Baharav-Miara, memutuskan bahwa dana koalisi yang tidak terkait dengan perang akan dibekukan.
Berikut adalah 6 kementerian yang akan ditutup agar anggaran kementerian tersebut dialihkan untuk perang Gaza.
1. Kementerian Urusan Diaspora dan Pemberantasan Anti-Semitisme
Foto/Reuters
Kementerian Urusan Diaspora dan Pemberantasan Anti-Semitisme bertanggung jawab untuk memelihara dan memperkuat hubungan antara Israel dan komunitas Yahudi di seluruh dunia.
“Keputusan tersebut telah menimbulkan kekhawatiran besar di kalangan diaspora Yahudi global, yang memandang kementerian tersebut sebagai penghubung penting antara mereka dan negara Israel,” demikian laporan Jerusalem Post.
Padahal, Kementerian Diaspora dianggap sebagai jembatan penting antara negara Yahudi dan orang-orang Yahudi di diaspora, yang mengakibatkan komunitas Yahudi di seluruh dunia menyatakan keprihatinan atas potensi penutupan organisasi tersebut.
Upaya Kementerian Diaspora untuk memerangi antisemitisme saat ini dianggap sangat penting, di tengah meningkatnya antisemitisme yang melanda seluruh dunia akibat perang Hamas. Perang Israel melawan Hamas di Gaza telah mempengaruhi komunitas Yahudi di Amerika Utara, Eropa, Afrika Selatan, Australia, dan khususnya di negara-negara Barat dengan komunitas Muslim yang besar, seperti Perancis, Jerman dan Inggris.
2. Kementerian Urusan Yerusalem atau Quds
Foto/Reuters
Menteri Urusan dan Warisan Yerusalem kadang-kadang menjadi portofolio di kabinet Israel. Ini pertama kali didirikan di bawah pemerintahan Yitzhak Shamir pada tanggal 27 November 1990, dengan Avraham Verdiger menjabat sebagai wakil menteri, meskipun Avner Shaki telah menjabat sebagai Menteri tanpa Portofolio yang bertanggung jawab atas Urusan Yerusalem sejak tahun 1988. Namun, jabatan tersebut dihapuskan oleh Perdana Menteri Yitzhak Rabin (yang juga merupakan pemegang portofolio) pada tanggal 31 Desember 1992.
Kementerian dihidupkan kembali pada tahun 2001 di pemerintahan Ariel Sharon. Pada tahun 2005 perannya kembali menjadi tanggung jawab Menteri Tanpa Portofolio. Antara tahun 2013 dan 2015 digabungkan dengan portofolio Urusan Diaspora sebagai Menteri Urusan Yerusalem dan Diaspora.
3. Kementerian Warisan
Foto/Reuters